3. Jainisme
Jainisme memiliki aturan ketat terhadap makanan, dan semua jenis daging dilarang, termasuk babi.
- Umat Jain sangat ketat dalam Ahimsa, sehingga mereka hanya mengonsumsi makanan berbasis tumbuhan yang tidak merugikan makhluk hidup.
- Bahkan, beberapa kelompok Jain menghindari umbi-umbian karena dapat membunuh mikroorganisme tanah.
Kesimpulan: Semua jenis daging, termasuk babi, dilarang sepenuhnya.
4. Sikhisme
Sikhisme tidak memiliki larangan eksplisit terhadap babi, tetapi beberapa komunitas Sikh mengikuti vegetarianisme.
- Khalsa Sikh (kelompok ortodoks) menghindari semua daging yang diperoleh dengan cara kejam, termasuk halal dan kosher.
- Sikh biasa bisa makan daging, termasuk babi, jika tidak disembelih secara ritual.
Kesimpulan: Tidak ada larangan resmi, tetapi tergantung keyakinan individu.
5. Kepercayaan Tradisional China (Taoisme dan Konfusianisme)
- Dalam Taoisme, makanan dipercaya memengaruhi keseimbangan energi tubuh (yin-yang). Babi tidak dilarang, tetapi beberapa penganut Taoisme menghindari daging sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
- Dalam Konfusianisme, tidak ada larangan makan babi, bahkan babi sering dikonsumsi dalam budaya Tiongkok.
Kesimpulan: Tidak ada larangan, babi bahkan menjadi makanan pokok di beberapa budaya Tionghoa.
6. Kepercayaan Suku dan Adat
- Beberapa suku di Afrika dan Amerika Latin menganggap babi sebagai binatang najis dan tidak memakannya.
- Suku tertentu di Papua dan Pasifik justru menjadikan babi sebagai hewan penting dalam ritual adat dan makanan.
Kesimpulan: Berbeda-beda tergantung budaya dan tradisi masing-masing suku.
Kesimpulan Umum
- Diharamkan sepenuhnya dalam Islam, Yudaisme (Yahudi), dan Jainisme.
- Dihindari dalam beberapa kelompok Hindu dan Buddha, tetapi tidak semua.
- Diizinkan dalam Kristen, Sikhisme, dan banyak budaya lain, tetapi ada komunitas tertentu yang memilih menghindarinya.
- Dalam budaya Tionghoa dan beberapa suku, babi adalah makanan umum.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!