Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersedekah Lewat Tulisan yang "Connecting Happiness" di Masa Pandemi

8 Mei 2020   23:07 Diperbarui: 8 Mei 2020   23:04 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersedekah bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya lewat tulisan yang Connecting Happiness di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Lewat tulisan yang membuat orang jadi bersemangat, optimis melewati situasi sulit/Foto: Pixabay

Jika kita membaca substansinya, pesan broadcast tersebut ditujukan untuk kita. Para warganet. Para netizen yang tinggal meneruskan pesan. Tinggal kita apakah mau meneruskan pesan tersebut atau sekadar membacanya.

Membuat tulisan yang menyejukkan, jangan membagikan kepanikan

Berkorelasi dengan pesan WA di awal tulisan ini, sudah saatnya kita menjadi penghasil tulisan yang menyejukkan. Tidak sekadar menulis yang dampaknya bisa menyebabkan kepanikan. Namun, bagaimana mengemas kabar bagus lebih dominan ketimbang kabar buruk tanpa mengabaikan fakta yang ada.

Bukan hanya menulis, termasuk juga dalam membagikan pesan broadcast. Kita bisa menjadi pembagi pesan yang tidak sekadar membagikan pesan, tetapi juga membagikan kabar optimisme. Bukan semata kepanikan.

Semisal bila kita menerima pesan broadcast di grup WA tentang orang yang mendadak meninggal di jalanan ketika tengah berkendara di wilayah tempat tinggal kita. Lantas, meninggalnya orang tersebut dikaitkan dengan virus corona. Padahal, itu baru dugaan saja.

Nah, bila mendapat seperti itu, jangan lantas meneruskan (mem-forward) pesan tersebut ke grup lainnya. Bukan hanya informasinya saja yang masih dugaan. Namun, informasi semacam ini juga bisa menyebabkan kepanikan. Terlebih bagi orang yang memang dasarnya sudah paranoid dengan situasi yang ada.

Apalagi bila informasi tersebut terus saja dibagikan ke grup-grup WA lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana kepanikan massal yang muncul di masyarakat hanya karena kiriman broadcast seperti itu.

Padahal, bila boleh bertanya, sebenarnya, apa sih motivasinya mengirimkan pesan broadcast yang belum jelas seperti itu? Apa iya karena sekadar ingin dianggap yang paling cepat tahu segalanya, tapi malah menomorduakan kebenaran.

Kalaupun ingin berbagi informasi, seharusnya dicek dulu apakah pesan itu memang benar. Bila belum tahu benar atau salah, mbok ya ditahan dulu (jangan disebarkan). Sebab, bila kabarnya bohong, apa iya masih merasa senang bila  'julukan paling tahu' itu diubah menjadi penebar kabar bohong.  

Pada akhirnya, sebuah tulisan yang menyejukkan dan kabar bagus (yang benar) yang connecting happiness, bila dibagikan dan diikuti oleh banyak orang, itu akan menjadi sedekah pahala kebaikan bagi yang membuat tulisan maupun yang menyebarkan tulisan/informasi.

Semisal ketika membagikan informasi tentang tips perihal pentingnya memakai masker dan cuci tangan dengan sabun, atau tips seputar makanan/minuman yang bisa menguatkan imun tubuh, hingga mengabarkan bila ada pasien positif corona yang akhirnya sembuh. Bukankah kabar seperti itu tidak hanya informatif, tapi juga bermanfaat bagi yang membacanya.  

Sebaliknya, bila menulis tulisan hanya mengejar viewer dengan menggunakan judul bombastis, apalagi bila ternyata kabarnya tidak benar, tentu malah menyebabkan kepanikan bagi yang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun