Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

“Puisi" Musuh Bond Ini yang Bikin SPECTRE Layak Ditunggu, Kenapa?

5 November 2015   14:20 Diperbarui: 5 November 2015   14:57 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spectre. Anda, termasuk saya, rasanya sudah tidak sabar ingin segera nonton seri fiilm James Bond paling anyar itu. Ya, pastinya ada banyak penggila film yang menunggu diputarnya judul ke-24 dari seri film James Bond tersebut. Bagi saya, Spectre akan lebih menarik ditunggu dibandingkan film-film Bond sebelumnya. Ada satu nama yang menurut saya bisa membuat Spectre tak sekadar sebuah plot laga mendebarkan.

[caption caption="Layak ditunggu karena "sang musuh Bond"/foto: pagesix.com"][/caption]

Tentu saja, film yang disutradarai Sam Mendes akan tetap mengedepankan aksi-aksi heroik Daniel Craig yang untuk keempat kalinya beraksi jadi agen 007. Tentu saja, aksi spionase, kejar-kejaran, deretan mobil-mobil wah, hingga pertarungan menegangkan, akan tetap menjadi sajian utama seperti halnya film terdahulu.

Sekadar berbagi informasi yang saya baca, Spectre menceritakan tentang misi terbaru Bond yang berhadapan dengan organisasi misterius nan berbahaya bernama SPECTRE (SPecial Executive for Counter-intelligence, Terrorism, Revenge and Extortion). Ia harus mati-matian mengungkap kebenaran dibalik organisasi tersebut. Informasinya, bila dalam Skyfall, nuansanya lebih lambat, Spectre akan lebih seru dan spektakuler.

Salah satu adegan menonjol adalah ketika Bond harus menghindari sebuah gedung tua yang roboh, atau aksi balap mobil liar hingga pertarungan ekstrim di atas helikopter. Ada juga adegan yang memperlihatkan Bond harus berhadapan empat mata dengan musuh besar nya di film ini yang diperankan oleh Christoph Waltz. Ini untuk pertama kalinya Waltz muncul secara jelas di dalam trailer.

Nama terakhir inilah yang membuat saya penasaran ingin segera nonton Spectre. Penasaran melihat bagaimana Waltz menghidupkan sang tokoh antogonis bernama Franz Oberhauser.


Kira-kira sejak 2010 silam, saya mulai kagum dengan kemampuan akting aktor berusia 59 tahun. Dan, satu lagi, saya juga mengagumi kerja kerasnya hingga masuk panggung Hollywood.

Christoph Waltz membuktikan bahwa kesungguhan dalam bekerja telah berdampak besar dalam kariernya. Siapa sangka, Waltz yang selama 30 tahun mengabdi di dunia seni peran tetapi namanya nyaris tak terdengar di level Hollywood, mendadak naik ke panggung elit Academy Award. Dia meraih Piala Oscar di tahun 2010 untuk kategori pemeran pendukung terbaik.

[caption caption="Christoph Waltz piawai memainkan "puisi" tokoh jahat/foto bleedingcool.com"]

[/caption]

Waltz, actor kelahiran 4 Oktober 1965 yang dibesarkan oleh orang tua yang bekerja di lingkungan teater di Vienna, Austria, terbilang telat masuk Hollywood. Karier Waltz di “istana seni peran” ini baru dimulai di usia 53 tahun ketika dirinya bertemu sutradara dan penulis scenario, Quentin Tarantino. Sebelumnya, mengikuti jejak orang tua, ia melakoni akting sebagai penghidupan dan panggilan hati. Selama 30 tahun, seperti tak kenal lelah, Waltz berperan dari satu serial ke serial lainnya di televisi Jerman.

Dan bakat memang bukan soal usia. Muda atau tua kalau memang berbakat ya berbakat. Kalau memang punya potensi, usia tak menghalangi untuk sukses. Begitu menjejak Hollywood, Waltz langsung menyita perhatian. Peran Waltz sebagai Hans Landa dalam film Inglouriuos Basterds (2009) arahan Tarantino, mengantarnya menerima Piala Oscar pertama pada 2010. Piala Oscar tersebut adalah kado kesetiaan panjang Waltz dalam berkarya.

Dan pada 2012, keaktoran Waltz semakin diakui. Dia kembali meraih Oscar dalam kolaborasi keduanya dengan Tarantino di film Django Unchained. Hebatnya, Waltz mengalahkan nama-nama aktor besar Hollywood seperti Robert de Niro (film Silver Lining Playbook), Alan Arkin (Argo), Philip Seymour Hoffman (The Master) dan Tommy Lee Jones (Lincoln). Tokoh-toko itu sejatinya inspirasi Waltz dalam bekerja akting. Dia merasa posisinya sekarang karena belajar dari mereka.

“Robert De Niro dan Alan Arkin adalah figur yang jadi model buat saya ketika mulai melakoni profesi ini. Saya sampaikan terima kasih kepada mereka,” ujar Waltz kala itu.

Sukses Waltz tidak diraih dengan mudah. Dia harus melalui proses melelahkan. Tarantino menemukan nya usai melewati proses pencarian (audisi) panjang. Kepada The New York Times, Tarantino pernah menggambarkan mengapa dirinya memilih Waltz. Dia menyebut menciptakan karakter seperti menulis puisi. Baginya, tak cukup seorang aktor sekadar kompeten berakting.  
“Ia harus memahami puisiku,” ujarnya.

Dan Waltz dipercaya Tarantiono membawakan puisi bernama Hans Landa yang menghadirkan sosok jahat, dingin dan absurd di film Inglourious Basterds. Dan di film Django Unchained (2012), Tarantino tidak lagi melakukan audisi. Dia khusus menuliskan puisi bernama Dr King Schultz, karakter yang bisa membunuh tanpa berkedip, hanya untuk Waltz. Dan ia sekali lagi memenangkan gelar Aktor Pendukung Terbaik dalam ajang Academy Awards, BAFTA, dan Golden Globe. Piala Oscar membuktikan karakter dalam puisi itu terbukti cocok untuk Waltz.

Penasaran bagaimana Waltz menikmati puisi bernama Franz Oberhauser di film Spectre?? Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun