Mohon tunggu...
Hadana Mahara Ad Dini
Hadana Mahara Ad Dini Mohon Tunggu... Saya Mahasiswi Program Studi Biologi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya memiliki hobi bernyanyi, menulis, membaca. Cita-cita Saya adalah menjadi seorang peneliti muda untuk ikut berkontribusi dalam membantu kondisi alam global saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kita Mudah Percaya Hoaks? Jawaban Kritis Ada pada Tiga Pilar Dasar Filsafat Ilmu.

4 Oktober 2025   05:40 Diperbarui: 4 Oktober 2025   05:39 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Di era digital yang penuh dengan feeds dan notifikasi, kita seolah-olah hidup dalam dua realitas, yaitu dunia fisik dan dunia maya. Sayangnya, dunia maya telah menjadi wilayah yang subur akan penyebaran hoaks (informasi yang dirancang untuk memanipulasi dan menyesatkan). Mengapa masyarakat modern, yang seharusnya semakin teredukasi, begitu rentan dan mudah menelan informasi palsu? Padahal mereka di setting untuk menjadi pribadi yang dapat berpikir kritis (Hakim, 2022).

Untuk menjawab pertanyaan kritis ini, kita perlu kembali ke fondasi cara berpikir yang paling mendasar dan sistematis, yaitu Filsafat Ilmu. Bukan sekadar teori yang rumit, Filsafat Ilmu menyediakan kerangka kerja logis, yaitu tiga pilar utamanya, diantaranya : Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, yang mana ketiganya berfungsi sebagai sistem pertahanan terbaik kita untuk melawan badai disinformasi. Artikel ini akan mengupas singkat bagaimana ketiga pilar ini membongkar kelemahan kita dan memberikan solusi untuk menjadi pembaca yang lebih kritis agar tidak termakan dan terbius oleh hoaks yang beredar.

Pembahasan

Seperti yang telah dibahas di atas, akan dijelaskan mengenai Tiga Pilar Kritis dalam Ilmu Pengetahuan, sebagai berikut :

1. Ontologi: Mempertanyakan Hakikat "Kebenaran" di Balik Layar

Ontologi adalah pilar pertama dalam Filsafat Ilmu. Cabang ini berfokus pada studi tentang hakikat atau keberadaan dari objek yang dikaji ilmu pengetahuan. Ia memaksa kita untuk bertanya-tanya tentang apa itu kebenaran? Apa realitas yang sesungguhnya?

Dalam konteks hoaks, kegagalan ontologis terjadi ketika kita gagal membedakan antara realitas yang terverifikasi dengan realitas yang viral. Realitas di media sosial (dunia maya) seringkali merupakan realitas semu (simulasi) yang terasa lebih nyata daripada fakta (Syaifullah & Prasetiawan, 2022). Namun, Ontologi menuntut kita untuk selalu memeriksa apakah objek informasi ini benar-benar ada dan sesuai dengan fakta empiris di dunia nyata, terlepas dari seberapa masif penyebarannya? Tanpa sikap ontologis yang kritis, kita rentan menganggap ilusi sebagai kebenaran.

2. Epistemologi: Filter Metode Validasi dan Senjata Anti-Hoaks

Jika Ontologi menguji apa yang ada, maka Epistemologi menguji bagaimana kita mengetahuinya. Epistemologi adalah studi yang fokus pada asal-usul, metode, dan validitas pengetahuan. Ini adalah pilar yang paling praktis dalam memerangi hoaks.

Kita mudah percaya hoaks karena seringkali mengabaikan metode perolehan pengetahuan yang disajikan. Hoaks didefinisikan sebagai usaha untuk menipu pembaca agar mempercayai sesuatu (Ratnawati, 2021), dan ini berhasil karena kita mengabaikan proses pengecekan kebenaran. Epistemologi mengajarkan bahwa pengetahuan harus dipertanggungjawabkan melalui proses yang logis dan teruji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun