Situasi itu juga yang kini dihadapi Arsenal. Klub tetangga Spurs di London Utara ini diisukan bakal segera memecat pelatihnya, Unai Emery yang asal Spanyol.
Nah, menariknya, nama-nama manajer/pelatih yang saya sebut dalam tulisan ini, ternyata bak menjadi kepingan puzzle. Kepingan yang saling mengisi celah kosong.
Jose Mourinho. Kita tahu, kabar terbaru, manajemen Spurs akhirnya menunjuk pria Portugal yang sempat menganggur (tidak melatih) ini. Dalam wawancara dengan situs Premier League, Mourinho menyebut akan menghadirkan passion di Tottenham. Dia berjanji akan membangkitkan potensi yang dimiliki Spurs dengan menghadirkan passion.
Lalu, Harry Redknapp. Dalam wawancara dengan The Mirror, ia terang-terangan mempromosikan Pochettino untuk menggantikan Unai Emery sebagai pelatih Arsenal.
Meski, Pochettino juga sempat diisukan akan diambil Bayern Munchen. Bahkan, salah satu pemain top Bayern, Joshua Kimmich memuji pria asal Argentina ini sebagai pelatih kelas dunia.
Dari Pochettino, kita bisa paham bahwa, tidak ada jaminan seorang yang hebat bisa bertahan lama di sebuah klub. Sebab, suksesnya di masa lalu, itu sudah masuk buku sejarah. Hari ini adalah cerita yang berbeda. Bila dinilai gagal, dia dipecat. Tidak ada kesempatan kedua baginya. Dan itulah yang terjadi pada Pochettino.
Dari melihat bagaimana perputaran nasib para pelatih top ini, kita bisa belajar bahwa pekerjaan terkadang sekadar kesempatan yang datang dan pergi.
Kita hanya perlu memanfaatkan kesempatan yang datang dengan sebaik-baiknya. Sebab, kelak bila kesempatan itu pergi, itu akan menjadi 'pintu pembuka' bagi datangnya kesempatan lainnya. Salam.