Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Magnum Opus Buya Syafi'i Maarif dan Fazlur Rahman

28 Mei 2022   18:56 Diperbarui: 30 Mei 2022   15:30 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto wajah Ahmad Syafii Maarif. (DOK KOMPAS/JITET via kompas.com)

Saat mengemukakan pandangan ini, situasi politik di Indonesia sedang mengalami turbulensi luar biasa. Buya dianggap memihak kalangan nasionalis yang saat itu diwakili oleh Jokowi dan Ahok. 

Sebagai kader Muhammadiyah penulis sangat paham bagaimana saat itu di group-group Persyarikatan yang banyak disusupi kaum tekstualis wahabiyah, serangan terhadap Buya sangat membabi buta. Tapi sebagai pemikir yang hidupnya sudah selesai dengan urusan dunia beliau tetap istiqomah.

Tak heran pada tahun 2019, walaupun Jokowi terpilih menjadi presiden untuk periode kedua, beliau menulis sebuah buku tentang kegelisahan atas nasib anak bangsa yang mulai tercerai berai moralitasnya karena pilihan politik. 

Buya dalam bukunya Menerobos Kemelut; Catatan Kritis Sang Guru Bangsa, menggambarkan kondisi Indonesia yang hampir sempurna olengnya dalam moralitas, namun beliau tetap percaya ada harapan cerah kita bisa kembali bangkit.

Sayangnya, dalam kondisi lompatan peradaban ilmu pengetahuan seperti saat ini, menurut Buya umat Islam semakin tertinggal pada banyak hal. Jumlahnya semakin banyak, tapi menurun secara kualitas. 

Buya mengatakan; "Umat Islam tidak perlu ditambah, kita butuh kualitas bukan kuantitas. Kita lebih baik dari pada Irak atau Afganistan, tetapi kalau rujukannya Al Quran, kita masih jauh. Di Mesir dan Afganistan itu banyak yang buta huruf. Tetapi di Indonesia politisi yang tak naik-naik kelas lebih dari buta huruf. Mereka malah jadi pemimpin dan negawaran. Mayoritas kita Islam lah yang memilih mereka," kata Buya.

Menyedihkan. Selamat jalan Buya Syafi'i Maarif. Muhammadiyah secara organisatoris semakin krisis kader dan kehilangan pemikir besar kritis yang tak surut oleh waktu. 

Kehilangan ini mungkin dirasakan juga oleh Indonesia, bahkan dunia. Mudah-mudahan akan terus bertumbuh Maarif-Maarif yang lain di Muhammadiyah menggantikan Buya. 

Nashrun Minallah wa Fathun Qorib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun