Namun di balik duka, kita juga menyaksikan banyak sisi kemanusiaan. Relawan berdatangan, masyarakat saling membantu, dan doa mengalir dari seluruh penjuru negeri. Di tengah puing-puing, ada harapan yang tetap hidup - bahwa tragedi ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perlu Standar Baru untuk Pesantren
Indonesia memiliki ribuan pondok pesantren, banyak di antaranya dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Semangat gotong royong luar biasa, tapi tanpa standar keselamatan yang jelas, risiko selalu mengintai. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bersama-sama memastikan bahwa setiap bangunan pendidikan  - sekecil apa pun - harus memenuhi syarat keamanan dasar.
Kementerian Agama dan Kementerian Pekerjaan Umum sudah menyatakan akan menyusun aturan khusus bagi pembangunan pondok pesantren. Ini langkah baik, tapi pelaksanaannya perlu serius. Jangan sampai tragedi seperti Al-Khoziny hanya jadi berita sesaat tanpa perubahan nyata.
Dari Puing, Muncul Kesadaran Baru
Musibah ini mengingatkan kita bahwa iman dan tanggung jawab sosial tak bisa dipisahkan. Membangun tempat ibadah bukan hanya soal niat baik, tapi juga soal keahlian, perencanaan, dan kehati-hatian. Setiap batu dan tiang yang ditegakkan memikul amanah untuk menjaga manusia di bawahnya.
Bangunan boleh runtuh, tapi semoga dari puing-puing itu tumbuh kesadaran baru - bahwa keselamatan adalah bagian dari ibadah, dan kepedulian adalah wujud nyata dari keimanan.
Penutup
Al-Khoziny mengajarkan kita satu hal penting: keikhlasan tidak cukup tanpa kehati-hatian. Semoga para korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga mereka yang selamat diberi kekuatan untuk bangkit. Kita yang masih diberi kesempatan hidup, mari belajar dari duka ini - agar setiap pondok, setiap sekolah, dan setiap rumah ibadah di negeri ini bisa berdiri kokoh bukan hanya karena niat baik, tetapi juga karena kesadaran akan tanggung jawab kemanusiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI