Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Best Team

4 September 2025   18:02 Diperbarui: 4 September 2025   18:02 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Internasional World Champion League under 18, the winner is... Kalimat tersebut menggema penuh di seluruh bagian stadion. Sebuah tim lokal baru saja menapaki panggung dengan titel bergengsi mereka. World Liga Internasional paling bergengsi di 10 tahun sekali, melalui jutaan pertandingan yang bagai pertarungan di atas rumput. Peluh, cedera, dan akumulasi kartu, pekik kegagalan yang tiada hentinya, ratusan kritik hingga hinaan yang bertumpuk, akhirnya terbayar.

"I don't know... what I must say to you, Super Captain." Seorang laki-laki berjas hitam menepuk bahu sang kapten di atas podium, seorang wonderkid dari negeri tak berlatar belakang sepak bola, dari lapangan berbatu dan gawang bambu, anak itu dibentuk dan menjadi legenda hidup.

Anak itu menggeleng. "I'm not Super Captain, sir. I just common player like them"

Ia menoleh pada timnya di panggung, tim yang telah mencetak sejarah tak terduga, membuktikan pada dunia jika semuanya dapat berubah.

Sword United, yang hanya berasal dari tim sekolah hampir hancur karena kekurangan anggota, terkungkung dalam pertarungan mental, lelah, dan ancaman. Dapat hadir di panggung dunia.

"Ambillah trophy-mu, Kapten Super. Kau akan selalu ada dalam hati setiap orang." Laki-laki berjas itu memeluk anak di depannya, lalu membiarkan sang kapten mengambil hadiah 10 tahun sekalinya.

Bentuknya seperti piala UCL, tetapi lebih besar, berwarna emas keperakan. Seluruh bagiannya ditutup oleh peta dunia, sisinya dingin, menjadi cahaya setelah perjuangan luar biasa sebelumnya.

Ia menyentuh benda tersebut, menciumnya sebentar, lalu mengangkatnya ke tengah panggung, bersamaan dengan teriakan dari kalimat komentator yang sempat terjeda:

"The greatest team in the world, SWORD UNITED!"

Piala tersebut terangkat di atas kepala mereka, memuncaki seluruh rasa kemenangan tak terbatas.

"This team is the biggest effort for today, let's call them with... the Putra's team, the legendary eleven players!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun