Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama Apapun Mengajarkan Toleransi, Mari Saling Menghargai

13 Desember 2020   10:46 Diperbarui: 13 Desember 2020   11:08 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - jawapos.com

Kita tahu membicarakan agama adalah membicarakan hal yang sangat sensitive. Banyak diantara masyarakat kita ini mudah tersinggung, bahkan marah, ketika agama yang diyakini mendapatkan reaksi yang negative bagi sebagian orang. Karena agama berhubungan dengan keyakinan. Karena itulah belajar agama harus dengan orang yang tepat. Belajar agama harus bisa memahami secara obyektif dan kontekstual.

Belakangan ini sentimen agama kembali mencuat, setelah pimpinan FPI ramai jadi perbincangan, karena penetapan tersangka kasus penghasutan kerumunan. Apalagi setelah polisi melakukan penahanan, jagat maya mulai ramai memperbincangkan. Ada yang pro dan ada yang kontra. Ada yang menyebarkan tidak menghormati ulama, tidak menghormati keturunan Nabi dan lain sebagainya. Namun ada juga yang membicarakan hukum harus ditegakkan. Tokoh agama juga manusia yang bisa berbuat salah.

Mari kita jadikan pembelajaran bersama. Jika kita memang seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, semestinya kita juga harus menegakkan ajaran-ajaran agama. Memperbanyak berbuat bai kantar sesama, saling menghargai dan tolong menolong antar sesama. Provokasi dengan membawa sentimen agama, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya konflik antar umat beragama. Dan jika hal ini sampai terjadi, dikhawatirkan akan memunculkan kelompok radikal dan teroris, yang ingin mewujudkan kekhilafahan.

Agama apapun yang ada di Indonesia sangat menghargai keberagaman. Begitu juga suku-suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, juga sangat menghargai keberagaman. Semuanya saling sinergi membentuk tatanan kehidupan yang lebih baik. Bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, hal tersebut merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Namun bukan berarti fakta tersebut harus dipaksakan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, seperti keinginan kelompok radikal. Para pendahulu negeri ini jelas menyatakan, Indonesia adalah negara beragama, bukan negara Islam.

Di era kemajuan informasi ini, mari kita bekali diri dengan informasi yang tepat. Seraplah informasi dari berbagai sisi, agar kita bisa melihat sebuah peristiwa dengan sudut pandang yang tepat. Apalagi mamahami agama tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Memahami agama juga harus dilihat berdasarkan konteksnya. Dengan demikian kita tidak akan mudah terprovokasi oleh informasi-informasi menyesatkan, yang mengatasnamakan agama.

Kelompok intoleran seringkali mereduksi kata jihad. Kelompok teroris menilai aksi bom bunuh diri merupakan bagian dari jihad. Dan hal ini pun berusaha disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Akhirnya, tidak sedikit masyarakat yang bingung dalam memaknai kata jihad. Padahal, jika kita memahami berdasarkan konteksnya, jihad tidak bisa dimaknai sebagai perang. Karena jihad yang sesungguhnya pada dasarnya adalah mengendalikan hawa nafsu kita sendiri. Dalam konteks sekarang, bekerja, sekolah, atau segala hal yang diniatkan untuk kepentingan yang positif yang bisa membawa manfaat untuk orang banyak bisa dimaknai sebagai jihad.

Mari hilangkan segala caci maki. Hentikan segala hujatan atas kepentingan apapun. Saatnya saling sinergi. Indonesia perlu generasi yang toleran, tidak perlu generasi pemecah belah. Agama apapun saling menghargai,karena itulah mari saling menghargai. Jangan rusak negeri ini dengan bibit kebencian, yang bisa memicu munculnya bibit negatif lainnya. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun