Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari saya sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Harmoni Ukhuwwah di Halal Bihalal Muhammadiyah Grobogan

27 April 2025   21:30 Diperbarui: 27 April 2025   22:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta halal bihalal, meskipun panas tapi tetap semangat (Dokpri)

"Kalau sudah wukuf, jangan hanya sekadar berkumpul. Wukuf itu belajar tahu diri, belajar bijaksana," katanya.

Prof. Rozihan mengingatkan agar jamaah tidak terjebak pada ibadah yang berlebih-lebihan selama di Tanah Suci, tetapi tetap menjaga keseimbangan dan esensi dari setiap ibadah.

Ustadz Prof. Dr. Drs. H. Rozihan, SH., M. Ag sedang memberikan taushiyahnya (Dokpri)
Ustadz Prof. Dr. Drs. H. Rozihan, SH., M. Ag sedang memberikan taushiyahnya (Dokpri)

Dalam konteks halal bihalal, Prof. Rozihan memaparkan bahwa hakikat Idul Fitri adalah kembali kepada fitrah, yaitu kesucian hati. Ia mengajak hadirin untuk membangun kebiasaan memaafkan dengan lapang dada, meninggalkan dendam, dan belajar membahagiakan sesama.

"Takwa itu bukan sekadar banyak beribadah. Takwa itu tentang kepekaan hati. Orang bertakwa itu adalah orang yang mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain," tegasnya.

Ceramah Prof. Rozihan ditutup dengan doa bersama. Dengan penuh kekhusyukan, seluruh hadirin memohon kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan, keberkahan, dan kekuatan untuk terus menebar kebaikan di manapun berada.

Para peserta halal bihalal, meskipun panas tapi tetap semangat (Dokpri)
Para peserta halal bihalal, meskipun panas tapi tetap semangat (Dokpri)

Acara Halal bihalal dan pelepasan calon jamaah haji PDM Muhammadiyah Grobogan tahun ini bukan sekadar agenda tahunan. Ia menjadi simbol kuatnya ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat. Melalui rangkaian acara yang rapi dan penuh makna ini, terlihat bagaimana Muhammadiyah Grobogan terus menjaga tradisi silaturahmi, membangun kaderisasi, serta mendidik umat untuk tetap konsisten dalam nilai keikhlasan, pelayanan, dan kebersamaan.

Makna Halal bihalal: Merajut Persaudaraan, Melapangkan Hati

Halal bihalal, lebih dari sekadar tradisi, adalah bentuk aktualisasi nilai Islam dalam kehidupan sosial. Tradisi ini mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari hubungan manusia, dan maaf adalah jembatan untuk memperbaikinya.

Melalui halal bihalal, umat diajarkan untuk tidak larut dalam dendam, melainkan memperbarui niat suci untuk saling memaafkan, mempererat ukhuwah, dan membangun masyarakat yang lebih damai. Ini juga menjadi kesempatan untuk membersihkan hati, memulihkan hubungan yang mungkin sempat renggang, dan menanamkan kembali nilai-nilai luhur persaudaraan.

Di tengah dunia yang sering penuh ketegangan dan prasangka, semangat halal bihalal menjadi oase yang menyejukkan. Sebuah ruang untuk kembali merangkul, kembali tersenyum, dan bersama-sama melangkah menuju kehidupan yang lebih penuh cinta kasih, persaudaraan, dan keberkahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun