Mohon tunggu...
Halizatuzzahra
Halizatuzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sosial Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebijakan Bebas Visa Indonesia dan Kolombia untuk Meningkatkan Pariwisata dan Memperkuat Hubungan Bilateral

17 Mei 2025   15:44 Diperbarui: 17 Mei 2025   15:57 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebijakan bebas visa merupakan sesuatu yang dilakukan antara Indonesia dan Kolombia dimana aktifitasnya memerlukan suatu langkah yang cukup penting dan menarik untuk mempererat hubungan kedua negara. kebijakan ini memungkinkan warga dari kedua
negara untuk berkunjung tanpa harus mengurus visa terlebih dahulu. Jadi, kalau orang Indonesia mau berkunjung ke Kolombia  mereka bisa langsung datang tanpa harus mengurusdokumen visa yang biasanya memakan waktu dan biaya. Begitu juga sebaliknya, warga Kolombia bisa berkunjung ke Indonesia dengan mudah. Kegiatan ini sebenarnya punya banyak manfaat. Pertama, memudahkan orang-orang dari kedua negara untuk berwisata, lalu dengan tidak adanya biaya dan proses yang rumit untuk mendapatkan visa maka kemungkinan besar jumlah wisatawan dari kedua negara akan meningkat. Hal ini tentu saja bisa membantu sektor pariwisata, yang selama ini menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi Indonesia dan Kolombia.


Kebijakan ini juga membuka peluang untuk pertukaran budaya yang lebih intensif. Masyarakat bisa lebih leluasa berinteraksi, belajar budaya, dan saling memahami satu sama lain secara langsung. Akan tetapi tentu saja ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah pengawasan dan keamanan. Tanpa adanya proses visa, kemungkinan ada orang yang menyalahgunakan kebijakan ini untuk tujuan yang tidak baik. Oleh karena itu, kedua negara harus tetap menjaga sistem pengawasan dan keamanan agar kebijakan ini berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Terdapat beberapa manfaat langsung seperti meningkatkan pariwisata dan pertukaran budaya, kebijakan bebas visa ini juga menunjukkan adanya kepercayaan dan komitmen dari kedua negara untuk mempererat hubungan diplomatik.

Hubungan sebelumnya, kedua negara sudah melakukan berbagai kerja sama, termasuk penandatanganan perjanjian tentang pembebasan visa secara virtual pada tahun 2020. Meskipun sempat adanya penghentian karena pandemi Covid-19, langkah ini menunjukkan bahwa kedua negara serius ingin memperkuat hubungan mereka. Selain itu, kebijakan ini bisa menjadi langkah awal untuk memperluas kerja sama di bidang lain, seperti ekonomi, pendidikan, dan budaya. Adanya kemudahan akses, masyarakat dari kedua negara akan lebih tertarik untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Seperti halnya mahasiswa dari Indonesia dan Kolombia bisa lebih mudah belajar dan berkolaborasi, dan pelaku usaha bisa menjalin kerja sama bisnis dengan lebih lancar. Tentu saja, keberhasilan kebijakan ini juga bergantung pada bagaimana kedua negara mengelola dan mengawasi pelaksanaannya. Mereka harus
memastikan bahwa kebijakan ini tidak disalahgunakan dan tetap memberikan manfaat maksimal bagi rakyat. Selain itu, promosi dan sosisalisasi tentang kebijakan ini juga harus dilakukan secara luas agar masyarakat tahu dan memanfaatkannya sebaik mungkin.

Tren global dalam hal kemudahan bepergian lintas batas negara makin kentara belakangan ini. Contoh nyata terlihat pada kebijakan bebas visa antara Indonesia dan Kolombia, yang efektif mulai Januari 2025. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2024, penduduk Kolombia kini bisa datang ke Indonesia tanpa visa untuk periode tinggal 30 hari. Sebaliknya, Kolombia lebih dulu memberikan akses bebas visa 90 hari kepada warga negara Indonesia, dengan opsi perpanjangan hingga 180 hari, sesuai aturan dalam Peraturan Kementerian Luar Negeri Kolombia Nomor 5488 Tahun 2022. Langkah ini bukan hanya membuat perjalanan lebih mudah, tetapi juga memperkuat relasi diplomatik serta mendongkrak sektor pariwisata.

Data memperlihatkan bahwa setelah pemberlakuan kebijakan bebas visa, jumlah wisatawan asal Kolombia ke Indonesia melonjak drastis. Pada 2022, ada 3.992 turis Kolombia, yang kemudian melesat menjadi 14.572 orang pada 2023. Sampai November 2024, jumlahnya telah mencapai 13.335 wisatawan. Kenyataan ini tidak hanya terjadi antara Indonesia dan Kolombia saja. Contohnya, China sudah menerapkan kebijakan bebas visa pada lebih dari 160 negara dalam berbagai model, baik timbal balik ataupun sepihak. Hasilnya, dalam tujuh bulan pertama 2024, China menyambut lebih dari 17 juta turis asing, naik 129,9 persen dari tahun sebelumnya.

Negara-negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, serta Thailand juga sudah menjalin kesepakatan bebas visa dengan China, memungkinkan warga negara masing- masing berwisata tanpa visa hingga 30 hari. Kebijakan ini mempermudah wisatawan
melakukan perjalanan spontan dan meningkatkan interaksi antar masyarakat. Walau demikian, di balik kemudahan tersebut, pemerintah tetap perlu mempertimbangkan aspek keamanan dan prinsip timbal balik. Pemerintah Indonesia, contohnya, melakukan evaluasi program bebas visa kunjungan berdasarkan tiga prinsip: timbal balik, manfaat, dan keamanan. Evaluasi ini ditujukan untuk memaksimalkan potensi kunjungan wisatawan ke Indonesia tanpa mengabaikan aspek keamanan negara.

Kebijakan bebas visa antara Indonesia dan Kolombia ini sungguh strategis serta tepat untuk masa depan kedua negara. Dengan kebijakan seperti ini, tentu saja akan membuka peluang besar untuk meningkatkan jumlah turis dari kedua negara.Coba bayangkan, selama ini, banyak orang dari Kolombia yang ingin berkunjung ke Indonesia, tetapi terhambat oleh proses pengurusan visa yang rumit serta memakan waktu. Dengan kebijakan bebas visa, mereka dapat lebih mudah dan cepat datang ke Indonesia, sehingga sektor pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang dan dikenal luas di mata dunia internasional.

Kebijakan ini juga akan memperkokoh hubungan bilateral antara Indonesia dan Kolombia. Hubungan baik dalam bidang pariwisata sudah pastikan memberi dampak positif di bidang lain, seperti ekonomi, budaya, dan pendidikan. Ketika orang dari kedua negara saling berkunjung dan berinteraksi, mereka akan lebih mengerti budaya serta kebiasaan masing- masing, sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis dan saling menguntungkan. Bukan hanya dari sisi pariwisata, kebijakan ini juga membuka peluang bagi pelaku usaha dari kedua negara untuk membangun kerja sama di bidang bisnis dan investasi. Sebagai contoh, para pengusaha dari Kolombia bisa lebih mudah menjelajahi pasar Indonesia, dan sebaliknya, pelaku usaha Indonesia juga bisa memperluas jaringan mereka ke Kolombia.

Manfaat ekonomi dan hubungan diplomatik, kebijakan bebas visa ini juga akan memberikan manfaat besar di bidang pendidikan dan budaya. Banyak mahasiswa serta pelajar dari Kolombia yang ingin belajar di Indonesia, begitu pula sebaliknya, mahasiswa Indonesia
juga ingin menimba ilmu di Kolombia. Dengan adanya kebijakan ini, proses pertukaran pelajar serta mahasiswa akan menjadi lebih lancar dan efisien. Hal tersebut membuat tidak adanya lagi yang kesulitan untuk mengurus visa yang terkadang memakan waktu serta biaya, sehingga peluang untuk belajar dan berbagi pengalaman di kedua negara akan semakin terbuka lebar.

Terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi, salah satunya adalah soal keamanan negara. Dengan adanya kebijakan bebas visa, pergerakan orang dari dan ke kedua negara akan menjadi lebih mudah. Permasalahan ini tentu saja membawa risiko, semisal kemungkinan adanya imigrasi ilegal atau penyalahgunaan visa oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

Kesulitan krusial yang perlu dihadapi yaitu potensi kenaikan risiko penyalahgunaan visa. Aturan baru ini memungkinkan warga asing menjejakkan kaki di Indonesia, begitupun sebaliknya, tanpa melakukan pemeriksaan yang teliti dapat membuka pintu bagi oknum jahat untuk menyusup ke wilayah kita. Contohnya seperti mereka bisa terlibat dalam kejahatan lintas negara misal penyelundupan narkoba, perdagangan manusia, atau bahkan aksi terorisme. Kebijakan ini punya potensi dimanfaatkan untuk tindak kriminal dan pelanggaran hukum lain, termasuk penyalahgunaan visa overstay yang dapat dijadikan sarana aktivitas ilegal.

Tingginya mobilitas wisatawan juga dapat menjadi rintangan tersendiri. Indonesia, dengan letak strategis serta kekayaan alam dan budaya yang tak terhingga, tentu menarik minat banyak orang dari berbagai negara. Namun, di sisi lain, mobilitas ini juga meningkatkan kemungkinan masuknya individu yang tak bertanggung jawab atau berpotensi mengganggu keamanan negara. Pelaku bisa memanfaatkan celah ini untuk melakukan kegiatan ilegal yang merugikan bangsa. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia dan Kolombia harus bekerja sama dalam mengawasi serta mengatur proses ini supaya tetap aman dan terkendali. Pengawasan yang ketat serta sistem yang transparan sangat diperlukan agar kebijakan ini tidak di salahgunakan dan tetap memberikan manfaat maksimal bagi kedua negara.

Pemerintah harus tanggap dan memperhatikan setiap aspek pemanfaatan dari kebijakan ini. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan bebas visa ini benar-benar memberi manfaat ekonomi serta diplomatik yang seimbang dengan risiko yang mungkin timbul. Perlu diketahui dengan adanya mekanisme evaluasi secara berkala, dapat melihat serta menilai dampak dari kebijakan ini, baik dari segi keamanan maupun ekonomi. Dengan adanya temuan penyalahgunaan atau dampak negatif lainnya, pemerintah harus siap untuk melakukan penyesuaian atau bahkan membatalkan kebijakan ini jika memang dibutuhkan. Selain dari sisi pemerintah, masyarakat juga harus ikut berperan aktif dalam menyukseskan kebijakan ini. Masyarakat harus menyadari pentingnya menjaga keamanan serta citra positif Indonesia di mata dunia. Mereka harus menjadi duta budaya yang baik dan menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang ramah serta aman untuk dikunjungi. Kepercayaan dari negara lain, termasuk Kolombia, terhadap Indonesia akan semakin kuat serta positif.

Kebijakan bebas visa ini adalah langkah yang sangat positif dan berani dari pemerintah Indonesia dan Kolombia. Langkah yang diambil menunjukkan bahwa kedua negara berkeinginan untuk mempererat hubungan mereka serta membuka diri terhadap dunia
internasional. Kebijakan ini, diharapkan pariwisata Indonesia akan semakin meningkat, hubungan diplomatik akan semakin erat, dan peluang ekonomi serta budaya akan semakin terbuka lebar. Tentu saja, keberhasilan dari kebijakan ini sangat bergantung pada bagaimana pemerintah dan masyarakat mampu mengelola serta mengawasi prosesnya dengan baik. Jika semua pihak bekerja sama serta saling mendukung, maka kebijakan ini akan menjadi langkah yang sangat menguntungkan dan membawa manfaat jangka panjang bagi kedua negara.

Berdasarkan sudut pandang bilateral, baik Indonesia maupun Kolombia memiliki kekuatan yang besar di sektor pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan kedua negara dan memperkuat hubungan bilateral. Sekian banyak sektor, pariwisata dapat dikatakan punya potensi devisa yang besar. Pengunjung yang datang ke Indonesia maupun Kolombia tidak hanya mengeluarkan uang untuk hotel, makanan, dan moda transportasi, melainkan juga dalam bentuk barang yang mereka beli, tur, dan bahkan terlibat dengan budaya setempat. Hal yang lebih mengagumkan yaitu sektor ini mampu memberikan kontribusi porsi yang signifikan terhadap PDB negara. Hal ini tercatat dalam data dari berbagai studi yang disusun, khususnya ditujukan untuk negara-negara dengan destinasi wisata ternama yang dipadati wisatawan asing.

Sektor pariwisata juga memberikan dampak positif dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. Para pedagang kecil di destinasi wisata memperoleh akses kepada layanan transportasi, hotel, restoran, dan bahkan kepada wisatawan yang menjadi pemandu wisata.
Penyerapan tenaga kerja yang lebih besar diimbangi dengan meningkatnya jumlah pekerja yang lebih tinggi dengan kuantitas wisatawan yang lebih besar. Secara tidak langsung membantu menurunkan angka pengangguran serta meningkatkan perbaikan kesejahteraan sosial. Melihat dari sudut pandang Indonesia, sektor pariwisata bernilai strategis dalam meningkatkan pendapatan negara. Bali, Jakarta, Yogyakarta, dan Lombok sudah dikenal di manca negara dan menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Pendapatan dari sektor ini tidak hanya diterima dari tiket masuk dan penginapan, tetapi juga dari ekonomi kreatif seperti kerajinan, kuliner, serta budaya. Pemerintah bahkan telah dan terus berusaha untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia melalui berbagai program, termasuk promosi budaya dan kerja sama internasional, Kolombia salah satunya.

Kolombia pun memiliki keindahan pariwisata yang luar biasa serta kekayaan budaya unik. Cartagena, Medelln dan taman nasional di pegunungan Andes menarik banyak wisatawan dari luar negeri. Dengan adanya kerja sama dan promosi yang tepat, pendapatan dari sektor pariwisata di Kolombia dapat meningkat tajam. Sektor Kolombia ini juga bisa meningkat pesat jika Kolombia bekerja sama dengan Indonesia dalam promosi budaya dan pariwisata untuk menarik wisatawan dari dalam dan luar kedua negara.
Salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan pariwisata merupakan aksesibilitas kemudahan akses. Ketika akses untuk sampai ke lokasi wisata sudah tersedia, orang akan lebih berminat untuk berkunjung. Dalam hal ini, seperti adanya penerbangan langsung, pengurusan visa yang simpel, dan infrastruktur yang memadai. Sebaliknya, jika akses tersebut sulit, seseorang bisa kehilangan minat dan lebih memilih lokasi lain yang lebih mudah dijangkau. Infrastruktur dan administrasi perlu kepada pemerintah serta penerbit benda sosial untuk siapkan augur agar wisatawan berkunjung dengan lebih nyaman dan aman.

Promosi dan pemasaran juga termasuk hal penting dalam mempengaruhi kunjungan wisatawan. Jika destinasi wisata di Indonesia serta Kolombia dipromosikan secara aktif, dipastikan akan banyak wisatawan yang berkunjung. Saat ini, banyak wisatawan dari penjuru dunia yang mencari suatu daerah dengan daya tarik yang berbeda, promosi dan destinasinya ideal untuk kawasan yang minim dikunjungi, dipastikan kunjungan beserta pendapat daripariwisata akan meningkat ketika destinasi tersebut dikunjungi. Mendatangkan keuntungan bukan saja dialami dari turis asing, secara domestik pun dialami. Ternyata, banyak penduduk Indonesia dan Kolombia melakukan travel ke dalam negerinya sendiri, membantu laju perekonomian domestik. Iklan serta promosi seperti budaya tersebut sangat menarik dan membuat rakyat ikut berpacu untuk berekreasi.

Kerja sama ini dapat meningkatkan industri pariwisata di kedua negara. Misalnya, melalui promosi pertukaran budaya dan acara bersama. Meningkatnya minat dari para wisatawan lokal maupun asing dapat membuat adanya peluang investasi di sektor pariwisata.
Selain itu, bisa juga memperkuat citra positif kedua negara di dunia, dan secara berkelanjutan meningkatkan pendapatan dari industri ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun