Ragunan merupakan daerah yang terletak di wilayah kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kawasan ini amat terkenal di Jakarta karena terdapat sebuah kebon Binatang yang menjadi objek wisata bagi masyarakat dan adanya Gedung Kementerian Pertanian RI. Meskipun begitu dahulu kala ragunan masih berupa perkampungan dan rimbunan pepohonan.
Asal Usul Nama Ragunan
Dilihat dari asal usulnya, nama “Ragunan” berasal dari Pangeran Wiraguna, seorang juru bangunan dari Batavia yang melarikan diri ke Banten. Nama aslinya ialah Hendrik Lucaasz, dan Wiraguna merupakan gelar yang diberikan dari penguasa Kesultanan Banten sebagai bentuk pengabdiannya pada sang sultan.
Pada tahun 1675, Wiraguna ditugasi oleh sultan memimpin pembangunan istana dan bendungan di sebelah hulu Sungai Ci Banten. Setelah tugasnya selesai, ia menetap menjadi tuan tanah di daerah tenggara Batavia yang kelak menjadi “raguna” dan akhirnya “ragunan.” Hingga berlangsungnya masa kolonial, daerah Ragunan tetap dipenuhi hutan hingga perkampungan. (Zaenuddin, 2018, pp. 265-266)
Perkembangan Kebon Binatang di Jakarta sebelum Ragunan
Sebelum kemerdekaan Indonesia,keberadaan kebon binatang di Jakarta sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang terletak di wilayah Cikini. Berdasarkan tulisan yang diterbitkan ANTARA berjudul “Sejarah Singkat Taman Margasatwa Ragunan”, kebon binatang Cikini telah diresmikan pemerintah kota Batavia tahun 1864 dengan nama "Planten en Dierentuin." Pengelola pertama kali dilakukan oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia).
Pasca kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, fasilitas rekreasi di Jakarta hanya dapat dinikmati oleh golongan masyarakat tertentu karena keadaan ekonomi rakyat tidak memadai. Memasuki dekade 1950-an ketika jumlah penduduk Jakarta kian bertambah akibat migrasi, pemerintah bertahap membangun gedung-gedung yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, beberapa daerah yang dibangun yaitu Slipi,Petojo,Sentiong hingga Jatinegara. Bersamaan dengan itu mulai dikembangkan kota satelit di selatan Jakarta yakni Kebayoran
Sejalan pembangunan kota yang telah direncanakan matang, muncul gagasan mengadakan fasilitas rekreasi kepada penduduk kota yang beraneka ragam. Sebelum tahun 1950, tempat rekreasi sebenarnya telah ada yakni pantai Ancol,Taman Fromberg,Hotel Des Indes, termasuk Kebon Binatang Cikini. Tapi tempat tersebut dahulu diprioritaskan untuk liburan bagi pegawai Belanda beserta keluarganya. (Sedyawati, 1987, pp. 158-159)
Rencana Pemindahan Kebon Binatang ke Ragunan
Pada tahun 1964, Gubernur DKI Jakarta saat itu Soemarno Sastroatmotjo mengeluarkan gagasan menyusun perencanaan pembangunan fasilitas rekreasi di wilayah Ragunan, Pasar Minggu. Gagasan beliau berupa memindahkan kebon binatang Jakarta yang semula berada di daerah Cikini ke daerah Ragunan. Perencaan ini mengalami penundaan akibat belum adanya kepastian.
Lokasi pemindahan kebon binatang tersebut kemudian terkenal sebagai Taman Marga Satwa Ragunan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghibahkan lahan yang luasnya 30 hektare di daerah Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan menjadi tempat kebon binatang.. Bersamaan dengan itu, proyek pembangunan planetarium segera didirikan di lahan kebon binatang Cikini yang kelak nantinya menjadi Taman Ismail Marzuki. (Sedyawati, 1987, p. 161)
Perkembangan Kebon Binatang Ragunan Dari Masa ke Masa
Taman Margasatwa Ragunan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada 22 Juni 1966 sebagai wahana koleksi binatang dan perlindungan seluruh binatang Indonesia yang terancam mengalami kepunahan. Sejak mulai dibuka, Taman Margasatwa Ragunan terus ditingkatkan volumenya, bermacam jenis satwa dalam dan luar negeri didatangkan kesana untuk memperkaya khazanah fauna Indonesia di Jakarta. Beberapa hewan langka pun dikembangkan di kebon binatang ini seperti komodo hingga burung cendrawasih.
Agar menarik minat pengunjung, pada April 1967 diluncurkan alat transportasi bus khusus yang melayani angkutan bagi pengunjung yang hendak berwisata ke Ragunan. Sebanyak 10 bus PT TAVIP disediakan untuk melayani dengan rute perjalanan Pancoran sampai Kebon Binatang Ragunan yang beroperasi saat hari libur saja.
Dalam perkembangannya,pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan mengalami beberapa kali perubahan dan perluasan lahan. Perubahan nama pertama terjadi tahun 1983 yaitu dari Taman Margasatwa Ragunan menjadi Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan. Kemudian perluasan lahan terjadi tahun 2010 menjadi 147 hektare dengan koleksi binatang sebanyak 2101 ekor dari 220 spesies.
Setelah mengalami perubahan nama sejak 1983,akhirnya pada tahun 2015 nama Ragunan terakhir resmi menjadi Kantor Pengelola Taman Margaswata Ragunan. Hal ini sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Mengutip rilis arsip Perpustakaan Nasional RI, untuk meningkatkan daya tarik wisatawan pengelola Ragunan menyediakan karcis murah untuk masuk ke dalam tempat wisata. Selain itu, untuk mendukung aksesibilitas masyarakat berkeliling pada tahun 1995 delman pernah diizinkan masuk ke area wisata taman margasatwa Ragunan. Hal ini ditandai dengan munculnya belasan delman yang berasal dari Kebayoran Lama mengangkut penumpang di saat hari libur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI