Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Berbeda Tak Harus Dibenci

22 Januari 2022   21:00 Diperbarui: 22 Januari 2022   21:06 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesajen - food.detik.com

Aksi penendangan sesajen di gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur sempat viral. Seorang pemuda yang mengaku muslim melakukan tindakan tersebut. Alasannya, sesajen hanya akan membuat Allah murka. Banyak tokoh agama menyayangkan perilaku tersebut. Sesajen bagian dari kearifan lokal masyarakat setempat dan bukan bagian dari bentuk menyembah setan. Sesaji merupakan bentuk penghormatan terhadap ciptaan Tuhan.

Setelah ditangkap aparat yang berwajib, pemuda tesebut kemudian meminta maaf. Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran? Disinilah pentingnya nilai-nilai toleransi. Pentingnya saling menghargai dan menghormati antar sesama. Sesajen bukanlah bagian dari menyembah berhala. Sesajen merupakan b bentuk hubungan antara manusia dengan pendahulunya, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan. Misalnya, ada sesajen yang diletakkan di sawah, gunung atau tempat yang lain. Apakah dimakan setan? Yang makan justru burung, ayam, unggas, atau binatang lain. Inilah bentuk berbagi antar sesama.

Kearifan lokal tidak bisa dilihat dalam kaca mata yang sempit. Kearifan lokal sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama. Dalam konteks agama Islam misalnya. Dalam ushul fikih dikenal istilah 'urf, yang berarti istiadat yang telah dikenal dan berlaku di suatu komunitas masyarakat, yang khas dan berkaitan dengan kemaslahatan lokal. Selama tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, bisa menjadi bagian dari fikih.

Mari kita saling menghargai. Sesajen seringkali digunakan oleh masyarakat Hindu. Biarlah itu menjadi tradisi mereka. Sepanjang tidak mengganggu, tidak merusak tatanan kehidupan, dan memberikan dampak negatif ke masyarakat, biarkan saja. Tidak perlu kita mencaci, membenci apalagi mekakukan diskriminasi. Biarkan saja.

Terkadang, masyarakat saat ini begitu mudah menyatakan salah atau benar. Bahkan bagi orang yang sudah terpapar radikalisme, mudah sekali mengatakan orang lain kafir hanya karena berbeda keyakinan. Mudah sekali menyatakan orang lain sesat, hanya karena berbeda pandangan. Sementara yang berhak menilai keyakinan manusia adalah Tuhan, bukan manusia itu sendiri. Karena itu, mari saling introspeksi. Jangan merasa benar sampai begitu mudah menyalahkan orang lain.

Wali Songo telah berhasil menarik simpati masyarakat ketika menyebarkan Islam di Indonesia. Kok bisa? Karena para wali ini benar-benar menguasai ilmu agama secara sempurna. Tapi juga punya kemampuan cara pandang dan memperlakukan kearifan lokal yang menarik. Wali Songo melakukan pendekatan seni dan budaya. Para wali sama sekali tidak menghina, mencaci atau menghilangkan kearifan lokal masyarakat ketika itu. Tapi banyak modifikasi-modifikasi kearifan lokal yang dilakukan dan bisa kita rasakan hingga saat ini.

Seperti dakwah wali songo yang mampu menarik simpati sehingga berduyun-duyun masyarakat waktu itu untuk memeluk agama Islam. Hal ini karena para wali songo menguasai ilmu agama secara sempurna. Sebab dakwah "bil hikmah" hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki pengetahuan agama yang luas. Termasuk bagaimana cara memandang dan memperlakukan kearifan lokal. Apa yang dilarang oleh agama yang dipraktekkan penganut agama lain, bukan berarti harus dimusuhi. Islam dan agama lain mengajarkan untuk menghormati perbedaan. Karena itulah, mari saling menghargai dan menghormati perbedaan di negeri ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun