Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama FEATURED

Wajah Sepak Bola Indonesia, PR, dan Harapan untuk Liga 1 2020

29 Februari 2020   08:27 Diperbarui: 7 November 2020   12:54 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulai Sabtu (29/2) malam nanti, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akan bergulir. Ada pekerjaan rumah sekaligus harapan agar kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia ini lebih berkualitas dari sebelumnya (Foto: Kompas.com/GARRY LOTULUNG)

Tengah pekan lalu, legenda sepak bola Indonesia yang diakui "kelegendaannya" oleh dunia, Bambang Pamungkas (Bepe), menulis 'coretan' menarik di akun Instagramnya.

Bepe yang kini menyandang status sebagai manajer Persija, menyampaikan testimoninya perihal pelaksanaan Piala Gubernur Jatim 2020 yang baru saja berakhir, di mana Persija menjadi runner-up pada 20 Februari lalu.

Bepe menyebut Piala Gubernur Jatim 2020 bak menjadi cerminan dari gelaran Liga 1 Indonesia. Dia menulis begini (yang tentu saja tulisannya kredibel merujuk pada pengalaman panjangnya bermain di Liga Indonesia):

"Turnamen ini adalah gambaran secara utuh tentang sepak bola Indonesia".

"Mulai dari jadwal yang padat, venue (waktu) sering berubah, pertandingan tanpa penonton, bermain away dengan pressure penonton, kualitas wasit yang kurang baik, serta pemain asing yang (kadang) provokatif. Lebih dari itu, kami juga mendapatkan lawan-lawan yang berkualitas".

"Hal-hal tersebut di atas, membuat Piala Gubernur Jatim ini menjadi ajang yang sangat ideal bagi tim, tidak hanya dari sisi teknis namun juga mental, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang sesungguhnya, yaitu Liga 1 musim 2020".

Sejumlah PR untuk pihak pengelola kompetisi Liga 1
Saya mendadak kembali teringat dengan apa yang disampaikan Bambang Pamungkas tersebut jelang kompetisi Liga 1 2020 dimulai Sabtu (29/2) malam nanti.

Liga 1 2020 yang masih tetap menggandeng Shopee sebagai sponsor utama, akan diawali di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya saat Persebaya Surabaya menjamu tim 'tetangga' sesama Jawa Timur, Persik Kediri.

Ya, sebagai legend, Bepe pasti sudah sangat paham 'wajah' sepak bola Indonesia. Oleh karenanya, tulisan Bepe itu seolah menjadi deretan pekerjaan rumah (PR) bagi pihak pengelola liga dan otoritas sepak bola di tanah air untuk menggelar kompetisi Liga 1 yang jauh lebih baik dari musim lalu. Meski, semua PR itu jelas tidak akan mudah untuk dibereskan.

Ambil contoh perihal jadwal yang padat dan waktu yang sering berubah seperti kata BePe. Ini menjadi tantangan paling menantang bagi pihak pengelola liga. Memang, Indonesia sebagai "negara seribu pulau" membuat Liga 1 jauh berbeda dengan liga-liga Asia lain. Bahkan berbeda dengan liga Eropa yang meski wilayah negara, tetapi luasannya tidak beda jauh dengan Pulau Jawa.

Sementara di Liga 1 2020, dengan tim-tim pesertanya berasal dari ujung Sumatera (Persiraja Banda Aceh) hingga Papua (Persipura), tentunya menjadi tantangan hebat dalam menyusun jadwal agar tidak ada tim yang dirugikan.

Semisal Persiraja, tidak mungkin memainkan satu laga away ke Jawa ataupun Kalimantan, lantas kembali main di home dalam rentang beberapa hari. Kondisi fisik pemain pastinya akan terkuras. Hal seperti ini yang menjadi tantangan.

Toh, jadwal sudah disusun. Tinggal pelaksanaannya yang semoga memang sesuai jadwal. Meski, merujuk pada gelaran Liga 1 2019 lalu, masih ada beberapa jadwal yang terkadang  ditunda dan diubah karena sesuatu hal.

Kemudian tentang kepemimpinan wasit. Kita tahu, tidak semua wasit di Liga 1 punya lisensi FIFA. Masih menjadi pertanyaan apakah tim-tim Liga 1 2020, terlebih pemain-pemainnya bisa manut dengan keputusan wasit. Bukan malah terjadi insiden dalam merespons kepemimpinan wasit.

Meski memang, ujung pangkalnya adalah ketegasan wasit dalam memimpin pertandingan. Wujud tegas salah satunya bisa dimaknai ketika ada tim yang bermain away dengan pressure penonton tuan rumah, wasit bisa bersikap tegas kepada tim tuan rumah maupun tim tamu.

Dulu, ketika masih bekerja di pabrik koran dan sering "nribun", saya beberapa kali melihat kejadian unik--yang oleh beberapa penonton dianggap hal biasa. Bahwa, ketika tim tuan rumah sulit mencetak gol, mereka biasanya mendapat penalti di 10 menit akhir. Meski penyebab penalti itu kurang jelas.

Semisal karena dianggap pelanggaran padahal minim kontak antarpemain, handball meragukan, ataupun aksi diving. Karenanya, untuk wasit ini, muaranya tentu pada peningkatan kualitas yang terus dilakukan.  

Harapan untuk Liga 1 2020
Selain beberapa PR yang terwakili oleh tulisannya Mas Bepe tersebut, sebagai penikmat sepak bola, saya juga memiliki beberapa harapan pada pelaksanaan Liga 1 2020. Salah satunya perihal kedewasaan pemain dalam bersikap di lapangan.

Kedewasaan pemain ini banyak ragamnya. Bisa bagaimana pemain bersikap kalem dalam merespons keputusan wasit. Bisa bermain fair play dengan tidak berniat mencederai lawan.

Main keras boleh, tapi kasar apalagi ingin mencederai lawan, itu yang memalukan. Lha wong sama-sama 'mencari makan' di sepak bola, sama-sama punya keluarga, apa iya tega mencederai lawan sehingga mungkin kehilangan pekerjaannya?

Perihal kedewasaan pemain di lapangan, pekan ini, jagad media sosial dihebohkan oleh postingan beberapa akun Instagram perihal cuplikan pertandingan persahabatan antara Persipura melawan Sriwijaya FC. Namanya laga persahabatan seharusnya kalem-kalem waeh. Yang terjadi malah sebaliknya.

Beberapa akun Instagram mengulas perseteruan antara pemain asing Persipura, Arthur Cunha dan kapten Sriwijaya, Ambrizal. Ada foto, Arthur mengarahkan tangan ke muka Ambrizal. Foto lainnya, nampak Ambrizal mengarahkan pool sepatunya ke engkel kaki Arthur yang bisa saja mengancam kariernya. Foto itu aksi reaksi.

Warganet terbelah menyikapi hal ini. Ada yang membela Arthur dengan menyebut tidak ada asap tanpa api. Sikapnya dianggap hanya reaktif setelah dirinya nyaris menjadi korban pelanggaran mengerikan. Meski, ada yang juga menyoroti sikapnya sebagai pemain asing, seharusnya bisa lebih mengendalikan emosi di lapangan.

Lagi-lagi, itu hanyalah potret kecil dari wajah sepak bola Indonesia. Potret yang semoga tidak banyak berulang di Liga 1 2020 nanti. Saya katakan tidak banyak karena rasanya masih sulit untuk berharap Liga 1 benar-benar bebas dari aksi-aksi seperti itu. Meski, itu menjadi harapan banyak pihak. Termasuk saya.

Masih ada harapan lainnya. Setelah wasit dan pemain, elemen penting lainnya dalam kompetisi adalah suporter. Sebenarnya, suporter tim-tim Indonesia itu keren. Mereka kreatif membuat chant-chant dukungan maupun atraksi di tribun. Hanya saja, masih ada beberapa orang yang kalau boleh disebut oknum suporter, yang mengumandangkan kebencian dan caci maki.  

Jujur, saya ikut sedih ketika dulu nribun di stadion, lantas mendengar chant suporter meneriakkan kebencian. Semisal  menyebut tim lain sebagai a**ing atau meneriakkan suara seperti m***et ketika ada pemain asing yang membawa bola. Bahkan muncul kata "dibunuh saja".

Saya yakin, perilaku seperti itu hanya dilakukan oknum suporter yang belum dewasa. Sebab, suporter yang benar, pastinya malu melakukan itu. Sebab, masih banyak suporter yang kreatif melantangkan lagu, yel-yel, dan menggelar koreografi di stadion demi mendukung timnya masing-masing.  

Ada satu lagi harapan. Mengutip tulisan sahabat saya, Mifta Fim yang merupakan pengamat sepak bola Indonesia, di akun Instagramnya dia menulis: "Mudah-mudahan nantinya tak ada lagi pemain yang berangkat ke stadion dan pulang dari stadion naik kendaraan taktis (rantis)".

Ya, kejadian 'langka' di sepak bola yang tidak terjadi di Eropa itu memang masih terjadi di sini. Utamanya ketika mempertemukan dua tim yang punya riwayat rivalitas panjang dan dua suporternya juga sama-sama militan.

Entah kita menyebutnya sebagai apa ketika ada pemain, pelatih, dan ofisial tim untuk berangkat ke stadion demi melakoni pertandingan dan keluar dari stadion seusai laga, harus diangkut dengan kendaraan rantis.

Inti dari semua harapan yang saya tuliskan di atas, semua elemen yang ikut 'tampil' di panggung Liga 1 2020 ini harus ingat satu hal.

Bahwa, mereka itu bukan sekadar tampil untuk diri mereka sendiri ataupun klubnya saja. Namun, mereka juga menjadi contoh bagi para penonton baik di stadion maupun di layar kaca yang tidak sedikit yang masih anak-anak.

Mereka itu menjadi panutan bagi anak-anak yang mengidolakan mereka. Pemain yang sudah menjadi ayah pasti menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pemain yang punya adik, pastinya menjadi idola bagi adik-adiknya. Bahkan, mereka yang mewakili daerah, menjadi kebanggaan bagi daerahnya.

Karenanya, penting bagi pemain dan suporter untuk mengontrol emosi selama pertandingan. Penting untuk tetap kalem meski situasi panas. Jangan sampai, anak-anak, adik-dik kita yang menonton Liga 1, malah mendapatkan suguhan dan contoh yang tidak baik sehingga secara tidak langsung ikut membentuk karakter mereka.

Bagi saya, sepak bola, di manapun ia dimainkan, seharusnya membawa pesan kegembiraan, kedamaian, dan persahabatan. Bukan hanya sekadar mencari menang dan gelar juara. Sebab, bila sepak bola tidak punya semua itu, buat apa ia dimainkan. 

Akhir kata, semoga gelaran Liga 1 2020 semakin oke. Oke dalam artian kompetisinya berjalan tertib, pertandingannya enak ditonton, tim-tim yang bermain menunjukkan kualitas permainan lebih bagus, pemain-pemain semakin profesional, dan penontonnya juga semakin kreatif. Selamat datang Liga 1 2020. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun