"Gil, aku kok nggak ada? Gimana sih?"
Hummmhh! Gilang mendengus keras. Ditaruhnya kamera butut di lemari penyimpanan lalu cepat-cepat pergi menjauh. Kepalanya seperti mau pecah, tak mampu menahan cuaca yang sejak dari tadi panas luar biasa. Segelas es teh manis di ruang makan segera masuk ke tenggorokannya. Lumayan... gumamnya. Namun sebuah pesan masuk membuat kepalanya kembali terasa sakit.
"Gil, aku kok nggak ada?" Gila fotonya buanyak tapi foto koordinatornya nggak ada"
"Ampun fotoku pas lagi memberi salam kecil banget! Kalau kayak gini gimana bisa aku upload di instagram? Gak keliatan wajahku!"
"Gil?"
Hummmhh! Gilang berusaha menahan sakit kepalanya yang makin akut. Namun sia-sia hingga akhirnya ia merasakan tubuhnya jatuh namun seseorang dengan cepat menolongnya. Beberapa menit kemudian samar-samar ia mendengar percakapan antara kakeknya dengan seorang lak-laki. Katanya, ia beruntung tidak terbentur meja kayu besar karena kebetulan lelaki itu sedang dalam perjalanan menuju ruangan dimana ia jatuh. Aku di rumah? Suara itu... sepertinya aku mengenalnya, gumamnya lirih.
"Gil? Sudah enakan mas? Ini kamu sudah di rumah kakek. Bangun yuk? Minum dulu terus makan pelan-pelan," Gilang mencoba membuka mata. Dilihatnya seorang laki-laki yang telah lama dikenalnya dan beberapa orang lain yang sepertinya tadi memarahinya. Mereka kelihatan sedang berbisik-bisik dan berkasak-kusuk,
"Kok bisa bapak langsung tahu rumah Gilang?"
"Iya, padahal dia nggak pernah jadi pengurus, cuma volunteer"
"Jangan-jangan kakeknya yang dikenal sama bapak?"