Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Inilah Asal-usul Istilah 'Prasmanan'

18 November 2013   13:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:00 5083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kita sekalian sudah kenal dengan istilah ‘prasmanan’ yang bermakna ’cara penyajian makanan di mana tetamu mengambil sendiri hidangan yang disediakan pada meja panjang’. Mungkin kita penasaran dari mana asal-usul istilah ‘prasmanan’ ini dipakai. Sementara orang lebih menyukai menggunakan istilah ’buffet’ (dilafalkan dengan ’ba-fei’) daripada ’prasmanan’, sekalipun kedua kata sama dan sebangun maknanya.

’Buffet’ memang berasal dari bahasa Perancis yang makna awalnya adalah ’perabot seperti lemari yang terdiri dari beberapa rak dan biasanya dipakai untuk memajang piring dsb’. Istilah ini juga diserap dalam bahasa kita merujuk pada lemari sejenis dengan sebutan ’bufet’. Orang Perancis yang memulakan gaya menghidangkan aneka hidangan pada piring di rak-rak lemari bufet ini. Di AS sistem menghidangkan makanan yang praktis ini mulai populer di pertengahan abad 19 dan karena memang mengadopsi dari tatacara Perancis istilah yang dipakai tetap adalah buffet.

Di tanah jajahan Hindia Belanda, khususnya di Batavia ada tiga macam sebutan untuk orang Perancis yaitu ’prasman’ (dari bahasa Belanda fransman), ’prancis’ (dari kata Français) dan ’didong’ (dari bahasa Perancis dis donc artinya tell me = kasi tahu). Karena lidah kita sulit mengartikulasikan buffet ini, maka gaya penyajian makanan swalayan ini pun diberi nama ’makan prasman’ dan kemudian menjadi ’makan prasmanan’.

Di kawasan luar Jawa, utamanya di Sumatera Selatan yang saya tahu, gaya menghidangkan makanan seperti ini dinamakan dengan ’makan prancis’. Bahkan di undangan pernikahan orang Palembang masih sering tertulis ’Resepsi ala Perancis’. Orang yang belum memahami latar belakang sebutan ini biasanya akan tertawa geli membaca tulisan ’resepsi ala Perancis’ ini. Mengapa sering disebutkan hidangan ala Perancis ini dalam kartu undangan? Karena ada sistem hidangan lain yang dinamakan ’table service’ atau ’chia tuk’ dalam bahasa Mandarin. Dengan sistem ini undangan duduk melingkari meja bundar dan hidangan akan dihantarkan oleh pelayan (waiter) secara berurutan. Dengan mencantumkan apakah pada resepsi tamu akan ’makan prancis’ atau ’makan chia tuk’, maka para undangan diberi ’sandi’ seberapa besarnya angpao yang akan diberikan. Diharapkan angpao yang lebih besar untuk ’makan chia tuk’ ini.

Sebutan ’prasman’ atau ’didong’ di masa lalu di negeri kita cukup lazim dipakai oleh khalayak ramai, karena tidak sedikit orang Perancis yang bertugas di nusantara berkolaborasi dengan penjajah Belanda sesuai dengan percaturan politik di kawasan Eropa pada masa itu. Siapa menyangka istilah ’prasmanan’ ternyata berasal dari kata Belanda ’fransman’ alias ’orang Perancis’. Ya, inilah keunikan bahasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun