Suapan kedua saya memutuskan untuk mencolek sambal pedas manis yang tidak sedikit penggemarnya dan tentu dengan nasi putih yang masih panas. Dihadapan saya ada teman yang baru pertama kali mencoba ayam goreng ini, kami saling bertatapan dan tanpa berkata apa-apa kami hanya tersenyum.Â
Seolah tahu isi pikiran masing-masing. "Enak, enak banget, gak tahu mau bilang apa lagi." katanya tiba-tiba. Sedangkan teman saya yang satunya berkomentar, "Wah kalo kayak gini lidah gue standar ayam gorengnya jadi tinggi nih! bakal susah cari tandingannya."
Selanjutnya saya mencoba makanan pendamping lainnya yaitu tempe goreng dan ampela ayam. Katanya, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Saya jadi bertanya-tanya, kalau begitu bagaimana ya cara saya bisa tahu kekurangan dari menu yang dijual Ayam Goreng Tojoyo?
Tempe goreng yang dijual saja sudah terlihat berwarna lebih kuning dari tempe goreng pada umumnya. Terlihat jelas tempe ini juga dibumbui dengan bumbu ayam ungkep yang penuh rasa rempah. Iya, rasa rempah yang membuat teman saya tidak bisa berkata-kata lagi itu. Disajikan hangat dan tidak lupa mendapat sepiring kecil sambal asam manis lagi. Ampela goreng yang dijual pun sama. Sepertinya bumbu rempah ini sudah menjadi identitas dari restoran Ayam Goreng Tojoyo.
Kendaraan dari plat B, plat G, plat A, plat BK dan masih banyak lagi menjadi pemandangan biasa di parkiran restoran Ayam Goreng Tojoyo. Jadi, cobalah datang dan rasakan sendiri, siapkah anda menjadi penggemar baru dari ayam goreng ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI