Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid Juara Tanpa Ronaldo dan Akhir Tragis Barcelona

17 Juli 2020   07:53 Diperbarui: 17 Juli 2020   22:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain-pemain Real Madrid merayakan gelar Liga Spanyol musim 2019/20 setelah dini hari tadi mengalahkan Villarreal 2-1. Real Madrid tampil konsisten dengan memenangi 10 pertandingan sejak Liga Spanyol kembali bergulir pada 12 Juni lalu. Sebaliknya, pesaing mereka, Barcelona, malah keteteran/Foto: Marca

Liga Spanyol 'berakhir' lebih cepat. Pagi tadi, Real Madrid mengunci gelar Liga Spanyol musim 2019/20 setelah mengalahkan Villarreal 2-1 di Stadion Estadio Alfredo Di Stefano, Jumat (17/7). Dua gol kemenangan Real dicetak oleh Karim Benzema.

Kemenangan ini membuat perolehan poin Real Madrid (86) tidak lagi terkejar oleh Barcelona (79 poin). meski Liga Spanyol masih menyisakan satu pertandingan. Dalam artian, bilapun Real kalah di laga terakhir, itu tidak mengubah predikat juara.

Menariknya, di akhir pertandingan, pemain-pemain Real Madrid bisa langsung merayakan gelar dan mengangkat piala selayaknya pertandingan final Liga Champions. Mereka tidak perlu menunggu pekan depan.

Sebelumnya, media-media Spanyol memang memberitakan bila pihak pengelola liga akan menyiapkan perayaan gelar di Estadio Alfredo Di Stefano pada pekan ini. Itu merujuk kemungkinan Real Madrid akan juara bila bisa mengalahkan Villarreal. Atau dengan meraih hasil imbang sementara Barcelona juga gagal menang.

Dan begitulah yang terjadi. Real Madrid tidak mau menyia-nyiakan peluang merayakan juara di 'kandang sendiri'. Meski, mereka tidak bermain di markas mereka, Santiago Bernabeu yang tengah direnovasi.

Pun, perayaan gelar itu dirayakan dalam situasi sunyi menyusul liga digelar tanpa penonton imbas dari pandemi Covid-19. Toh, selebrasi juara tetap juara, bagaimanapun situasinya.

Konsistensi, 'rahasia' Real Madrid juara

Sebenarnya, apa 'rahasia' yang membuat Real Madrid juara dan mengungguli Barcelona?

Padahal, ketika Liga Spanyol kembali dilanjutkan pada 12 Juni lalu setelah dihentikan sejak 11 Maret silam, Los Blancos--julukan Real Madrid sejatinya bukan favorit utama.

Pasalnya, dengan liga masih menyisakan 11 pertandingan, Real Madrid kala itu masih ada di peringkat dua. Barcelona masih memimpin klasemen dengan 58 poin. Sementara Madrid memiliki 56 poin.

Artinya, seandainya berhasil memenangi 11 pertandingan secara beruntun, Real Madrid belum tentu juara andai Barcelona juga melakukan hal serupa.
Bahwa, kunci juara Liga Spanyol 2019/20 bergantung pada siapa yang paling konsisten dalam 11 pertandingan sisa.

Toh, Real Madrid lega karena liga diteruskan. Minimal, bilapun sampai akhir musim ternyata mereka tak mampu menyalip Barcelona karena kedua tim sama-sama meraih 11 kemenangan beruntun, toh Real sudah berjuang. Itu lebih melegakan daripada kompetisi dihentikan di tengah jalan dan juaranya ditunjuk.

Yang terjadi kemudian, Real Madrid tampil konsisten. Mereka melaju kencang. Gas pol. Sebelum laga melawan Villareal dini hari tadi, Real bisa melewati sembilan (9) pertandingan dengan kemenangan. Rinciannya, lima laga kandang dan empat pertandingan away.

Sebaliknya, dalam sembilan laga tersebut, laju Barcelona justru melambat. Barcelona meraih tiga kali hasil imbang. Dua di laga away (melawan Sevilla dan Celta Vigo) dan sekali di kandang (melawan Atletico Madrid).

Imbasnya, hingga pekan ke-36 pada pekan lalu, Real Madrid (83 poin) sudah unggul empat poin dari Barcelona. Bila begitu, Real hanya butuh satu kemenangan lagi. Dan cerita itulah yang terjadi pagi tadi ketika mereka mengalahkan Villarreal.  

Ya, Real Madrid terbukti lebih konsisten dibanding Barcelona dalam perburuan gelar Liga Spanyol musim ini. Real yang awalnya tertinggal dua poin, dalam 10 pertandingan kemudian, berbalik unggul 7 poin dari Barcelona.

Faktor Zidane dan juara tanpa Ronaldo

Dan, tentu saja, keberhasilan Real Madrid juara Liga Spanyol, tidak lepas dari kehebatan sang pelatih, Zinedine Zidane dalam 'meracik' strategi. Zidane berhasil memenuhi janjinya.

Ketika kembali ditunjuk melatih Real Madrid pada 12 Maret 2019 silam--usai sebelumnya mundur dari klub pada Juni 2018--Zidane memang menargetkan gelar juara Liga Spanyol sebagai prioritas.

Dia mungkin penasaran. Sebab, di masa periode pertamanya melatih Real (2016/2018), dia bisa juara Liga Champions tiga kali beruntun dari tahun 2016, 2017, dan 2018. Namun, Zidane hanya bisa meraih gelar Liga Spanyol sekali di musim 2016/17. Yang terjadi, Zidane kini menepati janjinya.

Dalam wawancara dengan Marca seusai kemenangan atas Villarreal, Zidane bahkan menyebut gelar liga ini membuatnya lebih bahagia ketimbang trofi Liga Champions.  

Bagi orang yang hanya bisa memimpikan memenangi trofi Liga Champions, ucapan Zidane itu mungkin terdengar lucu. Konyol. Namun, bagi pria yang sudah memenangi Liga Champions sebagai pemain dan pelatih, ucapan Zidane itu bukan omong kosong.

"The Champions League is the Champions League, but this league title makes me happier because LaLiga is amazing," ujar Zinedine Zidane dikutip dari https://www.marca.com/en/football/real-madrid/2020/07/16/5f10c9b8268e3e73318b461a.html.

Wajar bila Zidane menganggap gelar ini sangat berarti bagi dirinya dan klub. Sebab, Real Madrid bisa juara liga ketika mereka tidak lagi diperkuat sang "mantan terindah", Cristiano Ronaldo yang kini berseragam Juventus. Sementara Barcelona masih diperkuat Lionel Messi.

Seperti judul ulasan Marca: "Real Madrid show they can beat Messi's Barcelona without Cristiano Ronaldo".

Sebelumnya, Zidane meraih semua piala bersama Real Madrid karena bantuan Ronaldo. Kini, tanpa Ronaldo, Zidane memperlihatkan kepiawaiannya dalam memainkan starting XI pemainnya. Zidane cerdik dalam melakukan rotasi siapa pemain yang bermain

Zidane tidak hanya mengandalkan para jagoan lawasnya yang dulu pernah ia latih seperti Sergio Ramos, Marcelo, Casemiro, Luka Modric, Toni Kroos, dan Karim Benzema. Dia juga memasukkan beberapa nama baru seperti Eden Hazard, Ferland Mendy, Federico Valverde, hingga Rodrygo.

Pulihnya Marco Asensio dari cedera juga menjadi tambahan kekuatan bagi Real Madrid. Faktanya, Asensio membuat penampilan Real lebih garang sejak Liga Spanyol dimulai kembali.

Merekalah yang bergantian menghuni tim inti Madrid. Dan Zidane terbukti mampu meracik sebuah tim yang tangguh, meski kali ini tidak punya pemain dengan pengaruh besar seperti Ronaldo.

Peran Ronaldo sebagai pemain berpengaruh di lapangan, diambil alih oleh Sergio Ramos. Tidak hanya menjadi 'mandor' di lini belakang, Ramos juga mencetak 10 gol, enam diantaranya dari penalti.

Sementara tugas mencetak gol bisa dijalankan Benzema dengan baik. Benzema musim ini sudah mencetak 19 gol. Kini dia hanya terpaut 3 gol dari Lionel Messi yang memuncaki daftar pencetak gol terbanyak.

Akhir tragis Barcelona

Ketika Real Madrid merayakan gelar, Barcelona justru mengalami nasib tragis. Dini hari tadi, berbeda dengan pekan sebelumnya, 10 laga Liga Spanyol memang digelar secara bersamaan.

Barcelona yang mungkin tahu bahwa Real bakal juara, kalah 1-2 di kandang sendiri dari Osasuna. Barca sempat tertinggal di babak pertama sebelum Messi menyamakan skor di menit ke-62.

Barca bahkan diuntungkan ketika Osasuna bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-77. Namun, bukannya menang, gawang Barcelona malah jebol di menit ke-94. Osasuna pun menjadi tim pertama yang mengalahkan Barcelona di Camp Nou di musim ini.

Hasil ini seolah menjadi klimaks dari penampilan amburadul Barcelona di musim ini. Kita tahu, Barcelona mengganti pelatih di tengah musim. Quique Setien ditunjuk menggantikan Ernesto Valverde, pelatih yang musim lalu membawa Barca juara liga.

Memang, Messi masih tampil istimewa. Dia mencetak gol terbanyak. Dia juga membuat assist terbanyak. Namun, Messi seorang tidak bisa mengalahkan kolektivitas Real Madrid di musim ini.

Menyoal Lionel Messi, musim ini menjadi periode sulit bagi sang pemain terbaik dunia. Utamanya setelah Luis Suarez beberapa kali mengalami cedera. Messi yang sering digambarkan bak 'menggendong Barcelona', seolah tidak kuat menanggung beban sendirian.

Terlebih setelah pembelian Antoine Griezmann dari Atletico Madrid yang diharapkan membuat lini depan Barca lebih garang, ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Sang penyerang asal Prancis yang telah memenangi Piala Dunia itu tidak bisa menyatu dengan Barcelona.

Meski gagal di Liga Spanyol, Barcelona masih punya kesempatan untuk menyelamatkan musim ini. Barca masih punya peluang di Liga Champions. Mereka masih akan menghadapi tim Italia, Napoli pada leg II babak 16 besar pada 7 Agustus nanti.

Namun, bila penampilan ambyar Barcelona di Liga Spanyol musim ini terbawa ke Liga Champions, suporter Barcelona harus bersiap menerima kenyataan bila tim mereka musim ini tidak meraih gelar. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun