Mohon tunggu...
Haikal Akmal Zahli
Haikal Akmal Zahli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa kedokteran hewan Universitas Airlangga yang tertarik dengan desain grafis dan pengobatan tradisional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Lebih Dekat PMK pada Hewan Ternak

29 Mei 2022   10:58 Diperbarui: 29 Mei 2022   11:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PMK adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Apthovirus famili Picornaviridae, pada umumnya menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa, unta, bison, antelope, jerapah, dan gajah. Meskipun penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia karena bukan termasuk zoonosis, penyakit PMK menimbulkan kerugian yang sangat besar. Mulai dari penurunan bobot hidup ternak, penurunan produktivitas atau bahkan mengalami gangguan fertilitas kehilangan kemampuan reproduksi selama satu tahun setelah terserang penyakit.

Dampak langsung dari PMK bisa menyebabkan kematian pada ternak, dan menurunnya produktivitas tenaga ternak. Secara tidak langsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan produksi ternak dan perubahan struktur populasi. Selain itu merugikan peternak dengan harus mengeluarkan biaya dalam rangka pemotongan, pemusnahan, kompensasi, karantina, surveilans dan vaksinasi. Penurunan aktivitas di pasar hewan juga menyebabkan berkurangnya pemasukan peternak.

Penyakit ini muncul pertama kali di Indonesia  pada tahun 1887 dan berhasil mendeklarasikan Indonesia bebas PMK pada tahun 1986 tanpa melakukan vaksinasi melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 260/Kpts/TN.510/5/1986 yang kemudian diakui oleh dunia melalui Resolusi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Nomor XI Tahun 1990. Namun baru-baru ini penyakit PMK kemabali mewabah di Indonesia. Penyakit ini harus segera dihentikan penyebarannya karena selain menimbulkan kerugian yang besar, penyebaran PMK sangatlah cepat dan mampu melampaui batas negara.

PMK pada beberapa kejadian menjangkit hewan yang terlihat sehat sehingga susah untuk membedakannya. Lalu bagaimana cara mengetahui ternak terjangkit PMK? . Secara klinis hewan yang terjangkit PMK mempunyai suhu tubuh mencapai 41°C, tampak lesu, malas berdiri, bobot hidup berkurang, produksi susu menurun, terdapat lepuhan berupa tonjolan bulat pada rongga mulut, lidah bagian atas, bibir bagian dalam, gusi, langit-langit mulut, lekukan di kaki, dan di ambing susu.

Meskipun PMK bukanlah termasuk zoonosis (penyakit dari hewan yang ditularkan ke manusia), penyebarannya harus segera dihentikan menimbang dampaknya yang bisa menyebabkan penurunan ekonomi di sektor ternak. 

Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengisolasi hewan yang terkena penyakit dan memisahkannya dari hewan yang sehat, serta memberlakukan pengawasan ketat pada hewan yang terjangkit. 

Karena darah, urin, feses hewan yang terjangkit mengandung virus. Perlu diperhatikan sekali jangan sampai menyembelih hewan ataupun membuang jerohan hewan tidak sembarangan. Apabila darah atau kotoran hewan yang terjangkit berhasil masuk ke saluran air, dikhawatirkan bisa terminum oleh hewan dan menyebabkan hewan lain terinfeksi.

Langkah selanjutnya dalam memotong penyebaran virus penyebab PMK adalah dengan kontribusi dari para ibu rumah tangga. Bagaimana caranya?

Dengan tidak mencuci daging yang sudah dibeli dari pasar (dikhawatirkan virus yang ada pada daging ikut ke dalam aliran air dan dikhawatirkan bisa terminum oleh hewan peka). Daging yang baru dibeli langsung dimasak hingga mendidih minimal 30 menit, Atau menyimpan daging ke dalam kulkas dengan menggunakan metode pelayuan, yaitu merebus terlebih dahulu daging kemudian dimasukkan ke dalam pendingin selama 24 jam, setelah itu masukkan daging ke dalam freezer. 

Metode ini sering dilakukan di negara-negara maju dalam rangka pengendalian wabah PMK. Hal tersebut efektif dilakukan karena pada saat daging disimpan di pendingin selama 24 jam, daging mengalami proses rigor mortis, yaitu pH daging mengalami penurunan dibawah 5,9 dan hal tersebut bisa menonaktifkan virus.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun