Mohon tunggu...
Hajad Priyadi
Hajad Priyadi Mohon Tunggu... Guru SMK HangTuah 2 Jakarta

Saya Hajad Priyadi, seorang pendidik yang suka baca dan nulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tamparan, Teguran, dan Batas Disiplin di Sekolah: Sebuah Cermin untuk Dunia Pendidikan Kita

18 Oktober 2025   07:03 Diperbarui: 18 Oktober 2025   07:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok. Pribadi (Gemini AI Generated)

Seorang guru senior pernah berkata,

"Dulu, murid takut salah karena hormat pada guru. Sekarang, guru takut salah karena takut diviralkan."

Kalimat itu sederhana tapi menggigit. Beban moral guru saat ini bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di ruang publik.
Setiap tindakan bisa direkam, disebar, ditafsirkan tanpa konteks. Apalagi di tengah masyarakat yang semakin sensitif terhadap isu kekerasan dan pelanggaran hak anak.

Guru seolah berdiri di dua dunia: Satu kaki di dunia ideal pendidikan - penuh nilai, keteladanan, dan kasih sayang;
dan kaki lainnya di dunia nyata - penuh tekanan, aturan, dan ancaman sosial.

Di sinilah pentingnya keseimbangan. Guru tetap harus menjadi sosok tegas, tapi tidak kasar.
Menjadi teladan, bukan penghukum. Dan murid pun harus memahami bahwa kebebasan tidak berarti bisa berbuat seenaknya.

Murid Juga Harus Belajar Tanggung Jawab

Sering kali kita terlalu cepat menilai guru tanpa melihat akar masalahnya. Padahal, dalam kasus di Banten ini, persoalan utamanya bukan sekadar tamparan - tapi perilaku siswa yang merokok di lingkungan sekolah.

Merokok bukan hanya soal melanggar aturan, tapi juga soal tanggung jawab diri. Di usia sekolah, ketika seseorang memilih untuk melanggar larangan, itu artinya ia sadar akan risikonya. Dan tanggung jawab tidak bisa sepenuhnya dipindahkan ke guru.

Pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil jika murid tidak belajar menanggung akibat dari pilihannya. Guru bisa mengingatkan, menasihati, bahkan menegur dengan keras - tapi kesadaran untuk berubah hanya bisa lahir dari dalam diri murid sendiri.

Kuncinya: Pendidikan dengan Hati

Apa pelajaran terbesar dari kasus ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun