Hallo Kompasianer,
Hari ini, penulis ingin berbagi sedikit hal yang sering bikin orang-orang sangat emosional jika melakukannya. Hal ini lebih ke penasaran sih sebenarnya. Kalau ditanya tentang suka atau tidak dengan puisi?
Jawabannya, tergantung selera dari masing-masing orang. Artinya, ada puisi yang disukai, ada juga yang tidak/belum paham membuat seseorang jadi tidak menyukai puisi. Penulis sendiri, mengenal puisi-puisi semenjak di bangku sekolah. Dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, kebanyakan dari kita, di bangku sekolah termasuk pembaca di perkenalkan dengan banyak puisi oleh guru bahasa Indonesia tentunya.
Yang paling penulis gemari saat masih di bangku sekolah saat itu adalah puisi "AKU" karya Chairil Anwar. Penulis baru mengetahui kalau puisi "Aku" ditulis semenjak Maret 1943. Penulis juga baru tahu setelah membuka beberapa literatur tentang seniman dan penulis puisi, dan di banyak artikel itu banyak hal tentang aktivitas Chairil Anwar semasa hidupnya. Dari berbagai literatur ini juga, penulis tahu, penulis puisi "Aku" ini meninggal di usianya yang ke 27 tahun. Chairil Anwar termasuk satu diantara sekian banyak penulis puisi yang memiliki sejarah panjang perjuangan menyemangati generasi dengan karya mereka.
Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dalam sebuah artikel, penulis membaca beberapa tokoh dengan karya-kerya mereka yang sangat berpengaruh ini, dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia oleh H.B. Jassin. Ini hal yang sangat luar biasa yang penulis baru tahu, bahwa karya-karya mereka saat itu begitu berpengaruh dan mungkin juga sangat berpengaruh dengan berkembangan puisi kontemporer saat di Indonesia.
Di bangku kuliah, setelah penulis sudah tahu bahwa kekuatan puisi itu benar-benar ada ketika pembaca menghayati, menyelam lebih jauh ke setiap bait yang di tulis, baru lah penulis mulai membuka banyak biografi tentang penulis-penulis puisi baik di Indonesia sendiri dan penyair dari beberapa negara luar. Nanti penulis akan berbagi tentang puisi-puisi dari penyair dari beberapa negara luar yang penulis gemari dan sangat suka di tulisan yang terpisah, sekarang kita kelarin dulu bagian ini. Dari sinilah, penulis membaca banyak puisi termasuk puisi Chairil Anwar, membaca banyak penjelasan tentang makna yang terkandung dalam puisi dll dll. Yang penulis temukan, hampir semua karyanya Chairil Anwar merujuk pada kematian.
Mungkin karena saat dia menulis karya-karya puisinya dikeadan atau kondisi saat itu yang menurutnya adalah berbahaya. Atau, bisa jadi, dia telah menyadari akan mati muda jika menulis puisi dianggap sebagai penentang di jaman itu. Entahlah.
Begitulah sedikit pengantar yang penulis ingin bagikan kepada pembaca yang budiman agar tidak mengira penulis hanya menulis berdasarkan apa yang penulis temukan di banyak literatur atau artikel yang di tulis oleh pecinta dan penggemar puisilainnya.
Puisi menurut penulis, bisa dibilang sebagai medium yang sangat-sangat ideal untuk mengenal dan membedakan "rasa" (persepsi) kata-kata. Dikatakan demikian, karena saat penulis membaca puisi, semua jenis puisi terutama kata-katanya yang artinya hampir mirip atau sama.
Pembaca juga pasti menemukan hal demikian seperti yang penulis temukan. Penggunaan kata dalam setiap puisi membuat pembaca yang membaca puisi menemukan banyak kata yang sama sinonimnya. Misalnya kata kembang, dan bunga, atau puspa dll dll
Sebelumnya penulis pikir ketiga hal ini berbeda, ternyata sinonimnya sama. Hal inilah yang menurut penulis, bahwa banyak orang menyukai puisi dengan salah satu factor utamanya adalah penggunaan kata. Semakin banyak membaca puisi, seorang pembaca akan mengumpulkan banyak kata yang jika digunakan dalam setiap tulisan akan sarat maknanya.