Mohon tunggu...
Ali Yasin
Ali Yasin Mohon Tunggu... Penulis, Pedagang, Trainer -

[1] Manajer Marketing di PT Sapphire Travel Umroh Surabaya shappiretravel.blogspot.co.id [2] Trainer di Katadaya Communication Consulting [3] Pembelajar Al Quran [4] Pengusaha mikro (tokopagi.com) Utk silaturahim silahkan SMS ke 6018 0822 3378

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Stop Hutang Demi Gaya Hidup

9 Oktober 2016   15:08 Diperbarui: 9 Oktober 2016   16:01 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kedaipena.com

Kita dikagetkan sebuah berita. Seorangpolisi di Kebumen Jawa Tengah bunuh diri. Di duga kuat karena himpitan hutang. Samakagetnya kita dengan pengakuan pengikut Dimas Kanjeng yang rela menyetor uanghingga puluhan juta. Sebagian mengaku tergiur dengan janji pelipatgandaan uangyang nanti mau digunakan untuk bayar hutang. Selengkapnya baca  Pragmatisme ala dimas kanjeng

Hutang telah menjadi topik populer dimasyarakat. Tak hanya di ruang seminar, tapi juga di warkop hingga persawahan. Takhanya di perkotaan, tapi sudah menjangkau pelosok desa. Kini, seseorang maujadi TKW (tenaga kerja wanita) biasa hutang berbunga. Mau beli motor juga kreditberbunga. Bahkan, beli panci, gelas, baju, keperluan mandi pun rela kredit  berbunga. 

 Tak aneh jika usaha leasing dan/atau jasapembiayaan kian menjamur. Bentuknya bukan hanya perbankan, tapi juga koperasi, yayasan hingga perseorangan. Istilahgadai sudah sedemikian akrab. Intinya, mencari pinjaman bukan perkara sulit.Tinggal pilih modelnya. Potong gaji, nyicil harian, atau sita jaminan. Yangpasti banyak tawaran.

Tipuan iklan

Godaaniklan bertubi-tubi. Seperti penjajahan informasi, tawaran kredit  tampil di spanduk, brosur, koran, hingga omonganorang2 di berbagai tempat. Tentu kata-kata yang demikian sudah akrab dimasyarakat kita

1. Kredit dengan bunga paling rendah,
2. Kredit dengan cicilan paling ringan,
3. Kredit dengan Proses 1 jam selesai dan masih banyak kata-kata menarik dari jasa kredit berbunga. 

Semuanya seperti menjadi penyelesai persoalan yang dihadapi pembacanya. Mau beli motortinggal sms ke sales, mau beli lemari tinggal janjian dengan pramuniaga.Apalagi mau pake kartu kredit, salesnya sendiri yang ngantri dihubungi karenasudah nyebar brosur, broadcast SMS hingga WA. Bertubi-tubinya informasi yangdikirim menjajah alam bawah sadar untuk menghubungi saat diperlukan.

EvaluasiDiri

Kinikita sampai pada pertanyaan kritis, Mengapa kita harus berhutang? Benarkahuntuk kebutuhan mendasar (basic need), atau sudah mengarah ke gaya hidup? Gantihandphone, wisata kuliner, nyicil mobil, hingga ke beli atau renovasi rumah,benarnya sudah pada kebutuhan yang harus dipenuhi? Artinya kalau tidak dipenuhikita akan kehilangan diri? Mati misalnya?

Tampaknya,sisi kritis ini yang tenggelam di benak pemikiran kita. Melihat tetangga,saudara atau teman hidup berkelimpahan kita iri. Padahal kita tidak tahu apakahorang-orang tersebut sungguh-sungguh berkelimpahan, atau juga berhutang demigaya hidup terpandang. Melihat teman upload foto di Fesbuk saat naik mobil,menginap di hotel, atau sedang wisata keluar negeri, kita percaya begitu saja. 

Terdorongkeinginan untuk menyamai atau kalau bisa mengungguli. Akhirnya tak sadar kitarela berhutang agar juga dianggap sukses alias tidak terpuruk. Kita inginmenutupi keadaan. Cenderung memaksa diri. Meninggalkan kebersahajaan demi hargadiri yang dibumbui iri. Termasuk dalam ambisi jabatan. Kita rela melakukan suapmeski dengan cara berhutang seperti dalam kasus anggota polisi yang bunuh diridiatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun