Mohon tunggu...
Hadana Mahara Ad Dini
Hadana Mahara Ad Dini Mohon Tunggu... Saya Mahasiswi Program Studi Biologi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya memiliki hobi bernyanyi, menulis, membaca. Cita-cita Saya adalah menjadi seorang peneliti muda untuk ikut berkontribusi dalam membantu kondisi alam global saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kita Mudah Percaya Hoaks? Jawaban Kritis Ada pada Tiga Pilar Dasar Filsafat Ilmu.

4 Oktober 2025   05:40 Diperbarui: 4 Oktober 2025   05:39 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hoaks seringkali hanya menyajikan klaim (kesimpulan) tanpa metodologi yang jelas. Epistemologi, dengan menuntut adanya korespondensi (kesesuaian dengan fakta) dan koherensi (kesesuaian dengan pengetahuan yang sudah diterima), berfungsi sebagai sistem filter yang sangat ketat (Nasution, 2020). Kemampuan kita untuk memeriksa sumbber data dan menguji konsistensi klaim adalah prasyarat dasar literasi digital.

3. Aksiologi: Tanggung Jawab Moral dalam Menyebarkan Informasi

Pilar terakhir, yaitu Aksiologi adalah studi tentang nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan yang mencakup etika. Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan ini digunakan? atau apa nilai etis di baliknya?

Kemudahan kita memercayai, dan lebih buruk lagi menyebarkan hoaks menunjukkan adanya kelemahan aksiologis. Etika digital menyoroti bahwa individu diharapkan memikul tanggung jawab penuh dalam pemanfaatan teknologi, termasuk praktik penggunaan yang bertanggung jawab terhadap informasi (Dewi et al., 2024). Penggunaan pengetahuan untuk manipulasi, pemecah belah, atau kepentingan politik sempit melanggar prinsip Aksiologi.

Aksiologi menuntut pertanggungjawaban moral dari setiap individu yang terlibat. Etika berusaha untuk memahami apa yang benar dan salah, baik dan buruk, serta bagaimana manusia harus bertindak dalam berbagai situasi (Zainuddin dalam Fatma et al., 2024). Tanpa kontrol Aksiologi, informasi (ilmu) berpotensi besar menjadi senjata destruktif.

Penutup

Hoaks berkembang bukan hanya  karena ada pembuatnya, tetapi karena ada masyarakat yang rentan secara filosofis. Jawaban atas pertanyaan mengapa kita mudah percaya hoaks terletak pada kegagalan kita menerapkan tiga pilar Filsafat Ilmu antara ontologi (gagal menguji hakikat), epistemologi (gagal menuntut bukti), dan aksiologi (gagal memegang tanggung jawab moral).

Menguasai dan menerapkan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam kehidupan sehari-hari akan melatih diri kita menjadi individu yang tidak hanya cerdas dalam menerima informasi, tetapi juga bertanggung jawab secara etis dalam menyebarkannya. Filsafat Ilmu, pada akhirnya, adalah senjata terbaik untuk memenangkan pertempuran melawan kebodohan di era digital.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, F., Yassi, A. H., & Gusnawaty, G. (2020). Modalitas dalam teks berita hoaks: Kajian linguistik sistemik-fungsional. Jurnal Ilmu Budaya, 8(1), 37--45. https://doi.org/10.34050/jib.v8i1.8831

Baudrillard, J. (1994). Simulacra and Simulation (S. F. Glaser, Trans.). University of Michigan Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun