Mohon tunggu...
halimi zuhdy
halimi zuhdy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin “Mendengki”, “Lelautan, Pengunungan dan Dedaratan” Melarangku

25 Mei 2015   09:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14325203631705285884

Seandainya aku bisa bertanya tentang "kedengkian", maka kutanyakan kepada gunung, daratan, lautan, sungai, pepohonan, dan rerumputan.

“Wahai Darat mengapa kamu diciptakan menjadi Darat, apakah kamu rela menjadi Darat ?” kucoba bertanya pada Daratan.

Tiba-tiba Daratan berbisik, sambil menjawab "kenapa aku diciptakan menjadi daratan, yang hanya diinjak-injak oleh manusia, hewan dan akar-akar yang memenjarakanku, kenapa aku tidak menjadi gunung saja, yang tinggi menjulang, menjadi paku bumi, dan bisa melihat daratan yang luas".Keluhan Daratan belum selesai.

Tiba-tiba Gunung bertanya tentang dirinya"mengapa, aku dijadikan gunung yang hanya menyimpan bara, memuntahkan lahar, mematung tak dapat berkhidmat pada manusia, orang-orang sholeh pun jarang menaikiku, aku hanya seperti patung dikejauan, bahkan akhir-akhir ini aku hanya digunduli, dan akupun longsor dan membuat banyak korban".
Tak terasa rerumputan berisik di bawah kaki dan mengajakku mendengarkan keluhannya "mengapa aku dijadikan rumput, yang tak berharga, diinjak-injak, bahkan keberadaanku pun tak dilirik, beda dengan bunga-bunga, pepohonan yang menjulang tinggi, aku hanya korban manusia dan hewan saja".

Belum juga rerumputan selesai, Lautan dengan debur ombaknya berteriak "mengapa nasibku yang dijadikan lautan, kenapa aku tidak dijadikan gunung, daratan, dan pepohonan yang indah atau sunga-sungai yang mengalir seperti dalam al-Qur'an, atau aku hanya sebagai pemuas manusia dengan ikan-ikan yang setiap hari dirampok, dan dibuat makan para perampok, apakah aku hanya untuk menjadi kenangan untuk menelan orang, menerjang manusia dengan sunamiku, aku menjadi tidak pernah damai dengan gelombangku"

“Rerintihan” itu hanya khayalaku, aku tidak benar-benar mendengarnya, atau mungkin karena aku bukan nabi Sulaiman, yang dapat berbicara dan mendengar pembicaraan hewan dan tumbuhan.
Saya yakin, dan benar-benar yakin,mereka tidak akan mengeluh menjadi lautan, gunung, daratan, pepohonan, bahkan mereka akan menikmati keberadaan mereka, karena mereka diciptakan untuk bertasbih, seandainya mereka menjadi gunung semua, apa jadinya dunia ini, atau seandainya dunia ini lelautan semuanya bagaimana keberadaan manusia dan lainnya, atau dunia ini hanya berisi rerimbunan pepohonan, atau rerumputan saja, mungkin taka da keindahan di dunia ini, atau semuanya warna adalah hitam, mungkin dunia kelam, atau putih maka dunia akan penuh uban.

Seandainya semuanya sama, apa indahnya dunia ini, maka hanya“subhanallah, Masya Allah” Allah luar biasa. maka, kenapa aku harus dengki dan hasad kepada orang-orang yang berbeda dengan diriku, biarlah mereka jadi mereka dan aku jadi diriku sendiri, dan biarkan mereka bergembira dengan kegembiraan mereka, aku juga memiliki kegembiraan, dan Allah memiliki rencana sendiri dalam penciptaannya. Maka, kehidupan ini harus disyukuri, tersenyum dengan keberadaan diri, memahami tujuan diciptakan diri Mengabdi pada Tuhan yang Abadi, Tak usah dengki, apalagi iri, semuanya harus dinikmati.

Salam Cinta#Halimi Zuhdy
http://halimizuhdy.blogspot.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun