Mohon tunggu...
haikal al amin
haikal al amin Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Tazkia

Saya Suka menulis artikel yang terkait dengan dunia bisnis, dan keuangan berbasis syariah

Selanjutnya

Tutup

Financial

Di ambang Krisi global : Saatnya perusahaan beralih ke jaring pengaman keuangan syariah

9 Oktober 2025   12:00 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:50 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dunia sedang tidak baik-baik saja. Kita semua merasakannya. Harga kebutuhan pokok merangkak naik, berita tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) terdengar semakin sering, dan para ahli ekonomi di seluruh dunia berbicara tentang ancaman resesi yang nyata. Di tengah badai ketidakpastian ini, para pemimpin perusahaan dipaksa berpikir keras: bagaimana caranya agar kapal bisnis kita tidak ikut karam?
Selama ini, banyak perusahaan berjalan di atas sistem keuangan konvensional yang sangat bergantung pada utang dan bunga. Model ini terlihat baik-baik saja saat ekonomi stabil. Namun, ketika krisis datang dan bank sentral menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi, utang yang tadinya terasa ringan tiba-tiba berubah menjadi beban raksasa yang bisa menenggelamkan. Di sinilah kita perlu berhenti sejenak dan bertanya: adakah cara yang lebih aman? Jawabannya ada, dan mungkin lebih dekat dari yang kita duga. Inilah saatnya melirik keuangan syariah, bukan sebagai alternatif eksklusif, melainkan sebagai sebuah "jaring pengaman" yang logis dan teruji oleh waktu.

a. Solusi dari Akar Masalah: Kemitraan Menggantikan Utang

Untuk memahami mengapa keuangan syariah menawarkan stabilitas, kita perlu melihat perbedaan mendasarnya dengan sistem konvensional. Sistem berbasis bunga pada dasarnya adalah hubungan antara pemberi pinjaman dan peminjam. Apapun yang terjadi pada bisnis Anda---entah itu untung besar atau rugi total---Anda tetap wajib membayar pokok dan bunga pinjaman. Ini menciptakan risiko yang sangat besar di pihak pengusaha.

Keuangan syariah membalik logika ini. Alih-alih meminjamkan uang, sistem syariah mendorong kemitraan (musyarakah) atau investasi bagi hasil (mudharabah). Dalam skema ini, hubungan yang tercipta adalah antara investor dan pengelola usaha.

Bayangkan Anda butuh dana untuk mengembangkan bisnis. Dalam sistem syariah, investor akan memberikan modal untuk kemudian berbagi keuntungan sesuai kesepakatan. Jika bisnis untung, keuntungan dibagi bersama. Namun, jika bisnis menghadapi kerugian, risiko itu juga ditanggung bersama. Semangatnya adalah gotong royong, bukan eksploitasi.

Seperti yang diungkapkan oleh Adiwarman Karim, seorang pakar ekonomi syariah terkemuka di Indonesia, "Keuangan syariah menuntut adanya keterkaitan langsung dengan sektor riil. Uang tidak boleh menghasilkan uang begitu saja; ia harus bekerja melalui perdagangan dan investasi yang nyata. Inilah yang membuatnya lebih stabil dan membumi." Kutipan ini menegaskan bahwa dana dalam sistem syariah tidak dibiarkan berputar di dunia spekulasi yang maya, melainkan harus menjadi motor penggerak ekonomi yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat.

b. Dampak Nyata: Bisnis Lebih Tahan Banting, Masyarakat Lebih Aman

Lalu, apa dampak praktisnya bagi perusahaan di tengah kondisi saat ini?

1. Beban Operasional Lebih Ringan: Tanpa adanya kewajiban membayar bunga yang bisa melonjak kapan saja, perusahaan bisa bernapas lebih lega. Arus kas menjadi lebih sehat karena pengeluaran terbesar (pembayaran utang bunga) digantikan oleh pembagian profit yang fleksibel. Jika profit sedang turun, maka porsi yang dibagikan pun ikut turun.

2. Fokus pada Inovasi, Bukan Cicilan: Ketika manajemen tidak lagi pusing memikirkan cara membayar cicilan utang yang membengkak, energi dan sumber daya perusahaan bisa dialihkan untuk hal yang lebih strategis: inovasi produk, efisiensi operasional, dan peningkatan layanan kepada pelanggan.

3. Pengambilan Risiko yang Sehat: Karena risiko ditanggung bersama mitra atau investor, perusahaan didorong untuk membuat keputusan bisnis yang lebih hati-hati dan terukur,bukan keputusan spekulatif yang berisiko tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun