Dulu, sebelum saya memutuskan untuk melanjutkan studi S2 di bidang komunikasi di UGM, saya memulai karir di dunia penyiaran, khususnya di radio dan televisi. Menjadi seorang penyiar adalah sebuah dunia yang penuh tantangan, dan banyak hal yang saya pelajari dari pengalaman tersebut, terutama dalam hal komunikasi yang efektif dan efisien.
Pada awalnya, saya merasa komunikasi di dunia penyiaran sangat terstruktur, hampir seperti sebuah mesin yang beroperasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Namun, setelah merenung, saya menyadari bahwa banyak konsep manajerial yang saya terapkan selama bertahun-tahun sebagai penyiar, ternyata sangat berkaitan dengan dua teori besar yang diajukan oleh Max Weber dan Frederick Taylor.
Teori-teori ini, meskipun berakar dari dunia manajerial, memberi saya panduan dalam bekerja, tidak hanya sebagai penyiar, tetapi juga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar di dunia komunikasi massa.
Teori Max Weber dan Struktur dalam Penyiaran
Max Weber, seorang sosiolog terkenal asal Jerman, memperkenalkan konsep birokrasi dalam organisasinya. Ia menekankan pentingnya adanya struktur yang jelas dalam sebuah organisasi. Di dunia penyiaran, khususnya di radio dan televisi, prinsip-prinsip yang diajukan Weber sangat terasa.
Di stasiun tempat saya bekerja, setiap bagian memiliki peran yang sangat jelas. Ada manajer yang mengatur jadwal siaran, ada produser yang bertanggung jawab pada konten, teknisi yang mengurus peralatan, dan tentu saja penyiar yang menyampaikan pesan kepada audiens.
Saya sendiri berperan sebagai penyiar, yang tugas utamanya adalah berbicara di depan mikrofon untuk menyampaikan informasi, baik itu berita, hiburan, atau acara lain. Meskipun penyiar memiliki ruang untuk berimprovisasi, semuanya tetap berada dalam kerangka yang sangat terstruktur.
Skrip untuk siaran sudah disiapkan, waktu untuk setiap segmen sudah ditentukan, dan setiap pesan yang saya sampaikan harus jelas dan tepat. Sebagai penyiar, saya tidak bisa seenaknya mengubah alur acara tanpa persetujuan dari produser atau manajer. Semua ini menggambarkan prinsip birokrasi Weber, di mana setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan perannya masing-masing.
Komunikasi di dunia penyiaran pun berlangsung secara vertikal, yang berarti informasi dan keputusan penting lebih sering datang dari atas (manajer atau produser) dan disampaikan kepada penyiar, yang kemudian meneruskannya kepada audiens. Komunikasi ini mengalir dengan cara yang sangat terstruktur, mirip dengan yang diinginkan oleh Weber dalam organisasinya.
Seperti halnya di birokrasi, setiap orang tahu apa yang harus dilakukan dan kapan harus melakukannya, dengan sedikit ruang untuk improvisasi. Misalnya, saat menjalani siaran langsung, saya harus tetap mengikuti jadwal acara yang sudah ditentukan dan tidak bisa menambah atau mengubah segmen yang sudah disusun tanpa instruksi lebih lanjut dari pihak yang berwenang.
Frederick Taylor dan Efisiensi Kerja dalam Penyiaran