Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tiga Skenario Nasib Indonesia di Final Leg II, "Tak Mungkin Juara di Tahun Ini"

31 Desember 2021   08:05 Diperbarui: 31 Desember 2021   19:31 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia akan menghadapi Thailand di final kedua Piala AFF, 1 Januari 2022/Foto: Roslan Rahman/AFP via Kompas.com

Timnas Indonesia dipastikan tidak akan mungkin juara Piala AFF tahun ini. Kepastian itu bukan hasil penerawangan ataupun ramal-meramal. Namun, itu sudah terang benderang.

Kok bisa?

Bukankah dalam sepak bola, apapun bisa terjadi. Seperti filosofi bola itu bundar sehingga ia bisa menggelinding ke mana saja. Sudah ditebak. Betul. Saya mengamini itu.

Bukankah ada banyak cerita di sepak bola, bahwa dalam sistem pertandingan dua leg, tim yang kalah di leg pertama masih bisa come back di leg kedua dan berbalik menjadi pemenang.

Jadi, bilapun Tim Garuda kalah telak 0-4 dari Thailand di final pertama, peluang belum tertutup. Impossible is nothing.


Saya juga membenarkan hal itu.

Lalu, mengapa di lead tulisan ini tertulis "Timnas Indonesia dipastikan tidak akan mungkin juara Piala AFF tahun ini"? Tidak perlu emosi menanggapinya.

Sebab, saya sama sekali tidak ada niat untuk meremehkan perjuangan Indonesia seperti media, pundit, ataupun presenter yang namanya sempat ramai di media sosial.

Namun, dasar menyebut bahwa Timnas Indonesia dipastikan tidak akan juara Piala AFF di tahun ini sudah jelas. Sebab, jadwal final kedua melawan Thailand tidak akan digelar tahun ini. Titik.

Ya, final kedua melawan Thailand yang kembali dimainkan di National Stadium Singapura, bakal digelar pada Sabtu (1/1/2022) alias di hari pertama tahun 2022.

Jadi, seandainya Indonesia bisa mengalahkan Thailand di final pertama pada Rabu (29/12) lalu, Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan pun tidak akan bisa juara tahun 2021 ini.

Sebab, mereka masih harus bermain di final kedua akan digelar di tahun berikutnya. Tahun 2022.

Ya, inilah turnamen (bukan kompetisi) sepak bola paling lama sepanjang sejarah yang dimainkan di planet ini.

Sebab, pertandingan babak penyisihan dan semifinal serta final pertama digelar pada tahun 2021, sementara laga final kedua dimainkan di tahun berikutnya. Tahun 2022.

Tiga Skenario Indonesia di Final leg II

Pertandingan final yang digelar dua kali ini memang terbilang absurd. Aneh. Entah, pihak penyelenggara Piala AFF berkiblat ke kompetisi mana ketika mulai memberlakukan final leg II mulai 2004 silam.

Lha wong final Piala Asia dan Piala Dunia digelar sekali. Bahkan, Liga Champions yang memberlakukan pertandingan leg pertama dan leg kedua di babak gugur, tetapi laga final tetap digelar sekali.

Konon, alasannya demi untuk 'keadilan'. Maksudnya, dua tim yang tampil di final supaya sama-sama merasakan nikmatnya menjadi tuan rumah. Termasuk suporternya dan medianya.

Lalu, bagaimana peluang Indonesia saat kembali menghadapi Thailand di final II Sabtu (1/1/2022) malam?

Bicara peluang, menurut saya ada tiga 'skenario' yang akan dirasakan Asnawi cs di final nanti. Tiga kemungkinan itulah yang akan dialami Indonesia di akhir final kedua nanti.

Apa saja?

Kemungkinan pertama, Indonesia come back. Maknanya, Indonesia yang kalah 0-4 di final pertama, bisa membalikkan situasi di final kedua.

Bisa dengan kemenangan lebih dari empat gol sehingga Indonesia akan menang agregat. Atau bisa lewat kemenangan dengan skor yang sama seperti final pertama. Sehingga, pertandingan akan dilanjutkan dengan adu penalti dan menang. Tentunya setelah melalui extra time.

Tentu saja, secara realistis, kemungkinan pertama ini sangat berat. Terlebih bila melihat bagaimana kematangan Thailand saat bermain di final pertama. Thailand memperlihatkan kualitas sebagai tim yang paling sering juara di Piala AFF.

Namun, meski hampir mustahil, sekecil apapun, Asnawi dkk tetap harus optimistis kala menghadapi Thailand di final kedua nanti. Toh peluang itu sejatinya belum benar-benar tertutup. Apapun masih bisa terjadi.

Ada beberapa alasan yang membuat Indonesia masih harus optimistis. Pertama, di final pertama, ada beberapa momen ketika Indonesia mampu menciptakan peluang yang mengancam gawang Thailand.

Utamanya peluang Alfeandra Dewangga di babak pertama yang secara 'teori' seharusnya bisa menjadi gol. Termasuk peluang Irfan Jaya di babak kedua.

Andai bisa lebih tenang, lebih bermain dengan cerdas, bukan tidak mungkin Indonesia mampu menciptakan banyak peluang bahkan bisa mencetak gol di final kedua nanti.

Alasan lainnya, Indonesia akan kembali diperkuat oleh Pratama Arhan. Di final pertama, Arhan absen karena akumulasi kartu kuning.

Memang, berlebihan bila menyebut tampilnya Arhan lantas membuat Indonesia akan langsung bisa mendominasi Thailand.

Namun, setidaknya, kehadiran anak muda asal Blora, Jawa Tengah yang tampil oke di Piala AFF 2020 ini bisa membuat permainan Indonesia bakal lebih menggigit. Faktanya, Arhan sudah membuat dua gol di turnamen ini.

Alasan lainnya, kejadian apapun bisa saja terjadi. Semisal, siapa tahu Indonesia mendapatkan hadiah penalti di menit-menit awal laga dan Thailand kehilangan satu pemain. Tentu itu akan bisa mengubah 'wajah' pertandingan nanti.

Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. Siapa sangka, Singapura di semifinal bermain dengan sembilan pemain di waktu normal. Bahkan mengakhiri pertandingan dengan 8 pemain.

Kemungkinan kedua yang bisa terjadi, Indonesia sangat mungkin bisa mengalahkan Thailand, tapi gagal juara.

Bahwa, Pelatih Indonesia, Shin Tae-yong sudah menganalisis sejumlah kelemahan yang terjadi di final pertama. Pemain pun juga sudah melakukan introspeksi atas kekurangan penampilan mereka. Lantas, dengan semangat pantang menyerah, mereka menyongsong final kedua.

Perpaduan hasil analisis pelatih, introspeksi pemain, dan semangat pemain untuk menutup turnamen dengan bagus, akan menjadi senjata utama untuk mengalahkan Thailand di final kedua.

Indonesia kali ini mungkin akan bisa mengalahkan Thailand. Hanya saja, kemenangan tidak serta merta akan membuat Indonesia juara.

Sebab, dengan sistem pertandingan dua leg yang memberlakukan agregat gol, Indonesia harus meraih kemenangan dengan jumlah gol lebih banyak dari Thailand di final pertama.

Selain itu, bilapun Indonesia bisa mencetak beberapa gol di final kedua nanti, pertanyaan besarnya adalah apakah pertahanan Indonesia juga bisa menahan gempuran pemain-pemain Thailand?

Ya, untuk juara, Indonesia harus bermain sempurna. Mencetak banyak gol dan pertahanan kokoh sehingga gawang Nadeo Argawinata tidak kemasukan gol. Ini yang sulit.

Bila Indonesia semisal mampu menang 4-1, itu tentu belum cukup untuk juara. Sebab, agregat akan menjadi 4-5 untuk Thailand sehingga mereka akan juara.

Namun, apapun itu, terpenting Ricky Kambuaya dan kawan-kawan tampil all out dulu di final nanti. Berusaha menang dulu. Meski mungkin kemenangan itu tidak membawa Indonesia juara.

Toh, kemenangan akan sangat penting untuk mengakhiri turnamen dengan kepala tegak. Minimal akan menjadi kemenangan mental bahwa anak-anak muda Tim Garuda bisa mengalahkan Thailand yang membawa pemain-pemain seniornya.

Kemungkinan ketiga yang bisa terjadi di final nanti, meski berat menuliskannya, tetap harus ditulis. Bahwa, Indonesia bisa saja kembali kalah dari Thailand di final kedua.

Merujuk betapa pemain-pemain Thailand mampu bermain lebih cerdas, mendominasi, dan mematikan di final pertama, memang sulit untuk melihat celah dari mereka. Harus diakui, Thailand lebih superior di final pertama.

Dari tiga kemungkinan itu, kita tentu berharap kemungkinan pertama yang terjadi. Meski, Indonesia butuh 'keajaiban'. Bukan hanya pemain harus tampil sempurna. Tetapi juga semesta memang mendukung Indonesia.

Tapi, bilapun gagal juara, saya memberikan jempol untuk penampilan Asnawi dkk di turnamen Piala AFF 2020 ini. Meski diremehkan banyak media luar karena membawa tim yang masih 'hijau', Indonesia membuktikan bisa tampil oke.

Bilapun ternyata tidak juara, anggap saja turnamen ini sebagai 'pemanasan'.

Dua tahun mendatang, di Piala AFF berikutnya, saya yakin tim ini bakal mengerikan. Bahkan, bukan tidak mungkin tahun depan mereka bakal juara Piala AFF U-23 di Kamboja. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun