Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari saya sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gombal Mukiyo

14 Februari 2025   08:17 Diperbarui: 21 Februari 2025   08:34 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak penjual makanan yang tertawa bahagia karena gombalan pembelinya (Sumber: SS Youtube)

Malam selesai nugas, saya iseng-iseng nyari tontonan di Youtube buat refreshing. Pilihan saya jatuh pada judul yang bikin keingat masa lalu. Judul yang bikin gimanaa gitu. Judulnya Gombal Mukiyo 1. Mungkin ada lanjutannya, tapi saya belum nonton.

Video ini tentang prank 2 cowok ke seorang cewek muda (sepertinya masih SMA) penjual makanan kue balok coklat. Lokasi di tempat keramaian. Cowok itu beli makanan sambil nanya-nanya ke cewek penjual, sementara cewek penjualnya menjawab sambil menyiapkan makanan pesanan.  

Begini kira-kira sebagian percakapannya.

Cewek: "Iki kei kecap ra?" (ini kasih kecap nggak?)

Cowok: "Yo, kei kasih sayang yo rapopo." (iya, tambah kasih sayang juga ga papa)

Cewek: "Apaan sih maass?"

Mbaknya ketawa. Senang.

Cowok: "Eh mbak we ngerti artine KUA pora?" (Eh mbak, kamu tahu artinya KUA apa nggak?)

Cewek: "Apa mas?"

Cowok: "Moso KUA ra ngerti?" (Masa KUA tidak tahu?)

Cewek: "KUA seng dinggo rabi kae to?" (Itu yang dibuat nikah itu kan?)

Cowok: "Saalah... Kamu Untuk Aku."

Mbak penjualnya pun ketawa, malu-malu seneng.

Cowok: "Mbaknya udah lama?"

Cewek: "Apa?"

Cowok: "Udah lama?"

Cewek: "Apanya?"

Cowok: "Cantiknya ... "

Mbaknya ketawa lagi dan akhirnya senyum-senyum sendiri.

Cowok 1: "Eh kok aku sesek yo bang?" (sesek = sesak, susah nafas)

Cowok 2: "Lha ngopo sesek i?" (lha kenapa sesak?)

Cowok 1: "Separuh nafasku ada di dia soalnya."

Kali ini mbaknya ketawa lebih lebar, juga ekspresi lebih bahagia.

Cowok: "Bar iki neng ngendi mbak?" (Habis ini kemana mbak?)

Cewek: "Muleh lah!" (Pulang lah)

Cowok; "Tak jak ya." (Saya ajak ya)

Cewek: "Ngendi?" (Kemana?)

Cowok: "Beli apel."

Cewek: "Apel? ... Apel opo?"

Cowok: "Apelah artiku tanpamu?"

Lagi-lagi mbaknya ketawa malu.

Cowok: "Eh,, weruh kowe dadi pengen belajar aku." (eh,,, melihat kamu aku jadi mau belajar)

Cewek: "Belajar opo mas?"

Cowok: "Belajar yang terbaik buat kamu ..."

(Mbaknya tersipu)

Cowok: "Ngene iki penake ngopi. Koopi enak mbak. Ee marakke seneng." (Saat ini enaknya ngopi. Kopi enak mbak. Bikin seneng)

Cewek: "Kok iso?" (Kok bisa?)

Cowok: "Kopinang kau dengan bismillah."

Mbaknya gak bisa nahan ketawa, sambil salah tingkah. Terlihat malu, tapi seneng.

Cowok: "Jenengmu sopo sih mbak?" (Namamu siapa sih mbak?)

Cewek: "Sintya mas."

Cowok: "Tak kiro mala" (saya kira mala)

Cewek: "Mala?"

Cowok: "Malaikat hidupku ..."

Mbaknya ketawa seneng, gak berenti-berenti.

Cowok: "Lho kowe ora takon jenengku?" (Lho kamu nggak tanya namaku?)

Cewek: "Jeneng sampeyan sopo mas?" (Nama kamu siapa mas?)

Cowok: "Bapak... "

Cewek: "Bapak?"

Cowok: "Bapak dari anak-anak kita nanti..."

Waduuhhhh ...

Penggalan obrolan di atas mengingatkanku kembali pada istilah Gombal Mukiyo. Meskipun gak disebut dalam percakapan, tapi gombal mukiyo tergambar jelas dalam obrolan di atas.

Entah siapa yang pertama kali mengenalkan istilah gombal mukiyo. Saya sudah mendengarnya dari kecil. Istilah ini mungkin tak sepopuler dulu, tapi bagi sebagian orang, terutama yang tumbuh di lingkungan Jawa, kata ini adalah bagian dari percakapan sehari-hari yang akrab dan penuh nostalgia. Saya sendiri pertama kali mendengar istilah ini di rumah, dari ibu saya yang sering menggunakannya untuk menanggapi candaan bapak.

Misalnya, saat bapak berkata, "Kamu kok cantik hari ini," ibu akan tertawa kecil lalu menjawab, "Gombal mukiyo!" Kalimat sederhana itu tidak diucapkan dengan marah atau tersinggung, tapi justru sebagai respons bercanda yang menambah kehangatan suasana. Dari kecil, saya memahami "gombal mukiyo" sebagai ekspresi yang lebih ringan dari "halah gombal"---ungkapan untuk menggambarkan gombalan yang begitu berlebihan hingga sulit dipercaya. Jika "gombal" itu berarti omong kosong atau rayuan yang kurang bisa dipercaya, maka "gombal mukiyo" adalah level tertinggi dari semua gombalan yang ada! Widiihhh.

Makna di Balik "Gombal Mukiyo"

Arti sebenarnya dari gombal mukiyo mungkin masih bisa diperdebatkan. Tapi menurut ilmu kiralogi dan cocokologi yang saya pahami, secara linguistik, "gombal mukiyo" bisa diurai menjadi dua kata: gombal dan mukiyo. Kata "gombal" sendiri dalam bahasa Jawa berarti kain lusuh atau usang yang sudah tak terpakai. Secara kiasan, kata ini sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang dianggap tidak bernilai atau hanya sekadar omong kosong. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, seseorang bisa berkata, "Halah, gombal!" saat mendengar janji atau rayuan yang dianggap tidak serius.

Lalu bagaimana dengan "mukiyo"? Nah, ini bagian yang menarik karena ada dua kemungkinan interpretasi.

Interpretasi pertama, "Mukiyo" bisa merujuk pada seseorang yang tidak terlalu penting atau kurang diperhitungkan. Dengan demikian, "gombal mukiyo" bisa dimaknai sebagai omong kosong yang diucapkan oleh orang yang sebenarnya tidak punya pengaruh besar, tetapi tetap dalam konteks yang santai dan bercanda. Jadi, ini bukan ejekan, melainkan ekspresi penuh keakraban.

Interpretasi kedua: "Mukiyo" dapat dipecah menjadi "mu ki yo"---di mana "mu" berarti kamu, "ki" berarti ini, dan "yo" berarti ya. Jadi, "gombal mukiyo" bisa diartikan sebagai, "Gombalan kamu ini, ya..." Makna ini juga sejalan dengan bagaimana kata ini biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu sebagai respons untuk menggoda balik seseorang yang sedang merayu atau berbicara manis.

Entah mana yang benar, atau mungkin keduanya sah digunakan, yang jelas istilah ini selalu hadir dalam suasana yang menyenangkan. Baik yang mengucapkan maupun yang mendengar biasanya sama-sama tertawa, menjadikannya sebagai tanda kedekatan dalam sebuah hubungan.

Kenapa "Gombal Mukiyo" Mulai Jarang Digunakan?

Sayangnya, seiring dengan perubahan zaman, istilah ini mulai jarang terdengar. Generasi muda yang lebih banyak terpapar bahasa Indonesia baku atau bahasa gaul dari media sosial mungkin tidak lagi mengenal "gombal mukiyo". Istilah-istilah seperti "modus", "rayuan gombal", atau "pansos" (panjat sosial) kini lebih sering digunakan untuk mengekspresikan hal yang serupa.

Namun, ada kehangatan tersendiri dalam istilah "gombal mukiyo" yang tidak ditemukan dalam kata-kata lain. Ia mengandung unsur budaya, keakraban, dan sentuhan khas Jawa yang membuatnya terasa lebih dekat dan penuh kenangan. Bisa jadi, salah satu alasan mengapa istilah ini mulai pudar adalah karena pola komunikasi yang semakin formal atau bergeser ke ranah digital, di mana kata-kata seperti ini jarang terpakai dalam teks atau percakapan daring.

"Gombal mukiyo" bukan sekadar kata-kata, tetapi sebuah ekspresi penuh warna dalam budaya percakapan masyarakat Jawa. Ia bukan penghinaan, bukan juga bentuk kemarahan, melainkan ungkapan yang justru mempererat hubungan antarindividu. Dalam dunia yang semakin formal dan digital, menjaga kata-kata seperti ini tetap hidup bisa menjadi cara untuk mempertahankan kekayaan budaya yang kita miliki.

Jadi, kapan terakhir kali Anda mendengar atau menggunakan "gombal mukiyo"? Jika sudah lama, mungkin ini saat yang tepat untuk menghidupkannya kembali. Siapa tahu, ungkapan ini bisa membuat hari Anda dan orang di sekitar lebih ceria!

Kalau ada teman anda mendekat kemudian mereka menyapa, "Hari ini kok kamu cakep banget?"

Jawaban paling tepat adalah "Halahh gombal mukiyo". Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, begitu ucapan selesai, dilanjutkan dengan bibir bawah didorong kedepan, dengan leher agak maju sedikit. Gimana? Kerasa kan?

Dan tulisan ini pun,,, hanya gombal mukiyo. Gak penting,,, hahahah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun