Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

KPAI, PBSI, dan Pentingnya "Pembibitan Juara Dunia" Sejak Dini

13 September 2019   09:36 Diperbarui: 13 September 2019   09:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembibitan pemain sejak usia dini dengan mendekatkan anak-anak ke lapangan, menjadi tugas penting bagi PBSI. Sebab, menjadi juara dunia tidak bisa tiba-tiba juara/Foto: BBC.

Bila melihat data, lawan-lawan kita kini bukan hanya Tiongkok dan Korea seperti dulu. Namun, Jepang kini juga punya juara dunia junior di ganda putra (2017). Malaysia punya juara dunia junior di tunggal putri 2018 untuk kali pertama dalam sejarah. Bahkan, Thailand punya juara tunggal putra selama dua tahun beruntun.

Dekatkan anak-anak ke lapangan, jangan malah dijauhkan

Merujuk pada hal itu, kita jadi tahu, betapa pembinaan pemain muda itu sangat penting. Karenanya, ketika mencuat kabar Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum Kudus akan menghentikan audisi umum pencarian bakat pada 2020 mendatang menyusul polemik dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), itu kabar yang membuat resah mereka yang 'punya hati' dengan bulutangkis. Terkait hal ini, pernah saya ulas dalam tulisan ini:
Mengapa Banyak Orang Berpihak pada PB Djarum, Bukan KPAI?.

Dari berbagai referensi berkelindan di media massa, saya memahami alasan yang dipakai KPAI ketika menyebut adanya esploitasi anak untuk promosi rokok secara terselubung dalam pelaksanaan audisi tersebut. Anggap saja, KPAI tengah menjalankan tugasnya dalam upaya demi menjauhkan anak-anak dari ancaman bahaya rokok.

Ya, bila ranahnya bahaya rokok pada anak-anak, saya sepakat. Saya bukan perokok. Sejak bocah hingga kini memiliki dua anak, saya tidak pernah merokok. Saya juga paling tidak suka ketika melihat orang tua merokok di dekat anak-anak sehingga membuat mereka terpapar asap rokok. 

Bagi saya, orang tua yang merokok di dekat anak-anaknya, berarti mereka tidak sadar telah membahayakan keselamatan anak-anaknya. Tentang hal ini, pernah saya ulas dalam tulisan Matikan Rokokmu Saat bersama Buah Hatimu

Namun, saya tidak sepakat bila upaya menjauhkan anak-anak dari pengaruh rokok, justru dilakukan dengan 'menjauhkan' anak-anak dari lapangan bulutangkis. Andai audisi tidak ada lagi, mimpi anak-anak yang bercita-cita menjadi atlet bulutangkis dengan ingin memperlihatkan kemampuannya lewat audisi umum tersebut demi harapan bisa mendapatkan beasiswa bulutangkis, tentunya akan ikut pudar. Singkat kata, monggo menjauhkan rokok dari anak-anak, tapi jangan stop audisinya.

Memangnya ada suara agar audisi bulutangkis tersebut dihentikan? Bukannya KPAI sempat menegaskan bahwa bukan audisinya yang dihentikan, tetapi eksploitasi anaknya?

Namun, kenyataannya, di beberapa media maupun media sosial, sempat beredar adanya surat permintaan penghentian kegiatan audisi tersebut. Dikutip dari newsdetik.com, surat yang diteken langsung Ketua KPAI tersebut berbunyi begini.  

"Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak anak, khususnya terhadap perlindungan anak sepenuhnya dari bahaya rokok dan eksploitasi, KPAI meminta kepada Pimpinan Djarum Foundation untuk menghentikan kegiatan audisi Badminton Djarum Foundation yang akan dilaksanakan di beberapa kota pada bulan Juli-November 2019 guna melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi industri rokok" seperti dikutip dari Detik.

Gaduh polemik "audisi" akhirnya berakhir teduh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun