Mohon tunggu...
Ali Yasin
Ali Yasin Mohon Tunggu... Penulis, Pedagang, Trainer -

[1] Manajer Marketing di PT Sapphire Travel Umroh Surabaya shappiretravel.blogspot.co.id [2] Trainer di Katadaya Communication Consulting [3] Pembelajar Al Quran [4] Pengusaha mikro (tokopagi.com) Utk silaturahim silahkan SMS ke 6018 0822 3378

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kemiskinan dan "Tax Amnesty"

14 Oktober 2016   17:13 Diperbarui: 14 Oktober 2016   22:30 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Kondisi rumah warga Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten. Dinding terbuat dari anyaman bambu atau bilik, lantai tanah, tak ada fasilitas sanitasi, dan genteng bocor, Selasa (22/9/2015). (Hilda B Alexander/Kompas.com)

Saya kemarin pulang kampung. Di kawasan Desa Jajar, Kartoharjo, Magetan. Menyusuri jalan retak di kehidupan desa kelahiran ternyata masih seperti dulu. Bahkan situasi sendu kian tersuguhkan. Jalan lubang bergelombang. Sebagian besar becek dan licin karena masih tanah.

Tak ada kemajuan berarti. Rumah-rumah khas kampung Jawa. Berdinding tanah, sebagian berbahan kayu. Halaman luas namun terlihat sepi. Sebagian besar pemuda hijrah ke kota, termasuk saya. Alasan perbaikan nasib. Kata Chairil Anwar jadi layang-layang Ibu Kota.

Di kanan-kiri jalan kudapati orang ramai panen padi di sawah. Dulu biasa timbul canda tawa. Tapi kini kudapati wajah mereka tak terlalu gembira. Harga gabah katanya tidak sesuai yang diharap. Perolehan bawon/upah kian menurun. Sementara biaya pupuk dan tenaga kerja kian bertambah.

Di sebagian hamparan sawah kudapati padi siap panen roboh. Sepertinya terkena angin kencang. Tentu membikin pilu hati pemiliknya. Sebab jadi isyarat rugi saat dipanen nanti. Kehidupan ekonomi kian merosot. Aroma kemiskinan masih tercium kuat.

Dengan kalimat sombong aku pun bergumam, mana peran pemerintah yang katanya melindungi petani? Mengapa mereka sibuk kerjakan tax amnesty? Apa benar demi rakyat sementara praktik selama ini tidak dinikmati wong deso?

Desaku, sejak 38 tahun silam jalannya belum beraspal. Hanya sebagian kecil waktu ada proyek PNPM. Itu pun kondisinya sudah rusak. Di musim penghujan banjir siap melanda karena kontur tanah rendah dibanding muka air sungai.

Sekarang desaku terisolasi oleh pembangunan jalan tol Ngawi-Kertosono. Dua jalan akses ke desaku terputus. Tak ada kompensasi. Di koran sempat terberitakan jika warga sebelah desa demo mengenai hal yang sama.

Inilah episode tak penting di negeri ini. Sementara presiden dan menterinya terus tampil di TV, dan dengan bangga menampilkan raihan Tax Amnesty yang disebut terbesar di dunia. Tampaknya sorotan media lupa atau terlena sehingga kehidupan miskin rakkyat desa tidak ditampilkan. Mungkin malu jika negeri yang sudah puluhan tahun merdeka ini terkenal sebagai negara miskin (meskipun realitanya demikian).

FAO atau badan pangan dunia menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 20 juta penduduk dalam kondisi kekurangan pangan. Ini tentu rilis berita yang perlu diperhatikan pejabat di negeri ini. Kejujuran harus mulai dipraktikkan dalam berbagai opini dan kebijakan. Tidak perlu ditutup-tutupi. Presiden, menteri, bupati, hingga lurah mulailah jujur atas keadaan sekitar. Dan atasilah masalah yang ada.

Ali Yasin

Trainer di SEKOLAH UMROH SURABAYA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun