Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila, Agama, dan Radikalisme

6 Juni 2021   06:18 Diperbarui: 6 Juni 2021   06:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Islam Nasionalis - jalandamai.org

Gus Dur pernah mengatakan tanpa Pancasila, Indonesia akan bubar. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila mempunyai peranan yang sangat penting bagi Indonesia. Bahkan para pendahulu negeri ini menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Sila dalam Pancasila yang diambil dari nilai-nilai masyarakat Indonesia, dinilai mampu merangkul segala keragaman yang ada di Indonesia. Termasuk keragaman suku, agama, budaya dan bahasa.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Karena nilai-nilai tersebut merupakan budaya dari masyarakat Indonesia sendiri. Tidak mengadopsi budaya dari luar. Dan hal ini juga menjadi bukti. Karena diambil dari budaya lokal, Pancasila terbukti bisa merangkul semua kepentingand dan keberagaman yang ada. Pancasila juga bisa diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan, tidak bisa dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia.

Ironisnya, belakangan ini mulai ada lagi oknum yang membenturkan antara Pancasila dan agama. Antara Islam dan Indonesia. Pancasila jelas bukan sebuah keyakinan, jadi tidak perlu disandingkan dengan agama yang memang harus diyakini. Pancasila merupakan ideologi kebangsaan dimana di dalamnya sebenarnya juga menerapkan prinsip-prinsip ajaran agama. Lalu, kenapa masih ada anggapan Pancasila tidak sejalan dengan ajaran agama?

Pihak-pihak yang sengaja membenturkan antara Pancasila dan agama, umumnya selalu ada kepentingan dibelakangnya. Mereka selalu menganggap Pancasila produk barat, yang tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat yang beragama Islam. Mereka juga senantiasa menyalahkan pemerintah, karena dianggap tidak bisa mengakomodir masyarakat muslim. Ketika sudah pada titik ini, mereka tak segan-segan menawarkan konsep khilafah. Kalau sudah begini, jelas siapa sebenarnya yang bermain dibalik provokasi Pancasila dan agama.

Tak dipungkiri, ada provokasi radikalisme dibalik semua ini. Pancasila sudah final. Tidak perlu diperdebatkan. Pancasila merupakan kesepakatan dari semua kepentingan yang ada di Indonesia. Perbedaan yang ada di Indonesia, tidak pernah dianggap sebagai sebuah persoalan. Sebaliknya, perbedaan ini merupakan fitrah utama lahirnya seseorang atau kelompok. Dengan keragaman itulah yang membuat kita akan lebih terbuka. Karena keberagaman pada dasarnya merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari.

Semboyan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetap tetap satu, harus terus dipegang dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Karena kelompok radikal akan terus mengeluarkan provokasi, agar persatuan dan kesatuan itu terganggu. Jika kita tidak membekali dengan literasi, keberagaman itu bisa menjadi potensi konflik yang sangat mungkin terjadi. Dan kita semua sudah punya pengalaman terkait konflik yang bernuansa SARA. Sekali lagi, mari kita sudahi perdebatan antara Pancasila dan agama. Mari kita juga mewaspadai munculnya bibit radikalisme dibalik perdebatan semua ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun