"Walau sifatnya pertolongan awal, itu menentukan nasib korban. Benar nanti dibawa ke rumah sakit, tetapi ditolong agar hidup dulu," ujarnya.
Dia mencontohkan, ketika ada orang mendadak terkena serangan jantung atau stroke di rumah, secara teoritis sebenarnya masih bisa ditolong dan tidak menyebabkan kematian.Â
Bila orangnya tidak sadar dan tidak bernafas, bisa dipijat jantung. Sembari menunggu tim medis datang, bisa dipijat dada. Sementara bila bernafas dan jantung masih detak, korban diposisikan dangak.
Begitu juga bila ada orang yang karena saking semangatnya makan bakso, kemudian tersedak bakso/pentol dan kesulitan bernafas, kita bisa melakukan pertolongan emergency dengan memukul di bagian punggungnya. Begitu juga ketika ada orang yang tenggelam, semestinya bisa ditolong.
Ironisnya, di Indonesia, karena masyarakatnya masih minimnya penguasaan ilmu penanganan kegawatdaruratan tersebut, kebanyakan orang yang mengalami situasi gawat darurat tersebut tidak tertolong (meninggal) karena ketidakmampuan orang-orang di sekitarnya untuk melakukan pertolongan awal.
Ada banyak orang mati mendadak di luar rumah sakitÂ
Kondisi itu berbeda dengan di luar negeri sana. Ada lebih banyak orang yang bisa melakukan pertolongan awal karena menguasai ilmu basic life support (BLS). Bahwa siapapun bisa menolong ketika ada insiden mendadak yang mengancam jiwa.
Tidak hanya teori, di luar negeri seperti di Amerika Serikat maupun di beberapa negara Eropa, orang awam memang bisa melakukan BLS. Sebab, mereka pernah mengikuti pelatihan penanganan emegergency tersebut. Pasalnya, di Amerika maupun di Eropa seperti di Swedia, Norwegia, ketika warganya mengambil SIM ataupun KTP, disyaratkan untuk memiliki sertifikat basic life support.
Sebenarnya, mengapa penting bagi orang awam untuk menguasai ilmu basic life support ini?
Saya lantas tercenung dengan jawaban pak dokter tersebut. Jawaban yang membuat saya lantas tergugah untuk ikut mempelajari basic life support ini.Â
Menurutnya, kondisi mati mendadak di luar rumah sakit mencapai 64 persen lebih banyak daripada di dalam rumah sakit. Karena itu, siapapun orang awam, semestinya bisa menolong.