Mohon tunggu...
Hafizh NaufalAzmi
Hafizh NaufalAzmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa pendidikan matematika yang aktif dan tertarik dalam dunia desain grafis. sedang berproses untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

TRANSMA (Transformasi Prisma) Alat Peraga Pembelajaran Prisma yang Menarik Siswa

3 Agustus 2022   17:05 Diperbarui: 3 Agustus 2022   17:16 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

Matematika menjadi mata pelajaran yang seringkali dianggap menjadi pelajaran yang sulit. Padahal matematika memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik. Karena matematika berkontribusi secara langsung dan mendasar terhadap bisnis, keuangan, kesehatan dan pertahanan (Siregar, 2017). salah satu alasan mengapa matematika paling dihindari siswa adalah kesalahan pengenalan oleh guru terhadap siswa.

Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Prof Hardi Suyitno pada kelas kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika. Beliau menyebutkan bahwa kunci sukses pada pendidikan matematika selain guru yang menguasai materi matematika, juga harus menguasai aspek pendidikan (Education), Filsafat (Philosophy), dan juga sosial (Society).

Dalam aspek pendidikan (Education) guru harus memahami proses perkembangan peserta didiknya. Sehingga nantinya proses pembelajaran akan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang peserta didik miliki. Hal itu akan mengefisienkan proses pembelajaran.

Salah satu teori yang membahas tentang perkembangan peserta didik adalah teori yang disampaikan oleh Jean Piaget, seorang Psikolog perkembangan asal Swiss. Dia membagi proses perkembangan peserta didik menjadi 4 tahapan, yaitu Tahap Sensorimotor (18-24 Bulan), Tahap Praoprasional(2-7 Tahun), Tahap Operasional Kongkret(7-11 Tahun), dan Tahap Operasional Formal (12 Tahun keatas).

Tahapan operasional kongkret dialami oleh siswa yang sedang bersekolah di tingkat SD. Pada tahap tersebut  anak belum bisa menangkap informasi yang bersifat abstrak secara sempurna(Piaget dalam Annisah, 2014). Oleh karenanya diperlukan suatu benda yang bersifat kongkrit agar dapat memudahkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran.


Pada pembelajaran matematika yang bersifat abstrak kepada anak SD perlu untuk dijembatani agar dapat diwujudkan dalam bentuk kongkret. Terutama pada materi Geometri yang semua objeknya merupan objek abstrak. Pembelajaran geometri masih susah untuk dipahami peseta didik di usia SD karena banyaknya materi yang harus dikuasai (Fauzi & Arisetyawan, 2020).

Dalam geometri dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan objeknya, ada geometri bidang, geometri ruang, dan graph. Pada geometri ruang membahas objek-objek yang memiliki ruang seperti Prisma, Limas, Bola, Tabung, Kerucut, dsb.

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta sisi-sisi lainnya berbentuk persegi panjang. 

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa jenis prisma menjadi tak terhingga jumlahnya, sebab alas yang digunakan bisa dari segi-3 sampai segi yang tak hingga. Dalam pembelajaran materi prisma, siswa diharapkan dapat mencari volume dan luas permukaan dari bangun tersebut.

Maka, sebagai upaya dalam memperlancar hal tersebut. Dalam pembelajaran geometri dapat digunakan alat peraga. Menurut Sudjana (2010) alat peraga adalah Alat bantu pendidikan yang dapat diserap oleh mata dan telinga, yang dirancang untuk membantu guru agar proses pengajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Alat peraga juga dapat membantu menghubungkan hal yang berbentuk abstrak menjadi bentuk kongkret.

Salah satu alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada materi prisma adalah TRANSMA(Transformasi Prisma). Dimana alat peraga ini mampu mentransformasikan bangun prisma yang merupakan bangun ruang menjadi kumpulan bangun datar, sehingga dapat memudahkan proses perhitungan volume dan luas permukaan prisma.

Penggunaan TRANSMA ini juga dapat memisahkan antara alas dan selimut. Sehingga peserta didik bisa lebih paham atas konsep perhitungannya, dan peserta didik tidak terbabani untuk menghafalkan banyak rumus. Pada bangun prisma untuk mencari volume = Luas alas x  Tinggi, dan untuk mencari luas permukaan = 2 x Luas Alas + Luas Selimut.

Pada praktik yang telah dilakukan oleh penulis di "Omah Sinau Jogja", Siswa dengan menggunakan alat peraga ini menjadi lebih antusias dan semangat dalam belajar . Ditunjukkan dengan tindakan mereka yang selalu ingin memegang atau berinteraksi langsung dengan alat peraga tersebut.

Dalam kesempatan itu juga, siswa dengan menggunakan alat peraga mampu mencari volume pada prisma segitiga, yang merupakan pengembangan pemahaman konsep dari perhitungan volume prisma segi empat.  Hanya dengan mengganti alasnya, para siswa telah mampu menghitung volumenya.

Melalui alat peraga seperti TRANSMA dan yang lainnya, diharapkan peserta didik dapat lebih semangat dan antusias dalam belajar matematika. Sehingga matematika dapat menjadi ilmu yang menyenangkan, bukan lagi ilmu yang menakutkan.

----

Daftar Pustaka

Annisah, S. (2014). Alat peraga pembelajaran matematika. Jurnal Tarbawiyah 11(1). 1- 15.

Fauzi, I., & Arisetyawan, A. (2020). Analisis kesulitan belajar pada materi geometri di sekolah dasar. Kreano 11(1). 27-35. Doi: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v11i1.20726

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Jakarta: PT.remaja rosdakarya.

Siregar,N. R. (2017). Persepsi siswa pada pelajaran matematika: studi pendahuluan pada siswa yang menyenangi game. Jurnal Universitas Islam Sultan Agung. 224-232. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun