Mohon tunggu...
Hadiri Abdurrazaq
Hadiri Abdurrazaq Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis

Menjelajah dunia kata | Merangkai kalimat | Menemukan dan menyuguhkan mutiara makna

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

NKRI: Memori Nasionalisme Kita

18 Agustus 2020   20:41 Diperbarui: 18 Agustus 2020   20:31 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rujukan lainnya berasal dari gerakan kaum Pan-Islamisme yang berkembang di wilayah Timur Tengah sekitar abad ke-19 serta falsafah-falsafah kebangsaan yang berkembang di negeri-negeri Timur seperti India dan Tiongkok.

Rujukan dari berbagai sumber seperti tersebut berelaborasi dengan kekuatan perubahan yang berkembang pada masyarakat Nusantara. Berbagai falsafah dan pengalaman bangsa-bangsa lain tak luput menginjeksi gagasan-gagasan kebangsaan bagi lahirnya Nasionalisme NKRI.

Pada mulanya, gagasan kebangsaan Indonesia merupakan suatu entitas yang abstrak. Di masa itu hanya dikenal adanya "negara kolonial" (colonial state) Hindia Belanda, merupakan hasil konstruksi para sarjana Eropa yang diterapkan oleh penguasa kolonial di negeri jajahan.

Kolonialisme sebagai suatu sistem menjalankan mekanisme kuasa asing atas sebuah negeri dan rakyat jajahan untuk melanggengkan kekuasaan. Beberapa ciri pokok sistem ini ialah berwatak ekspansif, opresif, represif, diskriminatif, dan eksploitatif. Nusantara di masa itu adalah negeri jajahan, mangsa dan objek ekspansi, opresi, represi, diskriminasi, dan eksploitasi negara-negara kolonialis.

Kekuasaan berwatak kolonialis inilah yang dihadapi para pejuang Nusantara ketika meracik nasionalisme bagi negara-bangsa Indonesia. Bersamaan dengan itu, tak kalah pelik dan melelahkan ketika mereka juga harus berurusan dengan kondisi rakyat jajahan yang beraneka ragam, terpecah-pecah dalam sentimen lokal yang kuat, beririsan dengan sistem feodalisme yang bercokol di kalangan penguasa pribumi. Sementara kebanyakan rakyat mengidap semacam penyakit inferiority (rasa rendah diri).

Meski demikian, "atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa" serta didorong oleh keingingan luhur, "supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas," bangsa ini merdeka. Satu tahapan amat penting dari kerangka nasionalisme Indonesia itu berhasil dipancangkan.

Nasionalisme dalam Dinamika

Keberhasilan merdeka tak lepas dari peran juang kaum protagonis pergerakan nasional. Mereka adalah para pendiri negara-bangsa ini, berasal dari berbagai latar belakang ideologi dan keyakinan politik. Mereka hadir dan maju ke depan, mengupayakan persatuan dan kesatuan, untuk membangun jiwa nasionalisme bangsa Indonesia.

"Kehendak untuk hidup bersatu" adalah kalimat kunci nasionalisme Indonesia. Untuk itu, perlu dikembangkan sikap dan keyakinan altruistik pada segenap elemen bangsa. Pandangan hidup altruisme selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan diri sendiri dan golongan.

Jika Nasionalisme NKRI dipicu semangat antikolonialisme-imperialisme, maka jiwanya mesti digerakkan dengan semangat kebersamaan. Semangat ini telah diupayakan oleh banyak tokoh bangsa seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Natsir, dan tokoh-tokoh lainnya. Upaya-upaya itu pada masanya menciptakan dinamika kebangsaan yang sulit ditemukan padanannya dalam khazanah bangsa-bangsa lain.

Dinamika kebangsaan dalam bingkai nasionalisme tampil ke permukaan sejak masa-masa pergerakan hingga era (pasca) kemerdekaan, dan hingga kini roh dari dinamika itu terus mengalir. Betapapun terjadi banyak silang pendapat di antara mereka, masing-masing telah mengajari kita dinamika hidup berbangsa dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun