Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Autisme, Menurut Pandangan Medis Konvensional Dan Biomekanis. Bagaimana Jika Autisme Berlanjut Hingga Dewasa ?

20 Februari 2025   12:27 Diperbarui: 20 Februari 2025   12:27 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi komunikasi, interaksi sosial, serta pola perilaku seseorang. Penyebabnya masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa teori berdasarkan pandangan medis konvensional dan pendekatan biomekanis serta sistem kerangka tubuh.

1. Pandangan Medis Konvensional

Dalam dunia medis, autisme dianggap sebagai kondisi yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan neurologis. Beberapa penyebab yang sering dikaitkan adalah:

a. Faktor Genetik

  • Autisme sering ditemukan dalam keluarga, menunjukkan adanya komponen genetik.
  • Beberapa mutasi gen seperti SHANK3, CHD8, dan FMR1 berhubungan dengan ASD.
  • Studi menunjukkan anak kembar identik memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan kembar tidak identik.

b. Faktor Neurologis dan Perkembangan Otak

  • Struktur otak anak dengan autisme sering kali berbeda, misalnya pertumbuhan otak lebih cepat di usia dini yang menyebabkan gangguan konektivitas antarbagian otak.
  • Kelainan dalam neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin juga berkontribusi terhadap gejala ASD.

c. Faktor Lingkungan

  • Paparan zat beracun (logam berat, pestisida, polusi udara) selama kehamilan atau awal kehidupan.
  • Infeksi ibu selama kehamilan (rubella, sitomegalovirus).
  • Kekurangan nutrisi tertentu, seperti folat dan vitamin D.
  • Komplikasi kelahiran, misalnya hipoksia (kekurangan oksigen saat lahir).

Catatan: Vaksin telah diklaim sebagai penyebab autisme, tetapi berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksinasi dan autisme.

2. Pandangan Biomekanis dan Sistem Kerangka Tubuh

Pendekatan ini lebih melihat bagaimana gangguan struktur tubuh dan biomekanika dapat memengaruhi perkembangan otak dan perilaku anak. Beberapa aspek yang dianggap berperan adalah:

a. Ketidakseimbangan Tulang Leher (Cervical Subluxation)

  • Tulang leher bagian atas (C1 dan C2) berperan penting dalam sirkulasi darah ke otak serta komunikasi saraf.
  • Gangguan atau subluksasi (pergeseran kecil) pada area ini dapat menghambat fungsi otak dan saraf, menyebabkan gangguan neurologis termasuk autisme.

b. Gangguan Struktur dan Postur Tubuh

  • Bayi yang mengalami posisi tidur yang buruk atau trauma saat lahir dapat mengalami asimetris pada tengkorak atau tulang belakang yang memengaruhi perkembangan sistem saraf pusat.
  • Anak dengan postur buruk atau gangguan keseimbangan tubuh juga cenderung mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik dan sensorik.

c. Peran Fascia dan Ketegangan Otot

  • Fascia (jaringan ikat yang membungkus otot dan organ) dapat mengalami ketegangan berlebihan akibat trauma atau faktor genetik, yang berpotensi mengganggu sistem saraf.
  • Beberapa terapi biomekanis mencoba melepaskan ketegangan ini untuk meningkatkan komunikasi saraf dan peredaran darah ke otak.

d. Gangguan pada Sistem Saraf Otonom

  • Sistem saraf otonom mengatur respons tubuh terhadap stres. Anak dengan autisme sering menunjukkan dominasi sistem saraf simpatik (fight-or-flight), yang bisa dipicu oleh ketidakseimbangan biomekanis.
  • Teknik terapi seperti PAZ (Pengobatan Akhir Zaman) mencoba mengembalikan keseimbangan dengan koreksi biomekanis.

Kesimpulan

Autisme memiliki penyebab multifaktorial yang melibatkan genetik, neurologis, lingkungan, dan biomekanika tubuh. Pendekatan medis konvensional lebih berfokus pada faktor neurobiologis, sementara pendekatan biomekanis melihat bagaimana gangguan struktur tubuh dapat berdampak pada sistem saraf dan perilaku anak.

Pendekatan terbaik mungkin adalah kombinasi dari keduanya:
Diagnosis medis untuk memahami faktor neurologis dan genetik.
Terapi biomekanis seperti koreksi tulang, terapi fasia, dan latihan postur untuk mengoptimalkan fungsi saraf.
Nutrisi dan lingkungan sehat untuk mendukung perkembangan otak yang optimal.

Bagaimana jika Autisme berlanjut hingga dewasa, apa saja dampaknya ?

Jika autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) berlanjut hingga dewasa, dampaknya sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi, dukungan yang diterima selama masa pertumbuhan, serta kemampuan individu dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial dan pekerjaan. Berikut adalah beberapa efek utama autisme pada orang dewasa:

1. Kesulitan dalam Interaksi Sosial

Banyak orang dewasa dengan autisme mengalami:
Kesulitan memahami ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh orang lain.
Keterbatasan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial atau romantis karena cenderung berpikir secara literal dan kurang memahami norma sosial.
Sensitivitas terhadap interaksi sosial, misalnya merasa canggung atau kewalahan dalam lingkungan sosial yang ramai.
Preferensi untuk komunikasi langsung dan jelas, yang bisa membuat mereka terlihat 'kaku' atau kurang empati dalam percakapan.

Dampaknya:

  • Bisa kesulitan membangun pertemanan atau hubungan kerja yang baik.
  • Berisiko mengalami isolasi sosial atau kesepian.

2. Tantangan dalam Dunia Kerja

Orang dewasa dengan autisme sering memiliki kecerdasan normal atau tinggi, tetapi mereka mungkin mengalami:
Kesulitan dalam pekerjaan yang membutuhkan banyak interaksi sosial atau multitasking.
Preferensi terhadap pekerjaan yang terstruktur dan rutin.
Sensitivitas terhadap lingkungan kerja, seperti suara bising, cahaya terang, atau aturan kerja yang fleksibel.
Kesulitan dalam memahami politik kantor dan komunikasi non-verbal di tempat kerja.

Dampaknya:

  • Bisa sulit mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan.
  • Jika mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka, mereka bisa menjadi sangat ahli dalam bidangnya, terutama dalam bidang yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti IT, sains, atau seni.

3. Sensitivitas Sensorik yang Berlanjut

Orang dewasa dengan autisme sering memiliki:
Reaksi berlebihan atau kurang responsif terhadap rangsangan sensorik, seperti suara keras, tekstur makanan, cahaya terang, atau bau tertentu.
Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang memiliki banyak rangsangan.
Kebiasaan unik untuk mengatasi sensitivitas, seperti memakai headphone di tempat ramai atau memilih pakaian dengan tekstur tertentu.

Dampaknya:

  • Bisa mengalami stres atau kecemasan tinggi jika harus beradaptasi dengan lingkungan yang tidak nyaman.
  • Dapat mengembangkan strategi untuk mengurangi gangguan sensorik, seperti bekerja di lingkungan yang lebih tenang atau menggunakan alat bantu (headphone noise-canceling, pakaian khusus).

4. Pola Perilaku Berulang dan Ketertarikan Khusus

Orang dewasa dengan autisme sering memiliki minat yang sangat mendalam pada topik tertentu dan dapat menjadi sangat ahli dalam bidang tersebut.
Bisa memiliki rutinitas kaku, seperti makan makanan yang sama setiap hari atau melakukan kegiatan dengan cara yang sama berulang kali.
Cenderung perfeksionis dan bisa merasa frustrasi jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Dampaknya:

  • Bisa menjadi kelebihan jika diarahkan ke pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka (misalnya dalam penelitian, pemrograman, seni, atau mekanik).
  • Namun, bisa menjadi tantangan jika rutinitas mereka terganggu, menyebabkan kecemasan atau stres.

5. Risiko Masalah Kesehatan Mental

Orang dewasa dengan autisme memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental, seperti:
Kecemasan sosial -- karena sulit memahami interaksi sosial dan takut salah bertindak.
Depresi -- akibat isolasi sosial atau kegagalan dalam hubungan kerja dan personal.
Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) -- akibat kecenderungan terhadap pola perilaku berulang.

Dampaknya:

  • Bisa mengalami kesulitan dalam keseharian jika tidak mendapatkan dukungan psikologis yang tepat.
  • Dengan terapi yang sesuai, mereka bisa belajar mengelola stres dan kecemasan dengan lebih baik.

6. Kemampuan Beradaptasi dan Kemandirian

Beberapa individu dengan autisme bisa hidup mandiri dan sukses di bidang yang mereka tekuni.
Sebagian lainnya mungkin membutuhkan dukungan dari keluarga atau komunitas untuk mengatasi tantangan sosial dan pekerjaan.
Tingkat dukungan dan pelatihan sejak kecil sangat menentukan bagaimana seseorang dengan autisme bisa beradaptasi dengan dunia dewasa.

Dampaknya:

  • Dengan dukungan yang baik, mereka bisa memiliki kehidupan yang memuaskan, baik secara pribadi maupun profesional.
  • Jika tanpa dukungan, mereka bisa mengalami kesulitan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Autisme bukanlah hambatan total bagi kehidupan dewasa, tetapi memiliki tantangan tersendiri. Banyak orang dengan autisme yang bisa hidup mandiri dan sukses, terutama jika mereka mendapatkan lingkungan dan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian serta kebutuhan mereka.

Faktor penting untuk kesuksesan mereka meliputi:

  • Pemahaman dan dukungan sosial.
  • Lingkungan kerja yang ramah terhadap kebutuhan mereka.
  • Strategi manajemen stres dan kesehatan mental yang baik.
  • Pemanfaatan kekuatan mereka dalam bidang yang sesuai.

Meskipun ada tantangan, banyak orang dewasa dengan autisme yang memiliki bakat luar biasa dan kontribusi besar dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun