Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Batam ke Gondang: Perjalanan Melintasi Suhu, Suara, dan Sunyi

12 Juli 2025   12:38 Diperbarui: 12 Juli 2025   12:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Pesawat di Bandara Hang Nadim, Batam

Sebelum kita mulai petualangan dari Batam ke Gondang Batur, Semarang, ayo seduh kopi favoritmu dulu. Biarkan aromanya menenangkan, menciptakan jeda yang pas. Kita mulai dengan ritual kecil kita, secangkir kopi di tangan, pikiran rileks, siap menyusuri setiap cerita perjalanan.

Sekarang, dengan cangkirmu di genggaman, rasakan setiap tegukan. Nikmati kehangatan dan keheningannya sejenak. Biarkan kafeinnya membangkitkan semangatmu, seolah memulai perjalanan ini bersamaku. Mari kita jelajahi serunya petualangan ini!

***

Jam 14.00 WIB, Sukajadi Batam melepaskan saya seperti sehelai daun yang akhirnya jatuh dari ranting kota. Saya meluncur menuju Bandara Hang Nadim, membawa ransel berisi lebih dari sekadar pakaian, di dalamnya ada secarik lelah urban, sebotol rindu, dan beberapa lembar perenungan. Cuaca mendung menggantung seperti pikiran yang belum selesai. Langit tak lagi biru, tapi seakan membuka pintu ke lorong waktu.

Tiba di bandara, saya lakukan ritual teknokratis - check-in, timbang bagasi, cetak boarding pass. Proses itu seperti algoritma bandara yang selalu dingin dan sistematis. Tubuh saya ada disitu, tapi pikiran sudah terbang lebih dulu ke lereng Merbabu, tampatnya 2 orang teman yang kebetulan bersama saya kembali ke sana, tempat saya berharap bisa bertemu kembali dengan keheningan.

Namun, waktu bukan milik saya dan dua orang teman ini sepenuhnya. Pesawat delay. Waktu ditunda seperti sebuah kalimat yang enggan diakhiri titik. Barulah pada pukul 15.40 WIB, sayap logam itu mengoyak langit dan membawa kami bertiga melintasi awan menuju Kulonprogo, Yogyakarta.

Di ketinggian ribuan kaki, turbulensi terasa seperti bisikan dari atmosfer, mengingatkan bahwa manusia tak lebih dari debu yang terjebak dalam kantong oksigen bernama kabin. Getaran lembut menyatu dengan mendung di luar jendela. Dunia di bawah tampak seperti peta datar, dan Batam mulai menjadi ingatan yang mengecil.

Pukul 18.00 WIB, pesawat mendarat di Bandara YIA. Langkah saya berat namun tenang, seperti meteor kecil yang akhirnya menyentuh tanah setelah menembus orbit kekacauan. Saya mencari kopi di dekat area parkir, namanya drink corner di sky gaeden. Segelas pahit yang menenangkan, sebelum perjalanan malam dimulai.

Dari bandara Kulonprogo, mobil meluncur menuju Magelang. Di perjalanan, udara berubah. Kota demi kota kami lewati seperti bab dalam buku geografi yang hidup. Mas Driver play irama dangdut, lagu rakyat yang mengalahkan sunyi. Dentum irama dangdut seolah menjadi denyut nadi jalan raya, menghidupkan lampu-lampu malam dan suara klakson yang bersahutan seperti simfoni pemuda yang kasmaran.

Dokpri : Bersama Para Penumpang - Proses cek in bagasi di Bandara Hang Nadim, Batam
Dokpri : Bersama Para Penumpang - Proses cek in bagasi di Bandara Hang Nadim, Batam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun