Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Kala "Semesta" Mendukung Gregoria Mariska

19 Oktober 2018   12:34 Diperbarui: 19 Oktober 2018   20:31 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria Mariska Tunjung, lolos ke perempat final Denmark Open 2018/Foto: Twitter BadmintonIna

Novelis asal Brasil, Paulo Coelho yang sukses menaklukkan industri perbukuan internasional, punya pandangan menarik perihal takdir dan nasib. Tentang nasib, dia mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa karena itu bukan urusannya dan sudah ada yang mengatur. Tetapi tidak dengan takdir.

Kata dia: "Aku bisa mengendalikan takdirku, tapi bukan nasibku. Takdir berarti ada peluang untuk berbelok ke kanan atau ke kiri, tapi nasib adalah jalan satu arah".

Bila ditarik ke ranah olahraga, ujaran Paulo Coelho itu berwujud pada slogan "impossible is nothing". Bahwa dalam pertandingan olahraga di arena manapun, tidak ada (prestasi) yang tidak mungkin untuk diraih selama usaha dan persiapannya memang benar.

Dan, perihal impossible is nothing ini, rasanya kok pas dengan ujaran terkenal Coelho dalam buku larisnya, The Alchemist. Bahwa "saat kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya."

Semangat untuk menentukan takdir sendiri dan juga bantuan semesta untuk meraih harapan itu seperti berpadu menjadi satu dalam kisah heroik penampilan pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung di turnamen elit Denmark Open 2018. Tadi malam, Kamis (18/10/2018), Gregoria memastikan lolos ke perempat final.

Merujuk pada jalur drawing tungga putri Denmark Open 2018, pencapaian Gregoria itu tidak terbayangkan. Sebab, dia berada di jalur "penggembira" bagi sang juara dunia 2018, Carolina Marin.


Ketika tahu jalur drawing-nya yang mempertemukan Gregoria dengan pemain Tiongkok, Chen Xiaoxin di babak awal (32 besar), saya masih yakin Gregoria (19 tahun) akan bisa lolos ke babak 16 besar. Memang Xiaoxin (20 tahun) kini mulai melejit menyusul koleganya seperti Chen Yufei dan He Bingjiao. Tetapi, Gregoria selalu punya semangat bagus ketika menghadapi pemain 'sepantaran' nya. Dan, benar adanya. Gregoria bisa mengalahkan Xiaoxin 21-9, 24-22.

Namun, bila harus menghadapi Marin di babak 16 besar, saya harus berpikir realistis. Harus diakui, Marin yang merupakan juara eropa dan juara dunia 2018 masih setingkat di atas Gregoria. Penampilan pemain 25 tahun asal Spanyol ini juga tengah on fire setelah September lalu menjuarai Japan Open dan China Open.

Apalagi, di pertemuan sebelumnya di Malaysia Open 2018 pada Juni lalu, Gregoria kalah rubber game dengan skor 4-21, 21-18, 8-21. Kala itu, Gregoria mengaku tidak bisa mengimbangi kecepatan pergerakan Marin.

Menariknya, dalam wawancara setelah mengalahkan Xiaoxin, pebulutangkis kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah ini membuka prediksi bahwa bukan tidak mungkin Marin yang berhadapan dengan wakil tuan rumah, Mia Blichfeldt, bakal kalah. Siapa tahu Blichfeldt membuat kejutan di kandang sendiri.

"Kalau ketemu Mia, mungkin saya punya peluang menang lebih besar karena saya belum pernah bertemu dia. Saya dan Mia pun masih satu angkatan. Tapi saya harus tetap siap dan mewaspadai dia, tidak boleh lengah," tutur Gregoria dikutip dari badmintonindonesia.org.

Yang terjadi, sepert kata Paulo Coelho, semesta rupanya mendukung keinginan Jorji--panggilan Gregoria itu. Sebuah kejutan terjadi. Marin dikalahkan Blichfeldt lewat pertarungan tiga game ketat. Maka, Mia Blichfeldt-lah yang menjadi lawan Gregoria di babak 16 besar, bukan Carolina Marin.

Dan, tadi malam, Gregoria membuktikan ucapannya bahwa dirinya memang punya peluang menang bila melawan Mia. Dia menang rubber game dengan skor 16-21, 21-16, 21-11. Kekalahan Carolina Marin ternyata membuka jalan bagi Greogria untuk mengamankan tiket perempat final turnamen BWF World Tour level super 750 ini.

Namun, bukan sekadar "bantuan semesta" berupa kekalahan Marin itu yang membuat Jorji bisa menembus perempat final. Tetapi juga kemauan kerasnya untuk mengubah "takdir" nya yang selama ini acapkali jadi penggembira turnamen level elit seperti Denmark Open 2018.

Ya, kemenangan atas Mia diraih Jorji lewat perjuangan hebat. Sepanjang pertandingan, dia harus melawan rasa sakit pada pinggangnya. Itu yang membuatnya kalah 16-21 di game pertama.

Di game kedua, Jorji bahkan menghadapi "dua lawan" sekaligus. Selain harus menang untuk memaksakan rubber game, dia juga harus menahan rasa sakit pada pinggangnya. Dia bahkan sempat meminta pertolongan dokter pertandingan untuk menyemprotkan penahan rasa sakit pada pinggangnya.

"Di game pertama, saya seperti tidak bisa melawan diri sendiri. Sakitnya sudah mulai terasa dari game pertama. Tapi saya masih penasaran untuk bisa mengalahkan dia, tadi antara pasrah dan penasaran, akhirnya saya bisa mengatasi pikiran saya di lapangan," ujar Gregoria saat diwawancara Badmintonindonesia.org.

Dalam kondisi seperti itu, Gregoria mengaku tidak lagi berpikir menang atau kalah. Yang terpenting baginya, bagaimana caranya tidak boleh menyerah.

Dia juga ingin mengukur kemampuan. Karena tekad kuatnya itulah, 'semesta' lagi-lagi mendukungnya. Sang lawan yang kelewat pede karena merasa di atas angin, justru bermain kurang sabar. Situasi itu itu bisa dimaksimalkan Gregoria.

"Ternyata di game ketiga ada jalan. Lawan seperti sudah emosi, saya ajak main sabar, dia malah terburu-buru," jelasnya.

Di babak perempat final yang akan dimainkan di Odense, Denmark, Jumat (19/10/2018) petang waktu setempat, Gregoria akan kembali bertemu dengan pemain tuan rumah, yakni Line Kjaersfeldt.

Line Kjaersfeldt yang berusia 24 tahun, jelas lebih sarat pengalaman dibanding Mia Blichfeldt (21 tahun). Secara prestasi, Line juga lebih hebat ketimbang Mia. Tahun ini, Line juga berhasil meraih medali perunggu di Kejuaraan Eropa. Pendek kata, dia lawan lebih berat. Toh, Jorji lebih memilih fokus pada dirinya sendiri. "Semoga kondisi saya bisa lebih baik besok, sekarang saya mau fokus recovery dulu," sebutnya.

Selain Jorji, Indonesia mengirimkan lima wakil ke perempat final. Yakni Marcs Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di ganda putra, Greysia Polii/Apriani Rahayu dan Ni Ketut Mahadewi/Rizki Amelia di ganda putri serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran. Sementara sektor tunggal putra tidak punya wakil setelah Jonatan Christie dan Tommy Sugiarto kalah di babak 16 besar tadi malam.

Lalu, bagaimana peluang Jorji ke semifinal? Andai kembali tampil nothing to lose, Jorji berpeluang lolos. Semoga 'semesta' kembali mendukungnya untuk meraih pencapaian terbaiknya dalam keikutsertaan di turnamen BWF World Tour, terlebih di level Super 750. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun