Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Tokoh Yang Mencerahkan, Jangan Meresahkan

29 November 2020   08:14 Diperbarui: 29 November 2020   08:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian - jalandamai.org

Apa jadinya jika semasa hidup kita di bumi ini selalu meresahkan. Mungkin di antara kita pernah pada moment seperti ini. Selalu membuat resah orang tua karena perilaku kita yang tidak bisa dikendalikan. Selalu meresahkan masyarakat karena selalu membuat onar. Atau mungkin selalu membuat resah negara, karena seringkali memprovokasi masyarakat untuk berbuat onar. Sisi negatif manusia memang membuat resah. Namun sebenarnya ada sisi positif manusia, yang bisa dilakukan tanpa harus membuat resah. Yaitu mencerahkan dengan berbagai inspirasi, inovasi dan kreatifitas yang positif.

Banyak di antara kita yang memilih menjadi peresah. Atau setidaknya melewati masa-masa 'pembuat onar' alias selalu meresahkan. Setelah itu sadar dan memilih pada jalan yang mencerahkan. Kalau yang terjadi semacam ini, mungkin kita bisa paham. Karena ini bagian dari proses manusia menuju jalan yang benar. Namun, apa yang terjadi ada tokoh yang selalu menjadi peresah, demi mewujudkan keingingannya. Hal ini lah yang perlu dikhawatirkan, dan perlu diberikan pencerahan.

Indonesia dalah negara damai. Tapi Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. Disisi lain, Indonesia bukanlah negara muslim, karena di negeri ini juga ada yang memilih non muslim. Hal tersebut lumrah, karena pada dasarnya negara menjamin kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama berdasarkan keyakinannya. Jadi, bukanlah sebuah persoalan. Dan jika ada sebagian yang mempersoalkan, sepertinya mereka harus belajar dulu tentang makna keberagaman.

Dalam perjalannya, karena keberagaman itulah, karakter masyarakatnya pun juga beragam. Ada yang menjadi pencerah, tapi juga tidak sedikit yang menjadi perasah-perasah masyarakat. Belakangan, publik ramai membicarakan tentang aktifitas berkumpul di acara Rizieq Shihab (RS). Kerumunan massa tersebut dikhawatirkan bisa memicu terjadinya klaster penyebaran covid-19 di Jakarta dan Jawa Barat. Karena di kedua provinsi inilah, aktivitas berkerumum itu terjadi, sepulangnya RS dari Arab Saudi.

Aktifitas ceramah pada dasarnya tidak dikhawatirkan. Apalagi jika materi ceramahnya bermanfaat. Namun jika aktifitas ceramah di masa pandemi ini tidak mengedepankan protokol kesehatan, dan konten ceramahnya justru mencari kesalahan orang lain, menjelekkan orang lain, berisi umpatan dan kebencian, tentu sangat disayangkan. Terlebih aktifitas itu dilakukan oleh sekelompok orang yang mengklaim paham tentang agama. Dan nilai-nilai agama apapun, tidak ada yang mengajarkan kebencian.

Apa yang terjadi belakangan ini, mestinya bisa kita jadikan pembelajaran. Satu per satu orang yang ikut aktifitas tersebut, dinyatakan reaktif. Himbauan untuk melakukan swab pun dimunculkan, meski ada penolakan karena merasa sehat dan sudah menjalani swab. Jika kita memang seorang tokoh yang mencerahkan, semestinya jangan meresahkan. 

Mari sama-sama introspeksi. Setop upaya untuk saling menyalahkan pihak lain, atau mencari kejelekan orang lain. Jangan pula sibuk mencari kebenaran diri sendiri atau kelompok. Ingat, kita adalah manusia yang penuh dengan kesalahan dan dosa, siapapun kita dan apapun latar belakangnya.

Mari kita jadikan pembelajran Bersama. Menjadi peresah atau pencerah. Mari sama-sama menghargai proses para peresah menuju pencerah. Dan bagi yang masih menjadi peresah, tugas para pencerah lah yang mencerahkan, agar kita semua bisa Kembali hidup berdampingan dalam keberagaman. Salam bhineka tunggal ika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun