Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Kutukan" Laga Perdana di Piala AFF dan Cerita Spanduk Suporter Indonesia

10 November 2018   16:31 Diperbarui: 14 November 2018   09:20 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain sayap Indonesia, Febri Haryadi, saat melawan Singapura tadi malam/Foto: Prokerala.com

Apa sih susahnya mengawali turnamen sepak bola dengan kemenangan? Bagi Timnas Indonesia, pertanyaan itu susah dijawab. Sama seperti susahnya memburu kemenangan di lapangan.

Kenyataannya, Timnas Indonesia memang tidak mampu mengawali penampilan di turnamen Piala AFF 2018 dengan kemenangan. Indonesia dikalahkan tuan rumah Singapura pada pertandingan pertama Grup B Piala AFF 2018, di National Stadium Singapura, Jumat (9/11/2018) malam kemarin.

Kekalahan ini seolah memperpanjang 'rekor' Indonesia yang dalam enam tahun terakhir selalu kesulitan tmengawali turnamen sepak bola paling bergengsi di Asia Tenggara ini dengan kemenangan.

Ya, sejak Piala AFF edisi 2012 lalu, Timnas Indonesia selalu gagal menang di laga pertama. Dua tahun lalu, Indonesia dipaksa menyerah 2-4 dari Thailand yang akhirnya kembali bertemu di final. Dan, sampean (Anda) pastinya masih ingat siapa yang akhirnya jadi juara?

Di Piala AFF edisi 2014, Indonesia masih bisa meraih hasil lumayan ketika hanya bermain 2-2 dengan Vietnam. Hasil ini seperti ulangan laga pembuka Piala AFF 2012 silam ketika Indonesia bermain 2-2 dengan Laos. Dan, kegagalan menang di laga pembuka itupun resmi berlanjut tadi malam.

Sejenak lupakan bagaimana respons pecinta sepak bola Indonesia menyusul kekalahan ini yang bisa dengan mudah ditemui di kolom-kolom komentar di akun media sosial.

Contohnya di akun Instagram PSSI @pssi__fai, postingan yang memajang tulisan "Singapore 1 Indonesia 0" dengan dibumbui narasi "Bukan Hasil yang kita Inginkan. Saatnya evaluasi dan fokus ke pertandingan kedua. Ayo bangkit, Garuda! Postingan ini dikomentari 23.624 warganet.

Postingannya oke. Narasi nya juga oke. Komentarnya? Hmmm pedas. Salah satunya ini: "Pola permainan timnas malam ini kayak ngeambarin kualitas liga nasioal kita". Ada juga warganet yang menulis komentar begini: "Baru kemarin rasanya saat Timnas dipegang oleh Luis Milla, walaupun kalah namun permainan enak dilihat. Hari ini kok beda rasanya.

Malah, ada juga warganet berkomentar satire. Kalimatnya begini "Makasih PSSI, berkat pelatih yang pas. Kita bermain bak Timnas Jerman. Patut diapresiasi".

Ah, sampean yang tadi malam menyaksikan bagaimana permainan Timnas Indonesia saat melawan Singapura, pastinya punya komentar sendiri.

Cerita Spanduk Suporter Indonesia di National Stadium

Yang menarik, dalam jumpa pers sehari sebelum pertandingan, Pelatih Timnas Indonesia, Bima Sakti yang dikutip dari website resmi affsuzukicup2018, menyebut Timnas Indonesia akan menjadikan National Stadium Singapura bak seperti di kandang sendiri.

Keinginan Bima itu terwujud. Suporter Indonesia memang seperti menjadikan National Stadium bak kandan sendiri. Dikutip dari Foxsport Asia, ada sekitar 1300 suporter Indonesia yang berangkat dari Jakarta untuk memberikan dukungan kepada Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan. Plus, 300 suporter tambahan yang berbasis di Singapura.

Nah, yang menjadi sorotan media internasional adalah totalitas suporter Indonesia di sana. Mereka berhasil menggemuruhkan National Stadium Singapura lewat cheer lagu yang biasa mereka nyanyikan untuk Indonesia dengan intonasi suara yang bahkan terdengar oleh kita yang melihat dari layar kaca televisi.

Tapi, yang paling mengundang perhatian media internasional adalah sebuah spanduk yang dibentangkan suporter Indonesia. Spanduk bertuliskan kalimat "Tidak Malukah Kalian dengan Prestasi Juniormu?". Kalimat itu bahkan diterjemahkan oleh Fox Sport Asia dalam beritanya : "Are you not ashamed of your junior teams' achievements?"! Oops!

Dan memang, harus diakui, prestasi timnas junior Indonesia tahun ini cukup mengkilap. Timnas U-16 yan dilatih Fahri Husaini berhasil jadi juara Piala AFF U-16 untuk kali pertama, dan bahkan nyaris lolos ke Piala Dunia dalam penampilan di Piala AFC 2018 di Malaysia.

Begitu juga Timnas U-19 arahan Indra Sjafri yang mampu lolos ke perempat final Piala Asia U-19 dan sudah sangat dekat dengan Piala Dunia. Pun, Timnas U-23 berhasil lolos babak knock out di Asian Games 2018.

Tulisan di spanduk itu keren. Tujuannya tentu saja agar pemain-pemain timnas senior lebih termotivasi. Sayangnya, kiriman semangat dari spanduk itu tak berbuah manis. Timnas senior Indonesia asuhan Bima Sakti kalah di laga perdana. Bima tak mampu merealisasi ucapannya yang menyebut Timnas akan bermain menyerang dan efisien.

Meski, kekalahan di laga perdana bukan berarti 'kiamat'. Toh, dua tahun lalu, Indonesia yang kalah 2-4 di laga awa Piala AFF 2016, berhasil lolos dari fase grup dan bahkan mampu lolos ke final.

Namun, bila harus membandingkan gairah bermain Timnas di Piala AFF dua tahun lalu dan tadi malam, memang seperti berbeda. Dua tahun lalu, kita seperti "terbakar" untuk tampil bagus. Gelar Piala AFF untuk kali pertama sejak 1996 nyaris bisa diraih. Pemain-pemain Timnas kala itu bermain enerjik dan mampu mencetak gol di menit akhir maupun via set pieces.

Bagaimana kali ini? Timnas Indonesia kini perlu move on menyongsong pertandingan kedua saat menjamu Timor Leste di Jakarta pada Selasa (13/11/2018) pekan depan. 

Bila Thailand tadi malam mampu menang 7-0 di kandang Timor Leste, Indonesia seharusnya memiliki peluang menang. Meski, rasanya akan sulit menang besar bila hanya mengandalkan cara bermain seperti tadi malam. Semoga ada perbaikan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun