Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Diary

26 Tahun dalam Lindungan Tuhan (Refleksi atas HUT)

12 Oktober 2021   22:27 Diperbarui: 13 Oktober 2021   22:13 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tepat pada hari Jumat 13 Oktober 1995, seorang bayi laki-laki yang mungil lahir ke dunia dalam keadaan tidak normal (cacat). Ia diberi nama Agustinus Nicolaus Yokit oleh orang tuanya. Dia lahir dengan fisik yang tidak meyakinkan, di mana kaki kanannya tidak dapat berfungsi dengan baik. Anak laki-laki itu lahir ke dunia sebagaimana kebanyakan anak yang lain. 

Ia tidak memilih untuk lahir sebagai seorang laki-laki. Ia juga tidak memilih untuk lahir sebagai orang Papua. Apalagi ia sendiri tidak memilih untuk lahir dalam keadaan cacat. Ya, itulah saya! Lahir sebagai anak pertama dalam keluarga dan dengan keadaan demikian, justru memberi pengaruh secara psikologis dalam keseharian saya. Keadaan ditolak dan lahir secara tidak normal (cacat) masih bergetar dalam hidup saya hingga memasuki tahap dewasa muda. 

Maka, dengan penuh kesadaran saya mengakui betapa pentingnya mengolah dan mengembangkan diri dari rasa minder serta rasa rendah diri ketika berhadapan dengan orang lain. Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa saya mengalami banyak perkembangan yang luar biasa ketika kemarin boleh memasuki usia yang ke-25 tahun (13 Oktober 2020). 

Usia perak dalam hidup menjadi titik tolak bagi saya untuk kembali berefleksi dan terlebih untuk masuk ke dalam diri dan mengenal diri lebih baik lagi. Tak terasa, usia perak itu akan segera berlalu dalam hitungan waktu ke depan. Banyak hal-hal positif yang saya dapatkan di dalam perjalanan serta lika-liku hidup saya. Perjumpaan dengan pribadi-pribadi dan sesama yang lain semakin memperkuat komitmen saya untuk bertumbuh dan berkembang. 

Saya melihat bahwa keberadaan saya sekarang ini merupakan bukti nyata dari cinta Tuhan bagi saya dan keluarga saya. Cinta-Nya selalu tertampak jelas di dalam kegiatan harian di komunitas, relasi kekeluargaan dengan para frater (calon imam Gereja Katolik), dan bertemu dengan setiap pribadi di luar komunitas. Pertemuan secara langsung (offline) maupun secara daring (online) semakin menumbuhkan semangat untuk semakin mencintai sesama yang membutuhkan. 

Sekarang di usia yang ke 26 tahun ini, saya pun tiba pada pemahaman yang lebih mendalam tentang menjalani panggilan ini. Saya justru diarahkan untuk harus selalu sadar bahwa saya masih diberikan rezeki dan berkat yang berlimpah dari Tuhan. 

Dengan penuh kesadaran yang sama, saya juga patut bersyukur kepada Tuhan. Syukur karena masih diberikan kesempatan untuk hidup dan belajar untuk mampu melayani. Di balik semua proses, saya pun tergerak untuk selalu mengapresiasi diri, menghargai diri dan tetap menjaga pertumbuhkembangan hidup. Di dalam prosesnya, saya merasa masih perlu belajar menjadi pribadi yang rendah hati, siap mendengarkan, siap menerima kritikan serta saran yang diberikan. Keterbukaan untuk menerima dan memperbaiki diri merupakan panggilan mendasar dari dalam diri saya, yang perlahan namun pasti harus selalu diperjuangkan. Saya justru merasa tertantang untuk mengikuti Yesus yang siap mengorbankan diri-Nya dan membagikan Tubuh-Nya demi keselamatan semua manusia. Melayani Dia adalah suatu anugerah terindah dalam hidup saya. Mencintai-Nya merupakan bagian tak terpisahkan dalam perjalanan panggilan saya. Dan yang terakhir, saya merasa perlu untuk belajar menjadi pribadi yang setia. Setia pada tugas pelayanan yang saya miliki. Setia kepada siapa saja yang dikirim oleh Tuhan untuk saya bantu. Terlebih lagi, setia kepada Dia yang telah memanggil dan mengarahkan saya  di jalan panggilan suci ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun