Mohon tunggu...
Hadi Hartono
Hadi Hartono Mohon Tunggu... Penulis Lepas, Bisnis digital, Editor naonsia.com dan gerungnews.com

Hadi Hartono was born in Tangerang 55 years ago. He has a Bachelor's degree in Business Management from a private university in Jakarta and a diploma in Financial Management from the Akademi Pimpinan Perusahaan – Ministry of Industry in Jakarta. Hadi Hartono served as Director of PT Naya Indo Nusa from 2014 to 2021. He is currently the Chief Editor of the online media Naonsia.com and also manages his personal blog, hadihartono.com. In the organizational world, Hadi was the Chairman of the DPD of the Indonesian Micro and Small Business Association (Hipmikindo) in Banten Province from 2015 to 2020. He has also been a member of the Indonesian Tourism Operators Association (ASPPI) since 2015. He was a member of the Tangerang Regency DPRD for one term and served two terms in the Banten Provincial DPRD. Hadi has written several books, including Mengelola Minimarket Mandiri, published by Indonesia Cerdas in Yogyakarta, From Zero to Owner, published by Andi in Yogyakarta, and Elon Musk: Kaya Karena Inovasi, published by Mafy Media in Solok City. In addition to print books, he has also written dozens of eBooks on business and personal development. Novelis di KBM.ID atau kbm app https://shorturl.at/FMtOG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Bung Karno di Surabaya#Rumah HOS Tjokro Aminoto

24 Mei 2025   05:52 Diperbarui: 24 Mei 2025   06:24 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di malam hari, ruang makan di rumah itu berubah menjadi forum diskusi. Tjokro membuka perdebatan tentang imperialisme, sosialisme, pan-Islamisme, hingga kemajuan teknologi. Soekarno yang masih muda duduk menyimak, kadang ikut menyanggah. Tjokro menyemangati semua anak asuhnya untuk berpikir bebas, asal bertanggung jawab. Dari sini, benih-benih nasionalisme Soekarno mulai tumbuh.

Menemukan Jalan Nasionalisme

Berbeda dari beberapa rekan serumah yang condong pada Islamisme murni atau Marxisme radikal, Soekarno mulai merumuskan jalur tengah. Ia percaya bahwa bangsa Indonesia harus bersatu melawan kolonialisme tanpa terjebak pada ideologi sempit. Ia menggabungkan nasionalisme, Islam, dan sosialisme dalam bentuk baru yang ia sebut "Marhaenisme". Akar pemikiran ini tumbuh dari dialog panjangnya selama tinggal di Peneleh.

Persahabatan dan Pertentangan Arah

Tinggal satu atap dengan tokoh-tokoh seperti Kartosuwiryo dan Muso membentuk persahabatan intelektual yang erat, tapi juga menantang. Kartosuwiryo kelak menjadi pemimpin gerakan Negara Islam Indonesia, sedangkan Muso memimpin pemberontakan PKI. Namun kala itu, mereka semua bersatu oleh semangat perjuangan. Rumah Tjokro menjadi kawah candradimuka yang melahirkan berbagai cabang ideologi pergerakan Indonesia.

Percintaan yang Tak Sampai

Di rumah itu pula Soekarno mengenal cinta. Ia menjalin hubungan dengan Oetari, putri sulung Tjokroaminoto. Cinta remaja yang indah, meski pada akhirnya kandas. Perasaan itu tak mampu mengikat dua insan muda yang punya jalan masing-masing. Pernikahan mereka berlangsung singkat, namun meninggalkan jejak emosional dalam perjalanan hidup Bung Karno.

Dari Pena ke Mimbar

Soekarno mulai aktif menulis di berbagai media, menyuarakan keresahan dan ide kebangsaannya. Ia paham bahwa pena bisa menyadarkan rakyat, sebelum pidato membakar semangat mereka. Tulisan-tulisannya menggugah dan berani, mencerminkan pengaruh kuat dari gaya retoris Tjokroaminoto. Rumah itu telah membentuknya menjadi orator dan pemikir yang utuh.

Meninggalkan Peneleh, Membawa Api

Setelah lulus dari HBS, Soekarno melanjutkan kuliah ke Technische Hoogeschool di Bandung. Tapi semangat dan nilai-nilai dari Peneleh tetap menyala dalam dirinya. Ia membawa bekal pemikiran yang kaya, pemahaman mendalam tentang rakyat, dan keberanian untuk bermimpi tentang Indonesia merdeka. Rumah Tjokro bukan sekadar tempat tinggal—ia adalah universitas kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun