Mohon tunggu...
Habel NainSamongilailai
Habel NainSamongilailai Mohon Tunggu... Mahasiswa S1

Artikel

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan Terbaik: Saat Nenek Bertanya: "Sudah Makan Nak?"

2 Juli 2025   20:12 Diperbarui: 2 Juli 2025   20:12 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Seorang Nenek penuh kasih menyapa cucu, bertanya dengan lembut: "Sudah makan?" (Sumber Ai)

Pernahkah kamu merasa hatimu mendadak hangat hanya karena satu pertanyaan sederhana? "Sudah makan, Nak?" Mungkin terdengar biasa, tapi jika kalimat itu keluar dari mulut seorang nenek, maka itu bukan sekadar ajakan makan---itu adalah pelukan tanpa sentuhan, cinta tanpa syarat, dan kenangan paling tulus yang tak akan pernah tergantikan.

Ada satu kalimat sederhana yang mampu menggugah hati dan mengalirkan air mata, yakni saat nenek bertanya, "Sudah makan, Nak?" Kalimat ini bukan sekadar pertanyaan tentang perut yang lapar atau kenyang, tetapi sebuah ungkapan kasih sayang yang tak pernah pudar meski usia menua dan ingatan mulai memudar. 

Pertanyaan itu seolah menjadi bahasa cinta yang tak perlu dijelaskan panjang lebar, namun selalu bisa dirasakan dengan dalam. Setiap kali menginjakkan kaki ke rumah nenek, belum sempat duduk atau mengucap salam dengan utuh, suara lembut dan penuh perhatian itu sudah terdengar. "Sudah makan, Nak?" menjadi semacam sapaan khas yang membuat rumah nenek terasa hangat, tenang, dan aman, seolah semua beban dunia berhenti sejenak di depan pintu rumahnya.

Nenek selalu punya cara sendiri untuk menunjukkan kasihnya. Ia tidak pandai merangkai kata manis, tidak tahu cara mengekspresikan rasa cinta dengan pelukan hangat seperti yang sering kita lihat di film-film. 

Tapi ia menunjukkan cintanya melalui piring nasi hangat, semangkuk sayur bening, dan sepiring sambal kesukaan kita yang dibuat dengan tangan keriput namun penuh ketulusan. 

Ketika kita menjawab belum makan, wajahnya langsung berbinar dan dengan semangat ia masuk ke dapur, mengeluarkan semua makanan yang ada, bahkan kadang mengambil uang dari lipatan sarung atau dalam lemari tua hanya untuk membeli lauk kesukaan kita. 

Padahal kita datang hanya ingin menengok sebentar, atau sekadar singgah melepas rindu. Tapi bagi nenek, setiap kunjungan cucu adalah perayaan kecil yang harus disambut dengan segala yang terbaik yang ia punya.

Kini, saat waktu berjalan dan nenek mulai sering lupa, pertanyaan "Sudah makan, Nak?" tetap keluar dari mulutnya, meskipun kadang ia mengulanginya berkali-kali dalam satu jam.

Tapi justru di situlah kenangan itu mengendap dalam hati betapa cinta nenek tak lekang oleh waktu, tak berubah meski memori mulai kabur, bahkan saat tubuhnya lemah dan langkahnya tak lagi tegap, ia tetap berusaha memastikan kita kenyang, nyaman, dan bahagia. Pertanyaan itu menjadi warisan hati yang akan selalu hidup dalam ingatan, bahkan mungkin lebih abadi dari foto atau surat.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, kadang kita terlalu sibuk mengejar dunia, hingga lupa bahwa kebahagiaan pernah hadir dalam bentuk sepiring nasi dari tangan nenek, atau dalam satu kalimat sederhana yang selalu membuat hati hangat: "Sudah makan, Nak?" Tak ada kenangan yang lebih tulus dari cinta seorang nenek, dan tak ada kalimat yang lebih menyentuh dari pertanyaan kecil yang menyimpan lautan kasih di baliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun