Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Adopsi Strategi Belanda di PD 2014, Chelsea Juara Piala Super Eropa

12 Agustus 2021   08:15 Diperbarui: 12 Agustus 2021   11:44 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chelsea jadi juara Piala Super Eropa usai mengalahkan Villarreal 6-5 lewat adu penalti (12/8)/Foto: benin.bpositivenow.com

Butuh ketangguhan mental selama 120 menit, 7 penendang penalti, dan juga dua kiper yang tampil hebat untuk memenangi Piala Super Eropa 2021.

Itulah rahasia sukses Chelsea menjadi juara Piala Super Eropa usai menang adu penalti 6-5 (1-1) atas Villarreal di Stadion Windson Park, Belfast, Kamis (12/8) dini hari tadi.

Ya, Chelsea menunjukkan ketangguhan mental setelah nyaris kena come back di waktu normal. Chelsea unggul lebih dulu, tapi Villarreal bisa menyamakan skor di 20 menit terakhir.

Bahkan, saat adu penalti, The Blues--julukan Chelsea, sempat dalam situasi tertinggal tetapi mampu membalikkan situasi dan menang di momen terakhir.

Chelsea beruntung memiliki dua penjaga gawang hebat, Eduardo Mendy dan Kepa Arrizabalaga.

Keduanya sama-sama bermain di pertandingan ini. Keduanya menunjukkan kehebatan masing-masing untuk membawa Chelsea sekali lagi meraih trofi level Eropa.

Kepa Jadi Pahlawan saat adu penalti

Apakah Chelsea main dengan dua kiper, tentu tidak?

Mendy, kiper asal Senegal berusia 29 tahun, dipercaya Pelatih Thomas Tuchel sebagai kiper utama. Mendy tampil oke.

Kiper bertinggi badan 197 cm ini beberapa kali mampu menggagalkan peluang Villarreal di waktu normal dan di masa perpanjangan waktu. Utamanya lewat penyerang berbahaya mereka, Gerrard Moreno.

Namun, di menit ke-119, satu menit jelang pertandingan usai, Tuchel membuat keputusan cukup mengejutkan. Dia menarik keluar Mendy dan memasukkan Kepa.

Kepa, kiper asal Spanyol yang musim lalu sangat jarang bermain, lebih dipercaya Tuchel untuk mengawal gawang Chelsea di babak adu penalti.

Hasilnya, Kepa mampu memblok dua tendangan. Pertama, penendang kedua, Aissa Mandi. Sepakannya ke kiri gawang, bisa dibaca Kepa. Penyelamatan Kepa itu krusial. Sebab, Chelsea bisa menyamakan skor penalti 1-1.

Sebelumnya, Kai Havertz sebagai penendang pertama Chelsea, gagal menjalankan tugasnya. Sepakannya diblok Asenjo, kiper Villarreal. Gerrard Moreno membuat Villarreal unggul sebelum disamakan Cesar Azpilicueta sebagai penendang kedua Chelsea.

Yang terjadi kemudian, tiga penendang Chelsea, Marcos Alonso, Mason Mount, dan Jorginho berhasil menjalankan tugasnya. Begitu juga tiga penendang Villarreal.

Adu penalti pun berlanjut ke penendang keenam. Christian Pulisic berhasil membawa Chelsea unggul. Villarreal lalu membuat skor sama 5-5 lewat pemain Argentina, Juan Marcos Foyth.

Antoni Rudiger sebagai penendan ketujuh Chelsea juga berhasil memedaya Asenjo, kiper Villarreal hanya mematung ketika tendanganya ke kanan, masuk ke gawang.

Lalu, giliran penendang ketujuh Villarreal, sang kapten tim, Raul Albiol maju. Bola diarahkannya ke kanan gawang.

Tapi, Kepa bisa membacanya dengan tepat. Dia bergerak sigap lalu memblok sepakan Albiol. itulah akhir dari drama adu penalti itu. Chelsea menang adu penalti 6-5. The Blues jadi juara Piala Super Eropa.

Dalam wawancara seusai pertandingan yang dikutip dari website resmi Chelsea, Tuchel menjelaskan keputusan pergantian kiper itu memang sudah disiapkan.

Dia mengaku percaya dengan data statistik yang menunjukkan bahwa Kepa punya 'track record' bagus dalam urusan adu penalti.

"Kepa punya prosentase terbaik dalam penyelamatan penalti. Pelatih kiper memberi saya data dan menjelaskan analisisnya. Kami lalu menyampaikan kepada pemain bahwa situasi itu bisa terjadi bila kami memainkan pertandingan knockout," jelas Tuchel dikutip dari chelseafc.com.

Tuchel mengaku bangga dengan dua kipernya. Utamanya ketika Mendy mau berbesar hati bila dirinya akan diganti Kepa bila terjadi adu penalti. Padahal, situasi seperti itu tidak mudah bagi seorang kiper yang telah tampil bagus sepanjang laga.

"Mereka berdua ini pemain hebat, benar-benar pemain tim. Saya bahagia untuk Kepa dan saya juga bahagia untuk Mendy," sambung pelatih asal Jerman ini.

Thomas Tuchel meng-copy strategi Timnas Belanda di Piala Dunia

Strategi Tuchel untuk menghadapi babak adu penalti itu mengingatkan kita pada apa yang pernah dilakukan oleh Pelatih Timnas Belanda, Louis van Gaal di perempat final Piala Dunia 2014 silam. Persis.

Kita ingat, di perempat final Piala Dunia 2014 silam, Belanda bertemu Kosta Rika yang tampil mengejutkan di turnamen di Brasil itu. Skor 0-0 hingga babak perpanjangan waktu. Tidak ada gol.

Di pengujung laga, di menit ke-120, beberapa menit sebelum laga usai, Van Gaal menggunakan jatah pergantian pemain terakhir untuk menarik kiper Jasper Cillessen dan memasukkan Tim Krul. Tujuannya demi menghadapi adu penatlti.

Van gaal tahu, rasio sukses penalti Tim Krul memang lebih bagus daripada Cillessen. Meski, Cillessen kiper utama. Van Gaal percaya dengan data itu.

Yang terjadi, Belanda akhirnya menang 4-3 dengan Krul tampil sebagai pahlawan. Dia menepis dua penalti. Bahkan, dia bisa membaca semua arah tendangan pemain Kosta Rika.

Nah, entah apakah dulu Tuchel memang melihat langsung adu penalti Belanda vs Kosta Rika di Piala Dunia itu lantas dirinya terinspirasi oleh Van Gaal. Tapi yang jelas, Tuchel percaya pada data.

Memang, penalti itu terkadang soal luck. Keberuntungan.

Namun, Tuchel tidak mau mengesampingkan data dari pelatih kiper. Utamanya data perihal kemampuan kiper dan para penendang penalti. Dia mau mendengar. Dan, data itu tidak bohong.

Chelsea juara lagi setelah kalah tiga kali

Keberhasilan mengalahkan Villarreal membuat Chelsea meraih Piala Super Eropa kedua mereka setelah tahun 1998 silam.

Kala itu, Chelsea yang berstatus juara Piala UEFA mengalahkan Real Madrid yang merupakan juara Liga Champions. Chelsea menang 1-0 lewat gol pemain Uruguay, Gustavo Poyet di menit ke-83.

Setelah itu, Chelsea sempat tiga kali tampil di Piala Super Eropa. Yakni di tahun 2012, 2013, dan 2019. Namun, semuanya berujung kekalahan.

Di tahun 2012, Chelsea yang merupakan juara Liga Champions, kalah telak 1-4 dari Atletico Madrid. Setahun kemudian, Chelsea dengan status juara Europa League, kalah adu penalti 4-5 (2-2) dari Bayern Munchen dalam perebutan Piala Super 2013.

Situasi bak deja vu dari 2013 itu kembali terjadi di tahun 2019.  Chelsea, sang juara Europa League, kalah adu penalti 4-5 (2-2) dari Liverpool dalam duel memperebutkan Piala Super Eropa 2019 di Istanbul, Turki.

Setelah tiga kekalahan beruntun, Chelsea akhirnya bisa meraih Piala Super Eropa 2021 bersama Thomas Tuchel. Tim Singa Biru tidak lagi takluk di babak adu penalti berkat kejelian Tuchel.

Di pertandingan yang digelar di Belfast, Irlandia Utara ini, Thomas Tuchel memainkan formasi yang sama seperti saat mengalahkan Manchester City di final Liga Champions. Skema main 3-4-3.

Bedanya, Chelsea kali ini tidak diperkuat beberapa pemain terbaiknya. Tidak ada bek asal Brasil, Thiago Silva dan full back Timnas Inggris, Ben Chilwell serta Reece James.

Tanpa Silva, Tuchel memainkan Kurt Zouma sebagai bek tengah diapit Antoni Rudiger dan Trevoh Chalobah. Tentu, itu bukan komposisi pertahanan terbaik yang dimiliki Chelsea.

Di tengah, N'golo Kante ditandemkan dengan Matteo KOvacic sebagai holding midfielder plus Marcos Alonso dan Callum Hudson-Odoi. Dan di depan, Kai Havertz dan Hakim Ziyech menopang Timo Werner.

Ziyech yang tampil bagus di pertandingan pramusim Chelsea sebelumnya, membawa Chelsea unggul di menit 27. Pemain Timnas Maroko ini meneruskan umpan Havertz. Chelsea unggul di babak pertama.

Di babak kedua, Tuchel memasukkan Jorginho dan Mason Mount. Pulisic lebih dulu masuk di akhir babak pertama menggantikan Ziyech yang mengalami cedera.

Villarreal tampak lebih berbahaya. Di awal babak kedua, Gerrard Moreno nyaris menyamakan skor ketika tendangan kerasnya masih menghantam mistar gawang Chelsea.

Eduardo Mendy dibuat lebih sibuk mengawal gawangnya di babak kedua ini. Hingga, sebuah umpan back heel yang diselesaikan Moreno di menit ke-73, menjebol gawang Mendy dan menyamakan skor 1-1.

Tidak ada gol tambahan tercipta. Hingga juara harus ditentukan lewat adu penalti.

Dan, Villarreal yang jadi juara Europa League 2021 usai mengalahkan Manchester United 11-10 lewat adu penalti, kali ini kalah di momen adu penalti.

Gelar Piala Super Eropa menjadi motivasi tambahan bagi Chelsea jelang tampil di Liga Inggris pada akhir pekan ini. Chelsea akan
menjamu Crystal Palace pada Sabtu (14/8).

Fan Chelsea pastinya tidak sabar menunggu kiprah tim mereka di musim 2021/22. Utamanya setelah berhasil mendatangkan Romelu Lukaku dari Inter Milan. Bukan tidak mungkin, Tuchel akan kembali membawa Chelsea meraih piala. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun