Mohon tunggu...
Hafizh Karim
Hafizh Karim Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S-1 Ilmu Politik Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kabinet Jokowi dan Keunikan Pemerintahannya

18 September 2018   16:28 Diperbarui: 18 September 2018   16:30 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam setiap masa kepemimpinan, selalu ada hal unik dari rezim untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Keunikan tersebut tidak luput dari aktor-aktor yang berperan dibalik layar kebijakan dan juga tentunya variasi masalah yang muncul pada masa kepemimpinan mereka.

Bila kita melihat linimasa dari pemerintahan yang ada di Indonesia, hal-hal unik yang cukup signifikan terjadi di setiap rezim yang berkuasa.

Misal, pada rezim Bung Karno kita mengenal inovasi 'NASAKOM', pembangunan Gelora Bung Karno untuk Asian Games, dan pidato-pidato membaranya yang mengobarkan semangat bela negara yang sangat tinggi (bahkan ada istilah 'ganyang malaysia').

Pada rezim Pak Harto, untuk menjawab permasalahan infrastuktur, dilahirkan inovasi repelita yang menjadi landasan bagi kebijakan strategis rezim 'Orde Baru'.

Di sisi lain, Pak Harto melahirkan konglomerat-konglomerat melalui kebijakan protektif, sehingga keuangan negara juga bisa dibantu oleh mereka yang memiliki kekuatan ekonomi yang kuat.

Selain itu rezim Pak Harto juga dikenal 'reaktif' pada aktifis-aktifis yang 'vokal' terhadap pemerintahan. Beralih pada era Eyang Habibie, kita mengenal terobosan seorang Insinyur dalam mengubah muka 'demokrasi' di Indonesia, sehingga kita mengenal Pemilu yang lebih transparan dan fair seperti saat ini.

Eyang Habibie juga dikenal bisa kembali menstabilkan Rupiah setelah sebelumnya ada krisis moneter pada tahun 1998. 

Pada masa reformasi, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mencoba menstabilkan kondisi politik Indonesia, salah satunya dengan promosi agar masyarakat menghargai perbedaan terlebih terhadap warga tiongkok di Indonesia yang sebelumnya sempat menjadi target diskriminasi ataupun kekerasan yang dilakukan oleh sebagian rakyat.

Di tahap ini, Gus Dur mencoba menjawab gejolak perpecahan yang muncul di era reformasi.

Selanjutnya, Ibu Mega yang meneruskan kepemimpinan Gus Dur mencoba menjawab masalah ekonomi Indonesia dengan inovasi BPPN yang kemudian diharapkan bisa menjadi nafas baru bagi kas negara.

Di sisi lain, Ibu (Satu-satunya Presiden perempuan yang Indonesia miliki hingga saat ini) meneruskan cita-cita agar kebijakan di Indonesia dapat tersebar luas dengan cara otonomi daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun