Mohon tunggu...
Hafizhah Putra
Hafizhah Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNJ

Saya merupakan seorang mahasiswa aktif yang sedang menempuh S1 Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta. Selama melaksanakan perkuliahan, saya orang yang hobi membaca buku bertema sejarah, terutama tentang sejarah lokal Jakarta maupun sejarah politik internasional. Dari situ saya memiliki keterampilan berpikir kritis dalam memahami suatu informasi sehingga mampu membuat beberapa tulisan esai. Lalu saya percaya diri dalam melakoni pekerjaan serta memiliki jiwa kerja yang teliti dan cepat belajar. Konten yang saya gemari selain bidang sejarah adalah konten seputar Transjakarta dan Tata Ruang Kota

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sejarah Perkembangan Ragunan, Berawal Tuan Tanah Sampai Kebon Binatang

3 Juli 2025   13:00 Diperbarui: 2 Juli 2025   13:42 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Jalan RM Harsono dekat Terminal Ragunan Januari 2025 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Ragunan merupakan daerah yang terletak di wilayah kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kawasan ini amat terkenal di Jakarta karena terdapat sebuah kebon Binatang yang menjadi objek wisata bagi masyarakat dan adanya Gedung Kementerian Pertanian RI. Meskipun begitu dahulu kala ragunan masih berupa perkampungan dan rimbunan pepohonan.

Asal Usul Nama Ragunan

     Dilihat dari asal usulnya, nama “Ragunan” berasal dari Pangeran Wiraguna, seorang juru bangunan dari Batavia yang melarikan diri ke Banten. Nama aslinya ialah Hendrik Lucaasz, dan Wiraguna merupakan gelar yang diberikan dari penguasa Kesultanan Banten sebagai bentuk pengabdiannya pada sang sultan.

     Pada tahun 1675, Wiraguna ditugasi oleh sultan memimpin pembangunan istana dan bendungan di sebelah hulu Sungai Ci Banten. Setelah tugasnya selesai, ia menetap menjadi tuan tanah di daerah tenggara Batavia yang kelak menjadi “raguna” dan akhirnya “ragunan.” Hingga berlangsungnya masa kolonial, daerah Ragunan tetap dipenuhi hutan hingga perkampungan. (Zaenuddin, 2018, pp. 265-266)

Perkembangan Kebon Binatang di Jakarta sebelum Ragunan

     Sebelum kemerdekaan Indonesia,keberadaan kebon binatang di Jakarta sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang terletak di wilayah Cikini. Berdasarkan tulisan yang diterbitkan ANTARA berjudul “Sejarah Singkat Taman Margasatwa Ragunan”, kebon binatang Cikini telah diresmikan pemerintah kota Batavia tahun 1864 dengan nama "Planten en Dierentuin." Pengelola pertama kali dilakukan oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia).

     Pasca kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, fasilitas rekreasi di Jakarta hanya dapat dinikmati oleh golongan masyarakat tertentu karena keadaan ekonomi rakyat tidak memadai. Memasuki dekade 1950-an ketika jumlah penduduk Jakarta kian bertambah akibat migrasi, pemerintah bertahap membangun gedung-gedung yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, beberapa daerah yang dibangun yaitu Slipi,Petojo,Sentiong hingga Jatinegara. Bersamaan dengan itu mulai dikembangkan kota satelit di selatan Jakarta yakni Kebayoran

     Sejalan pembangunan kota yang telah direncanakan matang, muncul gagasan mengadakan fasilitas rekreasi kepada penduduk kota yang beraneka ragam. Sebelum tahun 1950, tempat rekreasi sebenarnya telah ada yakni pantai Ancol,Taman Fromberg,Hotel Des Indes, termasuk Kebon Binatang Cikini. Tapi tempat tersebut dahulu diprioritaskan untuk liburan bagi pegawai Belanda beserta keluarganya. (Sedyawati, 1987, pp. 158-159)

Rencana Pemindahan Kebon Binatang ke Ragunan

       Pada tahun 1964, Gubernur DKI Jakarta saat itu Soemarno Sastroatmotjo mengeluarkan gagasan menyusun perencanaan pembangunan fasilitas rekreasi di wilayah Ragunan, Pasar Minggu. Gagasan beliau berupa memindahkan kebon binatang Jakarta yang semula berada di daerah Cikini ke daerah Ragunan. Perencaan ini mengalami penundaan akibat belum adanya kepastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun