Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Blunder Bahasa Inggris di Harian Kompas

8 Oktober 2016   15:02 Diperbarui: 9 Oktober 2016   16:15 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Redaksi Harian Kompas. Sumber: istimewa

Hari ini, pada kolom “Surat Kepada Redaksi” harian Kompas saya membaca sebuah surat dari perusahaan perangkat telekomunikasi Ericsson kepada Kompas sehubungan dengan artikel yang diturunkan Kompas pada tanggal 31 Agustus 2016. Atas surat tersebut, redaksi Kompas memberi jawaban di bawah surat tersebut. Saya sudah men-screenshot surat dimaksud untuk saya unggah pada tulisan ini, namun mengingat kita sering kesulitan mengunggah gambar pada Kompasiana, maka berikut ini akan saya kutip sekali lagi isi surat dari Ericsson dan kemudian jawaban dari redaksi Kompas.

Tanggapan Ericsson

Kami selaku konsultan humas perusahaan Ericsson menyampaikan koreksi atas pemberitaan di harian Kompas (Rabu, 31/8) yang berjudul “Dari Shenzhen Merengkuh Dunia”. Disebutkan bahwa Ericsson telah diakuisisi oleh Huawei. Sesuai konfirmasi pihak Ericsson, tidak benar bahwa Ericsson telah diakuisisi oleh Huawei. Perusahaan Ericsson juga tidak bekerja sama apa pun dengan Huawei.

ADHITYASWARA NUSWANDANA, PT Lucid Citra Komunika

Catatan Redaksi:
Informasi tentang akuisisi Ericsson oleh Huawei pada 2012 diperoleh dari pihak Huawei. Informasi tersebut juga pernah diberitakan majalahThe Economist, yang diunggah dalam edisi daring www.economist.com (4/8/2012). Menurut artikel berjudul “Who’s Afraid of Huawei” itu “Huawei has just overtaken Sweden’s Ericsson to become the world’s largest telecom-equipment maker”. (cetak tebal dari saya).

Surat Pembaca Harian Kompas. Sumber: Istimewa
Surat Pembaca Harian Kompas. Sumber: Istimewa
Kalau kita baca keduanya, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan Ericsson membantah bahwa dia sudah diakuisisi oleh Huawei sebagaimana yang dilansir pada sebuah artikel di Kompas. Atas surat ini, redaksi Kompas memberikan 'sanggahan balik' dengan memberi referensi sebuah artikel dari majalah The Economist berjudul “Who’s Afraid of Huawei” yang menjadi dasar Kompas mengatakan bahwa “Ericsson telah diakuisisi oleh Huawei”. Kutipan tersebut memang benar diambil dari edisi daring (online) tertanggal 4 Agustus 2012 dan sudah saya cek dan kopi.

Persoalan yang cukup serius (paling tidak serius dalam sudut pandang bahasa), ternyata Kompas telah membuat blunder dengan menginterpretasikan kata 'overtaken' dengan 'mengambil alih, mengakuisisi'. Dalam hal ini, Kompas telah mencampuradukkan istilah 'overtaken' dengan 'taken over'. Kata dasar dari kedua kata kerja ini adalah 'overtake' dan 'take over'. 

Dan kedua kata ini mempunyai makna yang sama sekali berbeda. 'Overtake' bermakna 'menyalip', sedangkan 'take over' bermakna 'mengambil alih, mengakuisisi, merger'. Definisi dari salah satu kamus mengatakan 'to overtake' bermakna: catch up with and pass while traveling in the same direction (mengejar dan mendahului pada saat berjalan dengan arah yang sama) atau become greater or more successful than (menjadi lebih besar atau lebih sukses daripada). Sedangkan 'take over' bermakna: an act of assuming control of something, especially the buying out of one company by another (tindakan mengambil kendali dari sesuatu, utamanya pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya).

Di sinilah 'blunder' yang dilakukan oleh Kompas. Dia mengira bahwa: “Huawei telah mengakuisisi perusahaan Swedia Ericsson menjadi produsen perangkat telkom terbesar di dunia”, padahal yang dimaksud sesungguhnya adalah Huawei telah menyalip perusahaan Swedia Ericsson menjadi produsen perangkat telkom terbesar di dunia untuk kalimat “Huawei has just overtaken Sweden’s Ericsson to become the world’s largest telecom-equipment maker” yang menjadi dasar pembelaan diri.

Jadi, alih-alih catatan redaksi ini menjadi pembenaran atas artikel yang ditulisnya, justru malah menunjukkan ketimpangan menerjemahkan Bahasa Inggris sehingga tak tahu membedakan antara 'overtake' dan 'take over'. Ini suatu contoh kekeliruan menerjemahkan yang lumayan fatal, karena mengabarkan suatu pengambilalihan suatu perusahaan besar yang sebetulnya tidak ada. Yang ada hanyalah suatu perusahaan yang berhasil mengungguli (menyalip) perusahaan lainnya.

Kalau kasus salah menerjemahkan di atas saya anggap cukup serius, maka ada satu lagi 'blunder' yang dilakukan Kompas dalam alih bahasa yang tak terlalu serius, tetapi perlu mendapat perhatian juga. Ini saya jumpai pada penerjemahan komik The Amazing Spider-Man beberapa waktu yang lalu. Di situ ada ada dialog antara Spiderman dan Antman yang tertulis [But it’s still an hour till dawn] yang lantas diterjemahkan dengan [Tapi ini masih satu jam sebelum gelap]. Padahal kita mengetahui bahwa 'dawn' bermakna 'fajar' (matahari terbit). Di sini, si penerjemah nampaknya mencampuradukkan antara 'dawn' dan 'dusk'. 'Dawn' bermakna 'matahari terbit' sedangkan 'dusk' bermakna 'matahari terbenam' (senja). Jadi, kalimat 'But it’s still an hour till dawn' seharusnya diterjemahkan dengan 'Namun masih ada waktu satu jam sebelum terang'.

Mudah-mudahan, catatan kecil ini bermanfaat bagi kita semua.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun