Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Jangan Mau Kalah Terus, Ginting!

16 Maret 2019   16:20 Diperbarui: 20 Maret 2019   10:03 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Ginting berpeluang ke final Swiss Open 2019/Foto: Twitter Badminton Ina | badmintonindonesia.org

Tidak ada yang mustahil terjadi di olahraga. Kalau kata bahasa ibunya orang luar negeri sana, impossible is nothing. Terlebih di olahraga seperti bulutangkis yang tingkat rivalitasnya nyaris setara.

Bahwa, seorang pebulutangkis selalu punya kesempatan untuk mengalahkan pemain lainnya. Sekalipun pebulutangkis tersebut memiliki rekor buruk setiap kali kalah ketika menghadapi pemain tertentu.

Sampean (Anda) yang mengikuti kejuaraan All England 2019 yang berakhir Minggu (10/3) lalu, pastinya paham siapa juara di sektor tunggal putri. Juaranya adalah pebulutangkis Tiongkok, Chen Yufei. Dia jadi juara setelah mengalahkan juara bertahan asal Taiwan, Tai Tzu-ying (TTY) yang memburu hat-trick gelar All England.

Menariknya, Chen Yufei sebelumnya tidak pernah menang melawan TTY yang merupakan tunggal putri rangking 1 dunia. Dalam 11 pertemuan, pemain berusia 21 tahun ini selalu kalah. Diantaranya yang paling diingat adalah di final Indonesia Open 2018 dan juga Kejuaraan Asia 2018.

Toh, selalu ada yang pertama di olahraga. Selalu ada kesempatan bagi Chen Yufei untuk mengalahkan TTY karena jarak kualitas mereka sejatinya tidak berjarak seperti bumi dan langit. Yang terjadi, Chen Yufei mengalahkan TTY untuk kali pertama. Istimewanya, itu terjadi di final kejuaraan bergengsi sekelas All England.

Saya mengambil pengandaian kisah rivalitas Chen Yufei dengan Tai Tzy-Ying itu untuk menggambarkan kisah rivalitas lainnya di bulutangkis yang juga nyaris sama. Yakni kisah yang melibatkan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dengan pemain Tiongkok, Shi Yuqi.

Sama seperti rivalitas Chen Yufei dan TTY dulu, Ginting juga seperti mengalami "kutukan" ketika bertemu Shi Yuqi (23 tahun) yang setahun lebih tua darinya.

Dalam lima pertemuan, Ginting tidak pernah menang. Dia seperti kesulitan menemukan "jurus" untuk mengalahkan pemain yang oleh pecinta bulutangkis di Indonesia di panggil "Si Juki" itu. Pertemuan terakhir keduanya terjadi di BWF World Tour Finals 2018 Desember lalu. Kala itu, Ginting takluk dua game langsung, 8-21, 19-21.

Shi Yuqi/Foto: news.cgtn.com
Shi Yuqi/Foto: news.cgtn.com
Nah, Sabtu (16/3) malam nanti, Ginting berkesempatan untuk mengakhiri rekor buruknya kala melawan Shi Yuqi. Ginting akan menghadapi tunggal putra rangking 2 dunia tersebut di babak semifinal Swiss Open 2019.

Berbeda dengan Jonatan Christie yang tersingkir cepat di putaran II, penampilan Ginting di turnamen BWf World Tour Super 300 ini lumayan oke. Tadi malam, dia berhasil lolos ke semifinal setelah mengalahkan pemain senior Tiongkok, Lin Dan. Dengan usia Lin Dan yang sudah mencapai 35 tahun, Ginting seperti sudah tahu caranya mengalahkan pemain pemilik gelar terlengkap di bulutangkis ini.

Caranya yakni memaksa Lin Dan bermain tiga game. Sebab, dengan usia yang tidak muda lagi, Lin Dan tentunya enggan bermain rubber game. Karenanya, dia memforsir kemenangan di game pertama. Begitu juga di pertandingan tadi malam.

Ginting kalah dengan skor tipis 19-21 di game pertama. Namun, di dua game berikutnya, Ginting yang 13 tahun lebih muda dari Lin Dan, lantas bisa menang mudah 21-8 dan 21-11 selama 59 menit.

Namun, Shi Yuqi tentunya berbeda dengan Lin Dan. Shi Yuqi yang merupakan unggulan 1, melaju ke semifinal setelah menang mudah atas pemain Belanda, Mark Caljoud 21-17, 21-9. Ah, semoga di Swiss Open, Ginting bisa memperbaiki catatan head to head melawan Shi Yuqi. 

"Shi lebih muda dari Lin Dan, pergerakannya lebih cepat. Menghadapi dia harus lebih sabar dan jangan buru-buru saat mau menyerang," jelas Anthony Ginting dikutip dari badmintonindonesia.org.

Indonesia punya tiga wakil di semifinal Swiss Open 2019
Indonesia memiliki tiga wakil di semifinal Swiss Open 2019. Di sektor ganda putra, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga lolos ke semifinal. Mereka juga akan bertemu lawan tangguh di semifinal. Fajar/Rian akan menghadapi ganda putra terkuat Inggris, Marcus Ellis/Chris Langridge.

Ganda putra Inggris ini lolos ke semifinal setelah mengalahkan ganda India, Pranaav Chopra/Chirag Shetty di perempat final. Ellis/Langridge merupakan juara Commonwealth Games 2018. Sepanjang 2018 lalu, mereka juga meraih tiga gelar turnamen BWF World Tour. Meski levelnya masih Super 100 yakni di Sccotish Open, Saar LorLux Ope dan Canada Open.

Namun, Fajar/Rian yang penampilannya tengah on fire, berpeluang ke final. Di Swiss Open 2019, dari tiga pertandingan, Fajar/Rian yang menempati unggulan 4, selalu menang straight game. Mereka belum pernah kalah. Terakhir, di perempat final tadi malam, mereka memenangi "perang saudara" melawan Wahyu Nayaka/Ade Yusuf 21-10, 21-17.

Fajar/Rian kini menjadi harapan Indonesia setelah pasangan senior, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan terhenti di perempat final usai dikalahkan ganda Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-lin lewat rubber game. Bila Hendra/Ahsan jadi juara di All England pekan lalu, semoga Fajar/Rian bisa juara di Swiss Open.

Satu wakil lainnya ada di ganda campuran. Pasangan muda ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Mentari menorehkan hasil hebat. Pasangan yang baru berumur 19 tahun ini berhasil memulangkan unggulan 2 asal Inggris, Marcus Ellis/Lauren Smith di perempat final. Rinov/Pitha yang merupakan juara World Junior Championship 2017, menang rubber game 19-21, 21-14, 21-17.

Di semifinal, Rinov/Pitha yang menjadi unggulan 8, akan menghadapi ganda campuran kejutan asal Taiwan, Lu Ching Yao/Lee Chia Hsin. Yao/Hsin meman tampil mengejutkan di Swiss Open. Meski berstatus pemain kualifikasi, mereka bisa melangkah jauh. Dini hari tadi, mereka mengalahkan unggulan 4 dari Jerman, Mark Lamsfus/Isabel Herrtrich 21-18, 22-20.

Semoga semifinal Swiss Open memunculkan kabar manis bagi Indonesia. Tidak hanya Ginting yang berhasil mengakhiri 'kutukan'nya kala bertemu Shi Yuqi. Namun, lebih dari itu, semoga tiga wakil Indonesia di semifinal bisa melaju ke babak final. Pada akhirnya, tentu saja tidak hanya tampil di laga puncak, tetapi juga membawa pulang gelar dari Swiss Open 2019. Semoga. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun