Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lagu "Father and Son" dan Garuda Muda yang Tak Boleh Meratap dalam Penyesalan

23 Oktober 2018   13:55 Diperbarui: 24 Oktober 2018   07:26 2101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Masukan lainnya, lini tengah Timnas U-19 belum memiliki "pemain garang" seperti duet Zulfiandi dan Hargianto di Timnas U-19 dulu. Sehingga, lini pertahanan rentan langsung berhadapan dengan serangan musuh karena tidak adanya "penyaring" di lini tengah.

Luthfi Kamal dan Syahrian Abimanyu selama ini bagus, tetapi keduanya seorang pengumpan handal, bukan breaker alias pemutus serangan. Sebenarnya ada Asnawi Mangkualam yang dulu main di posisi itu dan punya tackling bagus. Namun, dia kini diposisikan  sebagai bek kanan dan ternyata bermain bagus.

Dan, sorotan paling tajam warganet, ada pada bek tengah yang juga kapten Timnas U-19, Nurhidayat Haji Harris. Ada banyak netizen yang menyebut bek tengah bernomor punggung 5 ini beberapa kali melakukan blunder yang berbuah gol Qatar. Karenanya, beberapa netizen menyarankan agar Nurhidayat "diparkir" saat melawan UEA.

Tentu, keputusan memainkan Nurhidayat atau tidak di laga melawan UEA, ada pada Indra Sjafri. Saya pun sependapat bila Nurhidayat memang tidak tampil lugas dan garang saat melawan Qatar---soal lugas dan garang ini, dia perlu mencontoh pendahulunya, Hansamu Yanma.

Meski, saya pribadi menganggap keputusan "menghukum" Nurhidayat dengan tidak memainkannya kok terlalu kejam. Anggap saja ketika melawan Qatar itu hari buruknya Nurhidayat.

Memaknai "Father and Son"


Saya yakin, dia juga menyesal telah bermain tidak sesuai harapannya ketika melawan Qatar. Saya yakin, dia pastinya gregetan ketika melihat siaran ulang gol-gol Qatar. Pun, pemain-pemain Timnas U-19 nya juga menyesal mengapa terlambat panas di babak kedua ketika lawan sudah mencetak setengah lusin gol. Penyesalan itu terlihat dari wajah-wajah mereka seusai laga ketiak disorot kamera TV.

Dan, bagi anak muda seperti Nurhidayat dan kawan-kawannya, menyesal itu merupakan tanda bagus dalam proses belajar menjadi pemain matang.

Dengan menyesali kesalahan, mereka akan belajar banyak hal. Pada akhirnya, mereka akan bertekad untuk tampil lebih baik dan tidak lagi mengulangi kesalahan mendasar seperti sebelumnya. Begitulah harapan di laga melawan UEA besok.

Bicara tentang anak muda yang yang masih berproses tumbuh sehingga tidak luput melakukan kesalahan lantas menyesalinya, saya teringat dengan lagu "Father and Son". Sebuah lagu lama yang liriknya begitu menyentuh.

Dulu, sebelum era Youtube, saya tahunya lagu ini dinyanyikan Ronan Keating pada tahun 2004 silam (ternyata Boyzone bahkan sudah menyanyikanya di tahun 1995). Lalu Rod Stewart ikut menyanyikannya pada 2006 di album Still the Same...Great Rock Classics of our Time". Bahkan, band heavy metal Indonesia, Power Slaves pernah meng-cover lagu ini di tahun 2001 silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun