Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hargai Pasien yang Sembuh, Mari Saling Memanusiakan di Tengah Pandemi

18 April 2020   08:03 Diperbarui: 18 April 2020   08:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Covid-19 - industry.co.id

Berdasarkan data per 17 April 2020, ada penambahan 407 kasus positif baru sehingga  total kasus positif corona mencapai 5.923 kasus. Sementara kasus meninggal 520, sembuh 607 dan dirawat 4.796. sedangkan untuk provinsi yang paling banyak kasus covid-19, masih didominasi DKI Jakarta sebesar 2.815 kasus, disusul Jawa Barat 632 kasus, Jawa Timur 522 kasus dan Sulawesi Selatan 332 kasus.

Jika melihat angka diatas, jumlah angka positif masih terus bertambah. Namun yang bisa sedikit membuat agak lega dan optismis adalah, jumlah pasien sembuh juga terus bertambah setiap harinya. Dan perlu kita tahu, perlu perjuangan untuk bisa sembuh. Apalagi sembuh dari covid-19. Ingat, di Amerika Serikat saja angka kematian akibat virus ini mencapai lebih dari 2 ribu dalam sehari. Jika ada orang yang berjuang untuk bisa sembuh, dan benar-benar bisa dinyatakan sembuh, tentu ini patut kita apresiasi.

Namun yang terjadi belakangan adalah mereka yang telah berjuang untuk bisa sembuh, justru mendapatkan diskriminasi ketika sembuh. Pasien positif yang sembuh dianggap masih membawa virus. Padahal, ada beberapa tes yang harus dilewati untuk dinyatakan bahwa pasien benar-benar sembuh atau belum. Jika dokter yang paling tahu tentang virus tersebut menyatakan sembuh, kenapa kita masyarakat awam bisa menyatakan masih ada virus? Atau seolah kita lebih paham dari dokter.

Yang lebih miris lagi, ketika pasien ini tidak bisa berjuang untuk sembuh, maka konsekwensinya adalah meninggal. Ironisnya, jenazahnya pun juga dianggap membawa virus, sampai berujung pada ditolak untuk dimakamkan. Padahal, jenazah covid pun juga harus melawati beberapa prosedur sebelum dimakamkan. Apa tujuannya, agar virus yang sempat masuk ke tubuhnya tidak menular ke orang lain.

Mari kita positikan ketika menjadi mereka. Bayangkan kalian ketika berjuang untuk sembuh, lalu ketika kembali ke masyarakat justru mendapatkan diskriminasi. Pasien sembuh covid bukanlah seorang criminal. Mereka juga manusia ciptaan Tuhan seperti kita, yang mendapatkan hak dan kewajiban yang sama ketika ada di bumi ini. Karena itulah, hentikan segala bentuk diskriminasi kepada pasien yang telah sembuh, ataupun orang yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Covid tidak akan hilang, jika diantara kita masih memelihara dendam. Covid tidak akan hilang, jika kita sibuk mendiskriminasikan orang lain. Sudahkah kita membersihkan badan, cuci tangan, dan menjaga pola hidup sehat? Jika belum, lakukanlah itu dulu. Tidak usah mengurusi hal-hal yang tidak semestinya. Mari saling memanusiakan antar sesama. Mari saling empati, tenggang rasa dan tolong menolong antar sesama. Jadikan corona ini sebagai momentum untuk saling menguatkan, saling meringankan beban, dan saling memanusiakan antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun