Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari saya sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerita Sangat Pendek] Harapan Yang Tergadai

15 Februari 2025   06:34 Diperbarui: 15 Februari 2025   06:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Harapan yang tergadai  (Sumber: Freepik)

Pagi itu, Udin berlarian menuju sekolah dengan wajah berseri-seri. Hatinya riang. Hari ini adalah hari pertama program MBG (Makan Banyak Gratis) dari Pak Kades. Di kantin sekolah, piring-piring berisi nasi, ayam goreng, tahu tempe, dan sayur lodeh berjajar rapi. Anak-anak bebas mengambil, bebas makan, dan bebas kenyang.

"Alhamdulillah! Kades kita memang hebat!" seru Udin pada teman-temannya.

Namun, di rumah, suasana berbeda. Ayah Udin, Pak Hasan, duduk di kursi kayu dengan tatapan kosong. Selembar surat pemutusan hubungan kerja dari BUMD tergeletak di atas meja, surat yang diperolehnya minggu lalu. Ibunya, Bu Siti, menatap dapur yang kosong. Hanya ada sisa beras untuk satu kali masak.

"Besok kita makan apa, Mas?" tanya Bu Siti lirih.

Pak Hasan menarik napas panjang. "Aku mau ke rumah Emak di kampung. Mungkin bisa pinjam beras."

Perjalanan menuju rumah Emak tak seperti biasanya. Perut kosong membuat langkahnya lemah. Namun, pikirannya makin berat ketika di tepi jalan, ia melihat kerumunan orang. Suara riuh terdengar, diselingi makian dan umpatan. Pak Hasan mendekat.

Di tengah kerumunan itu, seorang pria tergeletak, tubuhnya penuh luka lebam. Darah mengalir dari pelipisnya. Orang-orang berbisik.

"Maling! Ketahuan nyolong susu!"

Pak Hasan terhenyak. Ia mengenali wajah itu. Harun. Teman kerjanya dulu. Yang sama-sama kena PHK karena anggaran BUMD dipotong demi program MBG.

Dengan tangan gemetar, Pak Hasan berlutut di samping tubuh Harun. Nafas sahabatnya tersengal. Bibirnya bergerak pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun